Nick berjalan masuk ke dalam apartmentnya dengan lesu. Ia melemparkan kantung plastik yang dijinjingnya sembarang kemudian melemparkan tubuhnya di atas sofa.
Nick memejamkan matanya sesaat. Dia merasa buruk dan sangat lelah saat ini. Bukannya mendapat kepuasan, Nick malah harus berusaha keras menahan dirinya karena kondom sialannya habis.
"Hah-" pria itu menghela nafas.
"Kau sudah pulang?" suara Ian beserta bunyi pintu dibuka terdengar dari arah belakang Nick.
"Apa kau membeli keripik kentangku?" tanya Ian. Dia langsung mengambil kantung plastik belanjaan Nick yang tergeletak di lantai dan memeriksanya.
Ian tersenyum lebar ketika melihat beberapa bungkus keripik kentang kesukaannya. Namun senyumnya seketika berubah menjadi datar disertai kerutan di dahi.
Pria itu mengeluarkan sebuah kotak kecil yang tidak asing baginya "Apa ini? ... kondom?" tanya Ian. Pria itu secara refleks melihat ke arah Nick
"Untuk apa kau membeli kondom?" tanya Ian penuh dengan rasa penasaran. Dugaannya semakin kuat. Nick pasti mulai berkencan diam-diam di belakangnya.
"Ah! Sialan" Nick bangkit dan segera merebut kotak itu dari genggaman Ian. Ia menyembunyikannya dalam saku meskipun Ian sudah mengetahuinya
"Kau tidak bisa mengelak lagi sekarang. Katakan sejujurnya, kau habis pergi berkencan kan?" Ian tampak seperti menginterogasi seorang penjahat.
"Tidak. Aku tidak berkencan!" ujar Nick sebal
"Lalu apa? Kau membantu wanita yang membutuhkan.. kondom.. tidak mungkin kan?" Ian melihat Nick seakan tidak percaya. Ia sendiri meragukan tebakannya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Nick melihat ekspresi aneh di wajah Ian
"Kau tidak menjadi ... gigolo kan?"
Mendengar hal itu Nick secara refleks melempari Ian dengan bantal. Pria itu meneriakinya "Kau pikir aku pria seperti apa hah?! Untuk apa aku menjadi gigolo?"
"Lalu apalagi selain itu? Kau bukan tipe orang yang menyukai one night stand. Jadi melihatmu membeli kondom sangat mencurigakan-" ujar Ian. Nick masih menatapnya sebal.
"Ya maka dari itu beritahu aku agar aku tidak salah paham dan berpikir yang aneh-aneh" ujar Ian merengek. Sepertinya ia bisa mati penasaran malam ini jika Nick tidak juga memberitahunya.
"Sejujurnya aku tidak tau bagaimana harus menceritakannya padamu" ucap Nick
"Ceritakan saja semuanya. Kebetulan aku belum mengantuk" Ian duduk di sofa kemudian membuka sebungkus keripik kentang. Dia siap mendengarkan Nick.
"Kau tahu kan? Tentang notebookku..."
Ian mengangguk "Notebook yang berisi nama-nama mahasiswi kampus kemudian tebakanmu pada ukuran tubuh mereka.."
"Hari itu, notebookku terjatuh dan seseorang menemukannya" ujar Nick
Mata Ian membulat kaget "Sudah kuduga notebook dan hobbymu itu akan menimbulkan masalah suatu hari nanti" ia menunjuk Nick dengan jari telunjuknya.
"Aku juga tidak menyangka notebook itu akan terjatuh begitu saja" Nick mengacak rambutnya frustasi menyesali kecerobohannya di hari itu.
"Lalu? Apa yang terjadi?" tanya Ian
"Seorang wanita menemukannya dan melihat isinya, namanya Ashley. Ia kemudian datang padaku dan mengancamku"
"Dia mengancammu? Berapa yang dia inginkan? 1 juta dollar? Apakah itu alasanmu menjadi gigolo?" tanya Ian bertubi-tubi. Ia masih curiga jangan-jangan Nick benar-benar menjadi gigolo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleasure Me
RomanceWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa. Sangat diharapkan kebijakan para pembaca dalam memilih konten bacaan. Terima kasih. *** "Bila kau mempercayaiku, pejamkan saja matamu dan serahkan semuanya padaku. Aku...