26 - Confession

24.4K 1.5K 37
                                    

Suara jarum jam terdengar sangat nyaring dan membuatnya gelisah. Ingatan akan kalimat orang-orang yang baru saja ia dengar lebih membuatnya gelisah. Vienna menggigit ujung pensilnya..

"Hey.. katakan padaku sejujurnya" Vienna membalikkan tubuhnya menghadap Ian yang sibuk bermain game di handphonenya.

"Apa? Apa yang membuatmu begitu gelisah hah?" tanya Ian tanpa memalingkan pandangannya dari layar handphonenya

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku kan?" tanya Vienna dengan nada menuduh

"Apa maksudmu? Menyembunyikan apa? Tidak ada yang perlu kusembunyikan. Lagipula kau bukan seseorang yang begitu penting sampai aku harus menyembunyikan sesuatu" ujar Ian berterus terang dengan dibalut sedikit candaan

"Tentang Nick" ucap Vienna

Ian secara otomatis menutup mulutnya dan berpura-pura sangat fokus pada game.

Vienna mengangguk paham "Aku benar. Sudah kuduga ada sesuatu"

"Tapi itu tidak mungkin benar kan?" gumam Vienna.

"Apa?" tanya Ian

"Aku mendengar gossip aneh. Mereka bilang ada pria yang tampak seperti Nick bercumbu dengan seorang wanita" ujar Vienna

"Tapi menurutku itu sama sekali tidak masuk akal. Aku tidak bisa mempercayainya. Meskipun Nick sering mempermainkan wanita, dia tidak pernah menyentuhnya bila tidak menyukainya. Dan lagi Nick sangat peduli pada popularitasnya, dia tidak akan melakukan hal-hal seperti ini. Aku benar kan?" tanya Vienna mengakhiri ceritanya. Ia tampak menyangkal semua kemungkinan yang tidak disukainya.

Tiba-tiba Ian meletakkan handphonenya dan membiarkan gamenya berjalan begitu saja. Ketika dia melakukannya, artinya dia sedang serius.

"Ada saat dimana tidak mengetahuinya lebih baik dibanding mengetahuinya" ujar Ian menepuk pundak Vienna "Sebaiknya kau tidak mengetahui kenyataannya"

"Kenapa? Aku sahabat kalian tapi kenapa kau mendiskriminasiku seperti ini?" tanya Vienna tampak sebal

"Kau menyukai Nick, kan?" Ian menebaknya tepat pada sasaran

"Apa maksudmu? Dia sahabatku tentu saja aku menyukainya" Vienna mencoba menampik

"Kau menyukainya sebagai pria. Jujur saja, aku sudah lama menyadarinya" ujar Ian berterus terang

"Itu juga menjadi alasan atas sikapmu saat ini. Wajar jika mungkin Nick mulai serius untuk berkencan dengan seseorang, sebagai sahabat seharusnya kau merasa ikut senang. Tapi kau, sama sekali tidak merasa senang dan tampak panik. Jelas kau menyukainya, Vi. Tidak perlu menyangkalnya" ujar Ian menatap mata wanita di hadapannya itu. Vienna tampaknya tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia bungkam atas semua fakta yang dilontarkan Ian.

Benar. Dirinya cemburu.

"Jadi gossip itu benar?" tanya Vienna pelan

"Aku tidak tau kebenaran yang sesungguhnya. Tapi aku bisa menyarankanmu untuk segera menyerah pada perasaanmu itu, meskipun aku tidak berhak untuk mengatakannya" ucap Ian. Dirinya mengatakannya tulus demi kebaikan wanita itu. Karena ia saat ini tau jelas, siapa yang sedang mengisi hati seorang Nick.

***
"Apa begini saja tidak apa-apa?" tanya Ashley datang membawa segunung popcorn di tangan kanannya dan cola di tangan kirinya.

"Ya. Lakukan saja seperti adegan yang kau rencanakan" ujar Nick duduk sopan di depan televisi.

Ashley meletakkan makanan itu di meja kemudian meraih box kumpulan cd, menimbang film apa yang harus mereka tonton "Kau bilang adegan ini mungkin membosankan. Jadi aku berusaha keras untuk membuatnya tidak membosankan"

Pleasure MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang