15++
Nggak ada adegan. Cuma dialog yang nunjukin profesi Vera. Di part part berikutnya bakal dijelasin lebih jelas alasan kenapa Vera ngelakuin itu.Kasi tau kalo ada typo.
*****
Hiruk pikuk keramaian di kantin tak luput dari mata geng yang paling ditakutkan di sekolah ini saat baru saja memasuki kantin. Siapa yang berani dengan Dhea si anak yayasan yang memiliki sekolah ini? Juga siapa yang berani dengan kedua dayang yang galaknya ngalahin medusa? Jawabannya tidak ada. Kalaupun ada sudah pasti jabatan ayahnya lebih tinggi daripada Dhea.
Sejak duduk di meja nomor dua tadi, Dhea sudah memesan satu mangkuk Mie ayam kesukaannya, dan persediaan es teh manis sampai empat gelas. Melihat itu, baik Vera ataupun Erika sudah terbiasa dengan Dhea yang seperti ini.
Cewek berambut sebahu itu meneguk es teh manis yang daritadi berada di atas mejanya. Setelah memakan mie ayam super pedas, ini adalah es teh manis ketiga yang ia minum.
Keringat mengalir di pelipisnya. Sudah terbiasa jika dia melakukan ini saat dia sedang kesal sama orang, katanya kalau makan pedas dia bisa lupa sama apa yang dia alami.
"Menurut gue, lo berenti deh makan mie ayam itu." Erika memandang ngeri ke arah mengkuk yang warnanya sudah tidak beraturan akibat saus sambal dan cabai hijau giling yang dia letakkan terlalu banyak. "Lo kesel sama Rasty kenapa diri lo sendiri jadi imbasnya?"
Dhea refleks menghentikan makannya, lalu menatap Erika di depan dengan kerutan samar. "Maksudnya?"
Vera meletakkan sendoknya demi menjawab pertanyaan Dhea barusan. "Maksudnya, lo makan pedas gini buat pelarian biar kepala lo nggak pusing mikirin hal tadi, 'kan?" Alisnya terangkat sebelah.
Cewek di depannya tertawa mendengar penuturan temannya barusan. "Gue makan pedas karna hal tadi?" ia kembali menguatkan volume tawanya dan kali ini lebih lama dari sebelumnya. "Really?" Diangkatnya kedua alis sebelum tertawa sebentar dan melanjutkan makannya.
Dua orang di depannya saling pandang karena bingung. Biasanya Dhea akan melakukan ini jika sedang ada masalah. Dan, mereka tidak salah 'kan jika berpikiran hal yang sama saat gadis berambut coklat itu melakukan hal yang sama?
"Gila!" Dhea masih terkekeh meskipun sekarang sudah kembali memakan mie ayamnya. "Yakali gue pusing mikirin cewek lemah kayak dia."
Erika menggedikkan bahu saat Vera menatapnya seolah-olah bertanya 'terus kenapa dong'. Tidak mau ambil pusing, ia memilih kembali memakan nasi goreng di depannya. "Terus, rencana lo selanjutnya apa?"
"Rencana apaan?" tanya Dhea tanpa menoleh.
"Itu, rencana buat ngerjain Rasty."
Dhea menghentikan makannya, menegakkan tubuh melihat Vera. "Ada ide?"
Baru saja Vera membuka mulut Erika sudah memotong. "Jangan bilang labrak dibelakang sekolah, rok di coret-coret pas dia olahraga dan jus jeruk asin yang lo bikin pas dia pesan di kantin Pak Darto. Gue bosen itu-itu mulu ide lo!" keluh Erika. Dua tahun mendapingi Dhea duduk di singasana kekuasaan membuat Erika paham betul apa saja yang mereka lakukan pada korban-korbannya.
"Gue mau kali ini kita harus kejam-sekejamnya." Dhea menyunggingkan senyum miringnya. "Dia beneran ngajak gue main-main."
"Yang penting kita tetap aman, 'kan?" tanya Erika.
"Lo ragu?" Sebelah alisnya terangkat. "Gue, Dhea Levilita Yeour," katanya masih penuh penekanan saat menyebutkan nama belakangnya. "Guru BK mana yang berani menghukum kita?" ada nada sombong dibalik kalimatnya barusan.
"Iya-iya si anak yang punya sekolahan," ejek Vera, "emang orang tua lo nggak tau kelakuan lo di sekolah?"
"Guru mana yang berani ngelaporin itu? Ya nggak bakal ketauan lah. Pas Papanya lihat-lihat sekolahan aja dia belagak jadi murid teladan."
Kedua temannya itu sontak menoleh saat Dhea tersenyum senang saat menatap pintu kantin. Sebenarnya tanpa melihat kearah pandangan Dhea-pun mereka pasti sudah tau siapa yang datang.
Siapa lagi kalau bukan Billy.
"Diko ganteng banget ...," kata Erika yang langsung menangkupkan kedua pipinya.
Vera sedikit terkekeh. "Percuma, udah bekas gue!" katanya langsung.
Erika melebarkan matanya refleks, lalu menoleh kearah Vera yang sedang menyeruput es jeruk miliknya. "Lo main sama dia?!" tanya Erika dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya.
"Dihh, anjir!" refleks Vera menoyor kepala Erika. "Berisik banget! Kalo orang-orang tau profesi gue gimana?" katanya pelan dengan penuh penekanan.
"Orang-orang juga udah pada tau," kata Dhea setelah meneguk sisa es tehnya. "Gue duduk sama pacar dulu ya!" setelah mengatakan itu, Dhea bergerak pergi menuju meja Billy dan tema-temannya.
"Ehh, lo beneran main sama Diko?" tanya Erika yang masih penasaran.
Tak ingin menjawab pertanyaan itu, Vera memilih mengangguk pelan. "Sebentar lagi juga dia jatuh cinta sama gue."
*****
From: RastyAr, tadi Rasty dilabrak Dhea. Sekarang lagi di UKS.
By: Anin
Sedetik setelah membaca pesan itu, Arvin langsung bergerak dari kantin. Kalau urusannya sudah dengan Dhea, mereka sudah tidak bisa apa-apa selain menghindar dari tiga orang titisan medusa itu.
Sebenarnya, ia sudah berulang kali melaporkan setiap ada yang menjadi korban Dhea. Tapi semuanya seolah tidak ingin membahas tentang masalah yang dilakukan cewek itu, meskipun beberapa orang sudah memilih pindah dibandingkan menjadi korban dari seorang Dhea Levilita Yeour.
Sekarang apa yang dia lakukan setelah mendengar kabar bahwa temannya lah yang menjadi korban.
Yang pertama kali dilihatnya saat memasuki UKS adalah Rasty yang sedang tertidur di atas bangkar dan Anin duduk di sebelahnya sambil memegang ponsel milik cewek itu dan juga Bagas yang meminum isi gelas.
Anin menoleh saat Arvin memasuki ruangan itu. "Ar, tolong deh lo kasi pelajaran ke teman masa kecil lo itu," kata Anin dengan menekankan kata teman masa kecil.
"Dia belum pasti teman masa kecil gue ...," katanya lalu memilih duduk di atas bangkar. "Teman masa kecil gue itu Levita, gue nggak pernah tau nama panjangnya siapa."
"Tapi lo bisa coba cari tau, 'kan?" Sambung Bagas.
"Lo lihat, lutut sama siku Rasty luka. Kepalanya juga pusing karena dijambak Dhea." Anin mengarahkan ponsel milik Rasty ke arahnya. "Cuma gara-gara ini."
Arvin berdecak. Ia tau Billy memang segalanya bagi Dhea, jadi wajar kalau Dhea begitu marah jika ada yang berusaha mendekati cowok itu. Sayangnya cewek itu tidak pernah tau bahwa Rasty adalah mantan kekasih Billy beberapa tahun yang lalu.
"Gue minta tolong banget Ar, lo buat Dhea dan teman-temannya berhenti ngebully orang." Anin berhenti sebentar. "Sekarang Rasty, besok bisa aja gue, selanjutnya siapa lagi? Mau berapa orang lagi yang harus pindah sekolah gara-gara dia?"
Bukan tanpa sebab Anin begitu cinta dengan sekolah ini. Dia, Arvin, Bagas dan Rasty merupakan anggota osis yang seberusaha mungkin membuat sekolah ini dipandang oleh masyarakat. Dua tahun sebelumnya, sekolah ini bahkan menjadi sekolah favorite.
Tetapi semenjak Dhea memasuki sekolah ini, peminatnya semakin berkurang. Tidak hanya itu, beberapa ekskul juga mulai ditiadakan karena kurangnya peminat akibat murid sekolah yang semakin lama semakin sedikit.
"Ini tahun terkhir kita buat buktiin bahwa sekolah ini memang layak disegani." Bagas ikut berbicara, "cuma lo satu-satunya orang yang kita harapin buat bikin Dhea berubah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Away
Novela JuvenilAku harap kalian nggak akan kecewa dengan kisah ini. Ini bukan tentangnya yang kutu buku lalu dibully. Ini bukan tentangnya yang introvert yang mendapatkan pacar si idola sekolah. Apalagi tentang dia yang ekstrovert dan mengejar cinta manusia batu. ...