06. My Perfect Boyfriend [Antara Bima dan Dian]

813 25 24
                                    

Dian dan Elsa sedang berjalan menuju kolidor kelasnya, tiba-tiba ia melihat seorang cowok yang menghalangi jalannya.

Siapa lagi kalau bukan seorang badboy sekolah ini yang setiap hari menggangu dirinya.

Untungnya hari ini adalah hari terakhir ia mengikuti kemauan Bima, setelah hari ini ia bebas dari seorang cowok yang membuat ia risi.

"Minggir!" Bentak Elsa, Bima terus melihat Elsa dengan tatapan tajam.

"Dari mana?" Tanya Bima yang sedikit khawatir. Elsa tidak menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Bima.

"Ehk bentar, muka sama leher lu kenapa? Kaya orang habis berantem?" Tanya Bima lagi. Elsa lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Bima, ia hanya diam.

"Masalahnya sama lu apa?" Tanya Dian balik pada Bima. Bima tidak sadar jika ada Dian di sebelah gadis yang sedang ia ajak bicara.

"Lu lagi? Ngapain sih ikut campur mulu," Bima kesal karena lagi-lagi Dian ikut campur dengan urusannya.

"Es campur enak tau," Dian sedikit mencairkan suasana.

"Dasar gak nyambung," ketus Bima yang tidak suka dengan cowok dihadapannya.

"Emangnya kabel nyambung ya?" Dian bertanya pada Bima, yang membuat orang yang diajak bicara merasa marah.

"Apaan sih, lu ikut gue," Bima sudah marah, ia langsung menarik tangan Elsa sebelah kiri untuk mengikuti dirinya.

"Gak bisa, dia sama gue," Dian pun langsung menarik tangan Elsa sebelah kanan.

Sekarang Elsa ditarik ke kanan dan kiri, tangan dan seluruh tubuhnya masih terasa sakit karena perkelahian semalam dengan abangnya.

"Ikut gue," Bima menarik tangan Elsa ke kiri.

"Sama gue," Dian menarik ke kanan.

"Ikut gue," Bima menarik lagi ke kiri.

"Stoppppp, lepasin tangan gue!" Teriak Elsa ketika kemarahannya sudah memuncak.

Seketika kedua cowok disebelahnya diam dan melepaskan tangannya. Akibat teriakannya Orang- orang di sekitar kolidor melihat pada dirinya.

"Ikut gue," Bima menarik tangan Elsa untuk menjauh dari Dian.

"Yaudah Sa, pulang sekolah gue tunggu di parkiran," Dian angkat bicara dan berjalan menjauh untuk menuju kelasnya.

***


"Sa lu kenapa? Muka lu kenapa? Leher lu kenapa? Tangan lu kenapa?" Pertanyaan yang bertubi-tubi ditanyakan pada dirinya dan Antari tidak berhenti berulang kali membulak-balikan mukanya.

"Iya Sa lu kenapa? Lu habis berantem? Sama siapa?" Intan pun menjulurkan banyak bertanyaan, sebagai pertanda kekhawatiran dirinya pada temannya itu.

Elsa hanya pasrah, karena teman-temannya saat khawatir tidak bisa dicegah. Walaupun saat ini ia bukan merasa mendingan, melainkan merasa lebih sakit dari sebelumnya.

"Kalian mau Elsa sembuh atau lebih sakit?" Ismi memang tidak terlalu khawatir, ia tau kalau Elsa tidak selemah yang mereka pikirkan.

"Maaf maaf, gue kwartir tau Mi. Lihat ajah mukanya babak belur gini," Antari mulai melepaskan tangannya dari muka Elsa.

"Ihk Lu mah, jawab kali pertanyaan gue," ujar Antari kesal.

"Iya, pertanyaan gue juga," ujar Intan.

"Mau jawab gimana? Pertanyaan kalian banyak, gue harus mulai dari mana?"

"Yaudah biar Antari yang cantik ini yang nanya," Ketiga temannya merasa jijik, karena nadanya agak di manjakan.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang