13 | "Gue suka sama lo!"

198 33 40
                                    

Setelah menarik gadis itu secara paksa di parkiran tadi, kini langkah mereka berhenti di balik pohon besar yang tidak jauh dari parkiran berada. Kemudian cowok itu menyandarkan Dhea pada batang pohon.

Gadis itu membelalakan matanya, ia bingung sekaligus tidak percaya saat menyadari siapa cowok ini. Tidak tau harus mengucapkan syukur atau justru bertanya-tanya.

Bagaimana bisa cowok yang selama ini bersikap dingin dan cenderung menghindarinya kini justru ada di hadapannya dengan senyuman manis?

Cowok yang tadi menariknya adalah Billy Nathaniel, cowok yang Dhea cintai setahun belakangan.

Berbanding terbalik dengan sikap Billy biasanya, sekarang cowok itu justru tidak menampilkan wajah kesalnya sedikitpun.

"Sorry," kata Billy dengan tatapan serius, seolah-olah menunjukan rasa bersalah yang besar.

Melihat sikap Billy seperti itu, kesadaran gadis itu kembali. Ia tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Maaf kalo selama ini gue bersikap nggak peduli. Bahkan gue cenderung mengabaikan keberadaan lo," lanjutnya dengan tatapan yang masih belum berubah.

Dhea terdiam cukup lama karena tidak menyangka Billy akan bersikap seperti ini kepadanya. Senyumnya sama sekali tidak ia rencanakan untuk memudar dengan cepat. "Enggak apa-apa, kok," jawabnya.

Cowok itu membalas senyuman Dhea, kemudian menggenggam tangan gadis itu erat. Desiran darah tidak bisa ia hindari, pun dengan degupan hebat yang tiba-tiba hadir di jantungnya.

Dhea mengerjapkan matanya agar memastikan bahwa kejadian ini bukanlah sebuah mimpi.

Billy menatapnya lekat, mata hitam pekat milik cowok itu benar-benar bisa mmebuat orang lain melupakan segalanya. Kharisma cowok itu ada di matanya, siapapun yang menatap mata hitam pekat itu, maka ia akan dengan mudah jatuh cinta.

"Bil, ini beneran elo, 'kan?" tanya Dhea masih tidak percaya, "lo lagi sadar, 'kan?"

Billy mengangguk. "Gue sadar."

"Kenapa sikap lo ke gue berubah begini?" tanya Dhea dengan kedua alis terangkat, "bukannya lo benci gue?"

Di luar dugaan, cowok itu justru tertawa membuat Dhea mengerutkan alis samar.

"Gue salah," ucapnya datar, kemudian genggaman tangan itu ia eratkan, juga memperpendek jarak diantara mereka.

Dengan jarak yang mungkin hanya tersisa sepuluh senti meter, Billy berucap pelan. "Gue suka sama lo."

Dhea membelalakan matanya, kalimat Billy barusan berhasil membuat napasnya tertahan. Degupan dan desiran darah hebatpun tak bisa ia hindari.

Apakah ini nyata?

Atau sekedar khayalan?

Cowok yang selama ini bersikap dingin dan seolah membenci dirinya sekarang justru menyatakan cintanya tanpa basa basi.

Dhea masih tidak percaya ini, ia diam cukup lama untuk mengembalikan kesadarannya.

"Jadi pacar gue, ya!"

Dhea yang tadi menunduk, kini mendongakan kepalanya. Ia menatap lekat mata hitam pekat itu lagi, berusaha menemukan sebuah kebohongan di sana walaupun ia berharap tidak menemukan hal itu.

Namun, belum sempat pertanyaannya terjawab, sebuah tangan melepaskan genggaman mereka.

Seketika, dua orang itu menoleh.

"Gue sama Dhea udah jadian. Jadi, gue minta lo jauhin pacar gue!" ucap Arvin tegas kemudian menarik tubuh Dhea agar menjauh dari cowok yang kini justru menatap datar mereka berdua.

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang