"Oh. Wow" Ashley tidak bisa menghentikan rasa takjubnya sesaat setelah ia turun dari pesawat dan tiba di Canada. Bahkan Nick berkali-kali harus menariknya agar tidak menabrak tiang pembatas. Rasa takjubnya tidak berhenti disana ketika mereka dijemput oleh sebuah mobil Lamborghini Veneno edisi terbatas yang meskipun ia menjual dua ginjalnya, dirinya masih tidak mampu membeli mobil itu. Ashley tau jenis mobil itu karena ia pernah menulisnya sebagai mobil salah satu karakter novelnya. Tapi ia tidak pernah menyangka mobil itu benar-benar nyata bahkan berkesempatan untuk menaikinya. Berjalan menembus keramaian Canada. Ashley terasa seperti seorang miliarder.
Mereka tiba di hotel bintang lima yang sangat megah dan sebelumnya hanya ada dalam novel dan imajinasinya. Sepertinya Ashley sedang bermimpi. Jika memang begitu, tolong jangan bangunkan dirinya.
"Perhatikan jalanmu, Ash" Nick menarik Ashley ke arahnya ketika wanita itu hampir menabrak tempat sampah karena sibuk memperhatikan seluruh isi hotel. Ashley tampak kaget ketika Nick menariknya. Beberapa orang menatap heran ke arah mereka.
Ashley menunduk malu. Sementara pria itu terkekeh dan mengacak rambut Ashley gemas.
"Apakah Anda tidak akan menginap di rumah? Nyonya besar menunggu Anda di rumah" seorang pria berpakaian hitam datang membawa kunci mobil Nick setelah memarkirkannya
"Aku akan menginap di hotel. Katakan pada ibuku aku akan berkunjung nanti sore. Aku akan beristirahat dulu" ujar Nick. Pria berpakaian hitam itu menunduk lalu pamit pergi.
"Silahkan" wanita dari bagian resepsionis memberikan kartu kamar kepada Nick dan mempersilahkan mereka untuk naik.
"Ayo" Nick menggandeng tangan Ashley agar wanita itu mengikutinya. Ia tidak mau wanita itu hilang karena sibuk mengagumi Canada.
"Kenapa kita tidak tinggal di rumahmu? Apakah kau tidak akrab dengan keluargamu?" tanya Ashley kemudian
"Kami akrab. Aku hanya melindungimu dari ibuku. Dia bisa mengajakmu berkeliling Canada tiap hari bila kau tinggal disana sesaat setelah dia melihatmu" ujar Nick
Ashley mengangkat alisnya dengan heran "Bukankah itu hal yang bagus? Aku tidak keberatan berkeliling Canada bersama ibumu. Pasti menyenangkan"
"Ya, tentu saja kau tidak keberatan. Tapi aku cukup keberatan. Aku ingin menghabiskan banyak waktu denganmu disini. Ibuku hanya bisa meminjammu siang-sore. Selebihnya kau tertahan di kamar bersamaku." ucap Nick posesif. Wajah Ashley memerah seketika. Rasanya ia sedang pergi bulan madu bersama Nick.
"Aku bisa mengajakmu berkeliling Canada dengan mobil tadi bila kau mau"
Ashley berteriak kecil, merasa girang ketika Nick mengatakan bahwa mereka akan bertemu kembali dengan si lambo.
Nick terkekeh. Ia seperti sedang mengajak anak kecil liburan "Kau bisa menaikinya setiap hari selama disini" ujarnya
"Benarkah?"
Nick mengangguk. Sangat lucu melihat Ashley yang tampak antusias ketika bertemu mobil itu.
Mereka sampai di lantai tujuan dan keduanya berjalan menuju kamar hotel "Aku pernah dengar bahwa kau orang kaya. Tapi aku tidak tahu bahwa kau sekaya ini" ujar Ashley berterus terang. Bahkan Nick mampu memesan kamar suite untuk mereka. Ashley tidak bisa bayangkan berapa harganya.
Nick membuka pintu kamar itu dengan kartu yang ia bawa dan mempersilahkan Ashley masuk ke dalam "Maaf mengecewakanmu, sayang. Tapi aku tidak kaya. Orangtuaku yang kaya. Setelah lulus aku memutuskan untuk tidak lagi menerima fasilitas dari orang tuaku dan berniat membangun perusahaan sendiri di New York. Karena itulah banyak yang harus kupersiapkan" ujar Nick
"Oh! Karena itulah kau pergi kesana kemari mencari investor" ujar Ashley
Nick mengangguk "Satu-satunya milikku adalah apartment dan mobil yang kugunakan di New York. Mereka kubeli dari uang hasil bermain saham"
Ashley melotot mendengarnya "Kau hanya bermain saham dan mampu membeli apartment dan mobil?" tanyanya kaget dan tidak percaya.
Nick melempar dirinya di atas kasur sembari melepaskan ikat pinggangnya "Hanya keberuntungan. Aku pun pernah rugi besar dan terpaksa menjual mobilku yang satunya lagi. Aku tidak bermain saham lagi setelah itu" ucapnya
Ashley mengangguk paham. Nick menarik wanita itu untuk berbaring di sampingnya.
"Jadi apakah kau masih ingin bersamaku setelah mengetahui bahwa aku bukan orang kaya dan kesulitan apa yang akan aku lalui ke depannya?" tanya Nick sembari menatap mata Ashley
Ashley tersenyum lebar "Aku tidak punya alasan untuk meninggalkanmu. Bahkan bila kau jatuh miskin karena rugi, aku akan meraihmu. Kau juga bisa tinggal di apartmentku bila suatu saat kau terpaksa menjualnya" ucap wanita itu. Nick tersenyum mendengarnya.
"Berbicara tentang itu, aku berencana untuk pindah ke apartmentmu setelah kita pulang dari Canada. Bagaimana menurutmu? Apakah kau tidak keberatan menampungku?" tanya Nick meminta pendapat sang pemilik apartment.
"Apa maksudmu?? Itu benar-benar berita baik. Aku selalu ingin tinggal di apartmentmu tetapi tidak bisa karena Ian. Tentu saja aku senang ketika kau bilang akan tinggal di apartmentku" Ashley tampak sangat antusias membayangkan dirinya dan Nick akan mulai membagi tempat untuk tinggal.
Beberapa hari lalu ketika mereka tinggal bersama cukup membuat Ashley tahu kebiasaan Nick. Pria itu sangat rapi dan teratur. Dia cukup sering membersihkan dan merapikan apartment sebelum Ashley sempat melakukannya. Hanya saja.. kebiasaan buruk Nick yang tidak pernah hilang, yaitu ceroboh. Beberapa kali dia lupa meletakkan barang atau tidak sengaja menjatuhkan sesuatu hingga membuat Ashley harus membantunya mengelilingi apartment untuk mencari barang tersebut.
Cukup merepotkan. Sisi positifnya, kebiasaan buruk itu yang mempertemukan mereka.
"Aku sungguh tidak bisa berlama-lama jauh darimu, Ash" Nick melingkarkan lengannya pada pinggang kecil Ashley, menenggelamkan wajahnya pada perut datar milik Ashley.
Setelahnya wanita itu tampak berpikir "Bila kau tidak menerima fasilitas apapun.. apakah itu termasuk lamborghini tadi?" tanyanya
Nick mengangguk dan Ashley tampak kecewa. Itu artinya dia harus mengucapkan selamat tinggal pada mobil limited edition itu. Sungguh pertemuan yang sangat singkat. Ashley tidak akan pernah lupa rasanya duduk dan berada di dalam sana.
Nick terkekeh "Aku akan menitipkannya disini dan membelinya untukmu dengan uangku sendiri segera setelah aku sukses di New York."
"Benarkah? Aku akan menantikannya" ujar Ashley dengan senyum lebar. Sesungguhnya bukan mobil yang ia nantikan melainkan hubungan mereka setelahnya. Ia akan menantikan setahun ke depan, dua tahun, sepuluh tahun, dan seterusnya. Bersama Nick.
"Aku akan menjadi sangat kaya dan sukses dalam dua tahun ke depan kemudian aku akan menikahimu"
"Aku juga akan menjadi sukses dan membuat novelku best seller hingga dijadikan film"
"Sampai saat itu tiba.. maukah kau untuk selalu berada di sisiku, Ash?"
"Tentu saja, Nicholas" jawab Ashley dengan tulus. Ia percaya pada takdir. Ia percaya mereka akan meraih impian dan terus bersama hingga akhir.
Sampai saat itu tiba, tentu saja dirinya akan selalu berada di samping Nick. Menemani dan selalu mendukungnya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleasure Me
Roman d'amourWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa. Sangat diharapkan kebijakan para pembaca dalam memilih konten bacaan. Terima kasih. *** "Bila kau mempercayaiku, pejamkan saja matamu dan serahkan semuanya padaku. Aku...