11 | Kalimat paling menusuk

225 46 39
                                    

Pagi hari kota jakarta memang sudah terbiasa dipadati dengan suara klakson dan kendaraan yang berlalu lalang karena ingin bekerja atau berangkat sekolah.

Di jok belakang sebuah motor sport yang dikendarai oleh Billy, Rasty berulang kali merapalkan doa agar Dhea tidak melihat dirinya berangkat sekolah dengan cowok yang Dhea cintai setengah mati.

Saat ia baru saja keluar rumah, ia sudah melihat Billy yang duduk di atas motor. Ia ingin menolak, tetapi tidak akan bisa jika Billy sudah mulai memaksa dan sadar bahwa dirinya sudah terlambat datang ke sekolah.

Sejak kejadian dua tahun yang lalu, ia sudah berusaha menjauh dari cowok itu, tetapi Billy justru punya berbagai cara agar tetap bisa mendekati Rasty. Ia merasa harus tetap bertanggung jawab atas diri Rasty.

Saat teringat dengan persimpangan jalan yang tidak jauh dari sekolahnya, Rasty berucap, "Bil, turunin aku di persimpangan, ya. aku enggak mau Dhea lihat."

Alis Billy menyatu. "Dhea?"

"Seluruh sekolah udah tau kalo Dhea naksir kamu, Bil," katanya kemudian menjeda ucapannya, "aku enggak mau dilabrak lagi."

"Lo dilabrak lagi?"

Sadar dengan ucapannya barusan, Rasty terdiam.

Billy yang masih mengendarai motor tersebut melirik Rasty sekilas. "Jawab gue, Rasty," katanya dengan penuh penekanan.

Dengan gugup akhirnya Rasty menjawab, "Eng-enggak. Maksud aku, aku enggak mau aja nasib aku sama kayak cewek-cewek yang nyari perhatian kamu."

Billy tak menjawab, ia yakin ada hal yang Rasty sembunyikan darinya. "Kalo Dhea ngelabrak elo lagi, bilang ke gue biar gue kasi dia pelajaran."

Dengan reflek, Rasty melebarkan matanya. "Eh-eh, jangan! Aku enggak pernah diapa-apain, kok, serius."

Gadis itu menelan salivanya tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Yang ia tahu, Billy adalah salah satu badboy-nya sekolah. Tidak pernah mengikuti aturan, selalu merokok di gudang belakang sekolah. Apalagi Rasty tahu bahwa cowok itu berteman dengan orang-orang yang mengonsumsi narkoba.

Ia paham betul apa tabiat Billy jika sudah benar-benar marah.

"Turunin aku di sini!" seru gadis itu saat menyadari bahwa Billy melewati persimpangan itu begitu saja.

"Billy, Please!" katanya memohon.

"Tenang aja, Dhea enggak akan berani nganggu lo," kata Billy saat mereka sudah memasuki pagar.

Sementara dari kejauhan, Dhea berdiri bersandar pada batang pohon yang tidak jauh dari parkiran dan menatap dua orang itu tidak suka.

Dhea tersenyum tipis. "Masih mau main-main ternyata!"

*****

Jam pelajaran pertama sudah berlangsung sejak satu jam yang lalu, tetapi tiga gadis ini masih tidak ingin kembali ke kelas dan memilih menikmati makanan di kantin.

Kebiasaan yang sudah berlangsung sejak duduk di kelas sebelas.

Vera dan Erika saling berpandangan saat melihat Dhea makan dengan gerakan kasar. Satu hal yang ada di pikiran mereka saat ini, Billy membawa wanita lain lagi.

"Siapa lagi yang di bawa Billy?" tanya Erika setelah meneguk minumannya.

Gadis berambut sedikit pirang itu mengangkat kepalanya, tetapi memilih tak menjawab.

Vera melebarkan matanya melihat temannya dengan rambut acak-acakan dan kontak lens berwarna coklat terang menyeramkan, tidak lupa dengan keringat yang memenuhi dahi.

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang