Cerita ini dibuat untuk hiburan. Tidak bermaksud untuk menjelek-jelekan nama tokoh. Happy Reading💞
**
"Beomgyu, gue suka sama lo. Ayo jadian." Laki-laki yang tak diketahui namanya itu mengucapkan kalimatnya dalam satu tarikan napas. Kedua tangannya mengepal kuat, menahan debaran jantungnya yang menggila. Ia gugup. Meski begitu, kedua matanya tetap fokus menatap laki-laki yang berdiri menyamping menatapnya. Laki-laki itu masih setia menunggu jawaban atas ajakannya yang nampaknya tak menerima penolakan.
Sementara laki-laki bernama Beomgyu itu sedang memikirkan nama laki-laki dihadapannya. Beomgyu baru saja menyelesaikan kewajiban piket kelasnya lalu berjalan menelusuri koridor yang mulai sepi karena sebagian murid sudah pulang dan sebagiannya lagi sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Ia yang tadinya hendak pergi ke ruang musik berhenti didepan mading untuk membaca satu puisi yang tertempel disana namun laki-laki ini tiba-tiba datang entah darimana.
"Lo siapa?" Tanya Beomgyu, dahinya mengerut tanda tak tahu.
"Gue yang selalu kasih lo surat. "
Surat?
Beomgyu ingat. Akhir-akhir ini ia memang menerima surat hampir setiap pagi diatas mejanya. Ia merasa bersalah tapi cuma sedikit, karena yang membaca semua surat itu adalah teman-temannya dengan suara lantang dan didengar oleh hampir semua teman sekelas Beomgyu. Sepertinya laki-laki Si Pemberi Surat ini tidak tahu fakta itu. Ia hanya meninggalkan surat diatas meja lalu pergi, tidak peduli apalah Beomgyu membacanya.
Beomgyu menghela napas. "Gue gak mau. "
Si Pemberi Surat tertegun dengan jawaban Beomgyu. "Kenapa?" Tanyanya dengan suara lirih.
"Nih, kalau diibaratkan tuh kayak lo suka film bergenre horor tapi dipaksa nonton film romantis. Lo gak bakal mau karena lo gak suka. "
"Tapi, gue suka film genre romantis daripada horor. "
Beomgyu menghela napasnya lagi. Ia menunjukkan senyumnya yang semanis gula, melihat senyuman itu kedua mata Si Pemberi Surat jadi berbinar.
"Maksudnya, gue gak mau pacaran sama lo karena gue gak suka sama lo. Gue gak suka pemaksaan. "
Binar mata Si Pemberi Surat meredup. "Sudah, jangan nangis," ucap Beomgyu seraya menepuk pundak kanan laki-laki dihadapannya. Tubuhnya jadi menegang dan matanya berbinar.
"Lo pulang sekarang, jangan pergi kemana-mana nanti dicariin mama. Gue pergi, mau ekskul dulu. Bye. "
Mendapatkan senyuman manis dari Beomgyu -Si Pangeran Tampan dan Cantik dari Star High School- Si Pemberi Surat tadi tidak jadi bersedih dan memilih pulang kerumah sesuai perintah lelaki pujaanya, Choi Beomgyu.
**
Beomgyu baru saja selesai berlatih musik dengan teman-temannya yang lain karena besok malam ia akan tampil mewakili sekolah di Festival Seni. Ia keluar dari studio untuk mengambil sebotol air mineral lantas menghabiskan hampir setengah dari isinya. Ketika ia menutup botolnya, suara yang tak merdu mampir ke telinganya tanpa permisi.
"Choi Beomgyu ganteng banget."
Mendengar namanya disebutkan, Beomgyu menoleh. Ada adik kelas yang ia lupa namanya sedang menatapnya intens. Matanya berbinar, mulutnya terbuka- sebentar lagi air liur akan keluar dari sana. Maka,
"Makasih, " kata Beomgyu supaya perempuan tadi tersadar dan menutup mulutnya segera sehingga tidak ada air liur yang menetes.
Perempuan itu mengedipkan matanya beberapa kali karena terkesiap. Mulutnya langsung tertutup rapat.
Beomgyu tersenyum, perempuan tadi jadi ingin berteriak, mulutnya sudah kembali terbuka saking kagumnya dengan ketampanan kakak kelas didepannya ini.
"Lain kali kalau natap gue, mulut nya jangan dibuka nanti air liur lo keluar tanpa permisi membentuk air terjun. Lo jadi malu. Lagian mangap lo gak aesthetic entar yang ada laler hinggap ke mulut lo. "
Dari sekian banyak kalimat yang keluar dari bibir Choi Beomgyu, yang mampir ke pendengaran perempuan tadi hanya kalimat 'mangap lo gak aesthetic'. Mendengarnya perempuan tadi dengan segera menutup mulutnya rapat-rapat.
Beomgyu menepuk pelan bahu perempuan itu lantas keluar dari ruang musik menuju toilet. Nampaknya ia akan mengeluarkan air yang baru saja ia telan.
Belum jauh ia melangkah sambil melihat orang-orang berlatih basket dari kejauhan, teriakan yang sebenarnya tidak cempreng tapi tidak bisa dibilang merdu, masuk ke indra pendengarannya tanpa permisi.
"BEOMGYU!" Sepertinya Beomgyu kenal suara ini. Suara ini terdengar tak asing ditelinganya karena sering mampir tanpa permisi. Haruskah ia menoleh untuk melihat yang punya suara?
Suara kaki yang sedang berlari, mendekati Beomgyu. Tak lama kemudian sebuah tepukan mampir kebahu Beomgyu. Ia menoleh.
Shin Ryujin.
Beomgyu memaksakan senyumnya pada perempuan yang rambutnya agak basah karena keringat. Perempuan itu tersenyum dengan indah tapi tidak bagi Beomgyu.
Perempuan tomboy yang cantik itu berubah menjadi agresif sejak melihat senyum Beomgyu dipenutupan MOS kala itu. Sejak hari itu, rasanya jika tidak melihat Beomgyu sehari saja Ryujin bisa sesak napas.
Nasib tak beruntung menimpa Ryujin karena Beomgyu tidak menyukainya. Beomgyu sudah menolak Ryujin lebih dari dua kali tapi perempuan itu tanpa bosan mendekatinya. Beomgyu capek dikejar-kejar terus padahal ia hanya diam, yang mengejarkan Ryujin....
"Dance. Festival seni. " Ryujin terengah-engah karena habis berlari.
"Iya. "
"Beneran?" Ryujin menatap Beomgyu tak percaya.
Besok malam Beomgyu juga akan tampil, ia pasti akan menonton penampilan Ryujin sebagai bentuk dukungannya pada sekolah. Lagipula sepupunya juga akan tampil bersama Ryujin.
Beomgyu mengangguk mengiyakan, bibirnya agak mengerucut untung Ryujin tidak lihat. Kalau Ryujin lihat, mungkin ia sudah tidak sadarkan diri.
Ryujin menpuk jidatnya sambil berseru. "Oh iya! Lo kan juga tampil besok. "
Beomgyu kembali mengangguk mengiyakan, bibirnya masih mengerucut lucu.
"Aduh! Mata gue!" Beomgyu segera menoleh melihat Ryujin yang menutup hampir seluruh wajahnya.
"Kenapa?"
"Mata gue lagi diet. "
"Hah?"
"Mata gue lagi diet untuk nggak liat yang imut, lucu, manis, tampan dan cantik nya lo. Biar gak diabetes. "
"Sinting lo!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.