Aku takut.
Untuk itulah aku menyangkalnya.***
Sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela kamar rumah sakit yang ditempati Ashley. Sena sudah pulang beberapa saat yang lalu untuk mandi dan bersiap pergi ke kampus sementara Nick beberapa menit yang lalu mengabari bahwa ia sedang di perjalanan.Ashley sudah merasa jauh lebih baik setelah beristirahat seharian. Ide-ide untuk novelnya pun sudah menumpuk di dalam otaknya, meraung-raung untuk segera dituliskan sebelum hilang ditelan waktu. Andai saja Sena mengizinkannya membawa laptop kemari.
Suara ketuk pintu tiba-tiba menyadarkan Ashley dari lamunan di kala bosannya. Ia menoleh dan mendapati seorang perawat masuk dengan beberapa peralatan.
"Permisi, saya akan mengecek infusnya" ujar perawat itu dengan ramah
Ashley mengangguk dan membiarkan perawat itu bekerja.
"Suami nona dimana?" tanya perawat itu tiba-tiba, memecah keheningan.
Ashley mengangkat salah satu alisnya dengan bingung. "Suami?"
"Iya. Pria sangat tampan berjaket hitam yang menjaga nona kemarin sore" ujar perawat itu tampak antusias.
Hah? Sejak kapan dia menikah dan mempunyai suami? Kenapa dia sendiri tidak tau?
Siapa juga pria sangat tampan yang mau menjaganya. Bila dia sangat tampan bukankah seharusnya dia berada di acara televisi bukannya di rumah sakit.
Oh! Jangan-jangan pria sangat tampan yang dimaksud itu... Nick?
Ashley mengangguk paham sekarang. Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman disini.
Yang pertama, Nick tidak setampan itu. Ya memang harus diakui bahwa Nick cukup tampan, tapi tidak terlalu tampan. Kau tahu kan bahwa ada tingkatan dalam menilai ketampanan. Bagi Ashley, setidaknya Nick berada di posisi ke-2. Sementara posisi ke-1 tertampan ditempati oleh pria-pria idolanya seperti BTS.Yang kedua, Nick bukan suaminya.
"Maaf, tapi-"
"-saya yakin suami nona pasti sangat mencintai nona" Perawat itu langsung menyela ucapannya. Ashley menatapnya penasaran, bagaimana seorang perawat bisa langsung menyimpulkan hal itu?
"Kemarin dia berlari menerobos koridor dengan panik sembari mencari kamar nona-" perawat itu tampak sangat antusias ketika menceritakannya.
"Kemudian dia tampak sangat telaten ketika mengelap keringat nona. Bahkan dia menolak ketika kami menawarkan bantuan. Dia juga sampai meminta handuk dan pakaian ganti untuk nona. Intinya suami nona sangat perhatian"
"Beruntung sekali nona mendapat pria seperti suami nona" ujar perawat itu tersenyum. Dia kemudian meletakkan beberapa obat-obatan "Ini obat-obatan yang harus diminum"
"Kalau begitu, saya permisi dulu. Semoga lekas sembuh" Perawat itu membungkuk lalu keluar dari ruangan.
Ashley menyandarkan tubuhnya. Perasaannya tampak berkecamuk dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Perasaannya... kacau.
"Ash, apa kau tidak menyadarinya?" tanya Sena yang tiba-tiba duduk mendekat dengan kasur yang ditempati Ashley.
"Apa?"
"Dia.. Nick!"
"Ada apa dengan Nick?"
"Sepertinya dia menyukaimu" ujar Sena tersenyum yakin.
"Hah? Jangan sembarangan mengatakan sesuatu" Ashley tampak mengelak dan tidak suka mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleasure Me
RomanceWARNING: MATURE CONTENT!!! (17+) Keseluruhan cerita ini mengandung konten dewasa. Sangat diharapkan kebijakan para pembaca dalam memilih konten bacaan. Terima kasih. *** "Bila kau mempercayaiku, pejamkan saja matamu dan serahkan semuanya padaku. Aku...