Dhea tidur terlentang di atas rerumputan pendek di belakang rumahnya, menatap langit biru dengan burung-burung yang berterbangan di atas sana. Ia tersenyum saat matanya mengikuti burung itu bertebangan ke segala arah.
Senyun tipis tercetak di bibirnya saat sadar awan-awan di atas sana terlukis cantik, matahari yang terik. Menjadi pemandangan semakin apik. Angin masuk pada di sela-sela rambutnya. Matanya kembali terpejam, menikmati desau angin yang menjalar si seluruh tubuhnya.
"Dhea bangun!"
Erika menggerak-gerakkan tubuh Dhea yang belum juga terbangun hingga bel pulang berdering. Tidur di kelas sudah menjadi hal wajib Dhea setiap hari, dan tidak ada satupun guru yang berani memarahi Dhea dengan kelakuannya yang seperti itu, juga yang tidak pernah mengikuti pelajaran.
"Bel udah bunyi!"
"Ck! Ganggu mimpi indah gue aja lo!" jawabnya tanpa membuka mata. Lalu kepalanya semakin ia tenggelamkan di dalam lipatan tangan.
Vera yang duduk di belakang mereka akhirnya bergerak menuju meja Dhea setelah membereskan buku-bukunya. "Nggak gitu cara bangunin Dhea." Tubuhnya membungkuk lalu membisikkan sebuah kalimat, dia tau hanya kalimat itu yang akan membuat Dhea segera bangkit dari posisinya.
Tepat setelah kalimat itu diucapkan, tubuh Dhea langsung terangkat. Dhea memakai tasnya lalu bergerak menuju meja Billy. Sementara cowok itu masih sibuk dengan ponsel ditangannya.
"Hai sayang!" katanya setelah duduk di kursi kosong di depan Billy. "Kamu, nganterin aku pulang, 'kan?"
Bukan Dhea namanya jika tidak memiliki tingkat kepedean seperti itu. Saat di kantin tadi ia mengajak Billy untuk pulang bersama, namun, belum sempat cowok itu menjawab, Dhea langsung pergi dari tempat ia semula duduk.
Mendengar itu, Billy mengangkat sebelah alisnya. "Gue pulang bareng Shela," katanya singkat, lalu berjalan ke luar kelas.
Yang Dhea tau, hanya ada satu Shela yang Billy kenal, dan pastinya Dhea juga tau siapa Shela yang cowok itu maksud. Di otaknya langsung terlintas niat jahat untuk cewek itu.
Saat dilihatnya Billy berbelok ke arah kanan bukannya berbelok ke parkiran yang ada di sebelah kiri sekolah, ia seolah diberi kesempatan untuk melakukan hal kejinya.
"Ikut gue!" katanya pada kedua dayangnya yang masih duduk di bangku masing-masing. Tidak bisa dibiarkan, lama-kelamaan cewek itu akan melunjak. Ia harus memberi pelajaran.
****
Di balik pohon besar yang ada di parkiran sekolah, Dhea tersenyum puas saat melihat ban motor milik Billy yang sudah ia kempeskan. Sebelumnya, Dhea juga sudah mengambil ponsel Shela secara diam-diam dari saku roknya yang ketat.Ia mengeluarkan ponsel itu dari dalam saku kemejanya, kemudian berusaha membuka sandi pada ponsel itu. Ia berdecak saat berulang kali gagal. Karena kesal, ia membanting ponsel itu di atas semen.
"Sayang banget hapenya lo gituin," ucap Erika yang terkejut dengan apa yang di lakukan Dhea.
"Masih kurang?" Dhea menaikkan alisnya lalu membungkuk mengambil ponsel tadi, mengarahkan ponsel itu ke selokan yang ada di dekatnya, dan dalam waktu sepersekian detik ia membiarkan benda kotak itu meluncur menuju air yang ada di dalam selokan.
"Bener-bener dah, lo." Vera menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
Ini masih belum seberapa, jangan pernah main-main dengan Dhea apalagi mencari masalah dengan cewek itu. Bisa-bisa banyak hal diluar dugaan yang akan ia lakukan.
ia tak peduli apapun, yang ia ingin hanya membuat lawannya menderita.
"Sengaja atau enggak, jangan pernah buat masalah sama gue." Cewek itu melipat tangannya di depan dada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Away
Teen FictionAku harap kalian nggak akan kecewa dengan kisah ini. Ini bukan tentangnya yang kutu buku lalu dibully. Ini bukan tentangnya yang introvert yang mendapatkan pacar si idola sekolah. Apalagi tentang dia yang ekstrovert dan mengejar cinta manusia batu. ...