17 | Kembalinya Levita

156 25 7
                                    

Tadi, saat ia mengatakan bahwa Billy sudah merusak dirinya, Arvin marah besar, bahkan ingin menemui Billy saat itu juga. Namum, Dhea menahan langkahnya dan meminta Arvin untuk tidak melakukan tindakan apapun.

Saat mengingat benda yang ia temui di koridor gudang, Arvin dengan cepat memasukan micro SD tersebut ke dalam handycam yang selalu ia bawa di dalam tas. Dengan sigap, cowok itu melihat isi di dalamnya, berharap menemukan sesuatu yang berhubungan dengan ucapan gadis itu tadi.

Setelah melihat isinya, dugaan Arvin benar. Di dalam video itu terlihat tubuh Dhea yang cowok itu tidurkan di lantai gudang. Karena tidak ingin melihat adegan selanjutnya, ia memberikannya pada Dhea. Awalnya nyeri terasa di hati gadis itu, ia merasa hidupnya tidak lagi berguna, airmatanya ikut menetes kala melihat Billy mulai mendekati tubuhnya.

Namun, tidak lama setelahnya, cowok itu justru menghadap kamera dan berbicara.

"Jangan pernah lo ganggu Rasty lagi, atau gue bakal benar-benar ngelakuin hal ini ke elo!" terlihat jelas amarah dalam kalimat yang Billy ucapkan.

Setelahnya, nyeri yang sebelumnya terasa kini mulai mereda. Meskipun ia kecewa dengan ucapan Billy, ia tetap bersyukur karena cowok itu tidak melakukan apapun pada dirinya.

Satu hal yang harusnya ia sadari, Arvin tidak akan pergi meninggalkannya dalam keadaan apapun.

"Lo yakin mau belajar hari ini? lo butuh istirahat."

Suara Arvin yang terdengar samar membuat kesadaran gadis itu tertarik. Sejak mengalami kejadian tadi, Dhea terus saja melamun, menyesali segala kebodohannya selama ini. ternyata, ia benar-benar jatuh cinta pada orang yang salah.

Mereka sedang berada di jalan menuju jalan ke rumah Dhea. Gadis iu memajukan kepalanya ke bahu cowok itu sebelum menjawab.

"Gue mau ketemu tante Ina," katanya dengan senyum. "Gue kangen dimasakin soto ayam sama nyokap lo."

"Emang lo pernah makan soto ayam buatan nyokap?"

"Waktu kecil, kan, gue sering banget makan di rumah lo. Lupa, ya?" tanya gadis itu.

Arvin tersenyum mendengar kalimat yang gadis itu ucapkan. Ternyata, Levita-nya sudah kembali.

***

Tuhan memberikan masalah bukan karena ingin melihat hambanya jatuh terpuruk ke dalam jurang. Sebaliknya, Tuhan ingin menguatkan hambanya dengan cara seperti itu, juga mengubah sifat-sifat buruk mejadi lebih baik.

Ketika masalah itu datang, seharusnya kita menemui orang-orang yang menguatkan diri, bukan justru bergabung pada orang-orang yang merusak tanpa disadari.

Seharusnya, itu yang Dhea sadari ketika masalah datang padanya bertahun-tahun lalu.

Malam sudah menyambut, pun dengan bintang yang bertabur cantik di langit menghiasi kota ini. Dhea mengadahkan kepalanya ke atas, ia bersyukur karena Tuhan kembali mempertemukannya dengan Arvin. Dengan orang yang membuatnya sadar akan hal-hal baik yang seharusnya ia lakukan.

Vespa yang Arvin kendarai menepi di pinggir jalan, membuat gadis itu mengernyit. "Kenapa?" tanya Dhea setelah ikut turun dari vespa itu.

Arvin menunduk, menekan ban belakang vespanya. "Ban-nya bocor."

Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling, berharap menemukan tempat tambal ban di sekitar sini, tetapi gagal. Ia memilih bertanya pada orang-orang yang duduk di trotoar jalan, tidak peduli dengan Arvin yang bertanya ia ingin ke mana.

Setelah menemukan jawaban, ia kembali menemui Arvin. "Itu, kan ada persimpangan, terus kita belok kanan. Nah, nggak jauh dari sana ada tempat tambal ban," kata Dhea. "Ya udah yuk kita dorong!"

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang