2: Qui êtes vous

1.1K 173 3
                                    

Alunan biola yang terdengar indah memenuhi ruangan serba keemasan di sebuah hall hotel terkenal di kota Seoul. Orang-orang dengan texudo dan gaun indah mereka memenuhi tempat acara resepsi seorang artis terkenal di negeri itu, tak terkecuali Jung Eunha yang kini berdiri di sisi meja yang penuh dengan kue-kue manis, gadis cantik itu mengenakan dress merah yang menjuntai ke lantai, rambutnya di gulung dengan sederhana, ada anting-anting swarovski yang mengkilat di kedua telinganya dan lipstik merah yang menambah keanggunan gadis itu.

Banyak laki-laki yang memperhatikannya namun nyatanya tidak satu pun yang berani mendekat, entah karena aura gadis itu yang tampak sulit untuk di gapai atau justru gadis cantik itu sendiri yang memberikan dinding pembatas bagi laki-laki hidung belang seperti mereka.

Eunha melirik sekilas ketika seorang lelaki dengan setelan texudo hitamnya ikut berdiri di sebelah Eunha dengan jarak yang cukup dekat bahkan sangat dekat, gadis itu bahkan menatapnya sinis dengan terang-terangan saat ini, yang di tatap hanya tersenyum kecil kemudian meletakkan segelas wine yang dia bawa di atas meja.

"Mau berdansa denganku?" tawarnya, membuat Eunha terkekeh dengan sinis.

"Kau bercanda?" balas gadis itu.

"Menurutmu?"

Jung Eunha memutar bola matanya jengah, sebenarnya otaknya sudah bekerja keras sejak tadi, memikirkan bagaimana bisa lelaki itu menembus dinding yang sudah dia buat.

Lelaki itu mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri, "Aku Jeon Jungkook."

"Sungguh, aku tidak bertanya dan tidak peduli." balas Eunha angkuh, gadis itu memilih pergi meninggalkan ruangan itu menuju selasar yang memiliki pemandangan kolam renang di bawahnya.

Jungkook lagi-lagi menarik kedua sudut bibirnya, "Benar-benar menarik." gumamnya.




"Bagaimana mungkin? Bagaimana menurutmu? Bukankah hal itu tidak masuk akal? Dia bahkan bisa berdiri tepat di sebelahku. Apa dia benar-benar manusia biasa?" tanya Eunha.

Gadis di hadapannya tersenyum, "Jelas bukan, Eonnie. Dia bukan manusia biasa."

"Apa jangan-jangan dia manusia sepertimu, Yerin?"

Gadis bernama Yerin itu menggeleng, "Sepertinya lebih dariku, aku bahkan bisa berkomunikasi denganmu karena kau yang mengizinkan."

"Hah, benar juga..." Eunha mengerutkan keningnya karena bingung. "Sesakti apa manusia itu..."

"Sesakti dia berani mengajakmu berdansa." ledek Yerin.

"Ya!" Eunha menekuk wajahnya, dia tidak suka, tidak suka jika ada yang bisa berkomunikasi dengannya tanpa izinnya.

"Aku hanya bercanda, Eonnie." tutur Yerin.

"Aku tidak suka bercanda."

"Aku mengerti. Kau bahkan tidak pernah tersenyum." jelas Yerin, hal itu membuat Eunha berdecak dan memilih meninggalkan gadis indigo itu.

Yerin hanya menaikkan kedua bahunya acuh, kemudian menarik selimutnya kembali untuk segera tidur.


Jungkook sejak tadi tak berhenti tersenyum, bahkan ketika dia meneguk air mineral di sebuah mini market masih dengan setelan texudonya.

"Jangan sampai terjerat Jeon Jungkook."

Kalimat Mr. Bang seakan menerobos masuk ke dalam kepalanya yang tengah di penuhi wajah cantik Jung Eunha.

"Ternyata ini yang Mr. Bang maksud. Hah, bertemu hantu cantik sudah biasa bagiku, tidak mungkin aku terjerat." tutur Jungkook, padahal sejak tadi wajah cantik Eunha tak habis-habisnya membuat Jungkook tersenyum. "Dia hantu atau dewi kecantikkan."

"Konyol!"

Lelaki itu menaikkan alisnya ketika mendapati Taehyungㅡsahabatnya yang luar biasa penakut berada di balik jendela mini market namun menghadap kearahnya.

"Ya!"

"Mau sampai kapan kau terlibat dengan mereka? Itu mengerikan, bodoh!"

"Kau mengatainya?" balas Jungkook sambil menunjuk sisi kiri Taehyung.

Kim Taehyung berlari secepat kilat memasuki mini market dan memeluk Jungkook erat-erat sambil berteriak ketakutan. Jungkook terbahak.

"Berhenti memelukku, bodoh!" Jungkook menarik jaket denim yang Taehyung gunakan hingga lelaki itu melepas pelukannya pada Jungkook dan duduk di kursi kosong di sebelah Jungkook. "Mau sampai kapan kau jadi penakut?"

"Aku tidak takut, aku hanya terkejut!" bela Taehyung.

"Ya, ya, terserah kau saja."

Speechless: Like The Sun And The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang