10. My Perfect Boyfriend [kiss the forehead]

686 22 12
                                    

Pagi-pagi buta Elsa terpaksa sudah berada di kelasnya, hampir 10 menit Elsa sampai di sekolah setelah perdebatan dengan Abangnya.

Tetapi Elsa tidak sendirian, ia bersama beberapa orang yang menurutnya tidak asing lagi. Siapa lagi kalau bukan Dian dan teman-temannya.

"Sa!" Panggil Dian yang sejak tadi melihat Elsa yang sedang memainkan barang berbentuk persegi panjang itu.

"Apa?" Tanya Elsa tanpa melihat wajah yang memanggilnya.

"Kenapa lu suruh kita ke sekolah, pagi-pagi buta gini Sa?" Tanya Dian dengan menatap gadis di hadapannya.

"Iya bos, kenapa pagi-pagi gini disuruh ke sekolah."

"Aku teh masih ngantuk, masih mau tidur ganteng tau."

"Emang ada masalah apa bos?"

"Gak biasa lu gini bos."

"Dikira Emak gue, gue rajin sekolah. Karena berangkat pagi-pagi buta gini."

"Tapi demi lu my love, gue rela ke sini pagi-pagi."

Hampir begitu omongan orang-orang yang berada di kelasnya, sedangkan yang lainnya hanya diam dan adapun yang sedang tidur.

"KALIAN GAK SUKA?! YAUDAH PULANG SANA!" Perintah Elsa dengan nada membentak.

Semua orang yang sedang berada di kelas itu mematung seketika, karena bentakan sang bosnya. Suasana kelas menjadi hening, tidak ada yang berani berbicara.

Menurut mereka bosnya jarang berbicara dengan nada seperti itu. Tetapi hari ini berbeda, mereka semua spontan mengingat hari dimana bosnya pernah membentak persis seperti hari ini.

Dulu. Iya dulu, saat bosnya mengalami masalah dengan keluargannya.

Pasti kalian bertanya, kenapa mereka bisa tau banyak tentang Elsa. Iya kan? Tentu mereka mengenal bosnya dengan baik, karena hampir 4 tahun lebih mereka bersama-sama dengan bosnya, layaknya seperti keluarga.

Hampir 5 menit suasana di kelas itu tegang dan dingin bagaikan di kutub Utara. Karena tidak ada yang berani bersuara, Dian pun memberanikan diri untuk memulai berbicara.

"Sa," ujar Dian mewakili teman-temannya.

Sedangkan orang yang dipanggil hanya melihat sekilas pada sang pemanggil dan melihatnya dengan sinis, lalu ia kembali memainkan handphone-nya.

"Gimana kalau kita nyanyi ajah, dari pada cemberut kan? Nanti cantiknya ilang lu," goda Dian pada Elsa supaya mood-nya membaik lagi, sebelum banyak orang yang datang ke sekolah.

"Iya bos, jangan malah-malah aku tatut."

"Mending kita nyanyi bos, boskan bisa melepaskan kekesalan bos lewat lagu. Iya kan? Kan? Pasti iya lah."

"Kita tau bos lagi ada masalah besar, tetapi kita selalu ada disisi bos."

"Kan kita keluarga"

"Iya kita keluarga bos"

"BlackWhite is good jobs"

"Karena kita BlackWhite, kita keluarga."

"Kami setuju"

Elsa sangat senang mendengar ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut para sahabatnya itu. Ia pun mengganggukan kepala, yang artinya ia mau.

"Gitu dong Sa, tapi alat alat musiknya seadanya ajah ya?" Ujar Dian yang disetujui Elsa.

Mereka semua mulai bernyanyi dengan alat-alat yang ada di sekitarnya. Ada yang memukul meja dengan tongkat seperti dramer, ada yang pakai sapu dengan menirukan gitar, ada yang pakai botol, dan adapun yang lainnya.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang