19. My Perfect Boyfriend [Balkon]

635 16 3
                                    

Di malam hari seorang gadis duduk diatas jendela, ia terlihat sedang melihat ke atas langit yang hanya ada cahaya bulan.

Gadis itu sedang bertanya kepada langit, kenapa ia selalu menjadi malam yang gelap seperti ini setiap harinya, ia juga ingin merasakan menjadi siang yang bisa membuat hari-harinya cerah atas bantuan matahari.

Entah kenapa malam ini gadis itu sangat menyesali hidupnya yang sangat gelap, biasanya ia tidak perduli soal kehidupannya.

Ia juga sangat suka menunggu malam tiba, karena cahaya bulan yang menerangkan bumi saat malam hari bisa menenangkan pikirannya. Tetapi kenapa malam ini, cahaya bulan tidak bisa menenangkan pikirannya sama sekali.

"Non, nyonya dan tuan sudah pulang," ujar Santi kepada anak majikannya yang sejak pulang sekolah hanya diam dikamar dan tidak keluar.

"Makasih," balasnya.

Gadis itu berjalan keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah menggunakan lift. Hampir 5 menit, akhirnya liftnya berhenti dan terbuka yang menunjukkan lantai 1 yang sudah terdapat dua orang yang baru saja pulang bekerja selarut ini.

Gadis itu menyimpan surat yang dipegangnya, diatas meja tamu yang sudah terdapat dua orang yang baru saja datang.

"Apa ini, sayang?" Tanya Ayu kebingungan kepada Elsa yang tiba-tiba memberikan surat dan tidak bicara apapun.

"Bisa baca?" Tanya Elsa pada Ayu.

"Mamih cape baru pulang kerja, kamu butuh apa? Emangnya uang yang Mamih sama Papih kasih sudah habis?" Tanya Ayu kepada Elsa. Elsa binggung kenapa mereka bisa berpikir kalau ia ingin meminta uang kepada mereka. Tidak bisa apa kalau mereka berpikir tentang yang lain, kecuali uang?

"Besok ada acara resital musik, sekolah mengundang seluruh orangtua murid," ujar Elsa menjelaskan kenapa ia mendatangi mereka.

"Maaf sayang, Mamih gak bisa datang ke acara itu. Besok mamih ada urusan penting, coba minta tolong ke Papih mu," ujar Ayu kepada Elsa.

"Gak bisa, Mih. Papih juga ada rapat penting besok dengan perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaan Papih," ujar Lukman pada istrinya.

"Maaf sayang, kali ini Papih sama Mamih gak bisa datang ke acara yang diadakan di sekolah kamu," ujar Ayu tersenyum lebar pada Elsa.

Sudah Elsa duga, pasti jawaban itu yang akan didengar oleh telinganya. Sudah hampir seratus kali ia mendengar jawaban itu, mungkin lebih. Elsa tau, pasti penolakan yang akan diucapkan dari mulut mereka, tetapi ia tetap saja memberikan surat itu, ia berpikir mereka sudah berubah.

"Emang kalian pernah sekalipun datang ke acara sekolah saya?" Tanya Elsa spontan.

"Maaf sayang, kalau Mamih gak sibuk pasti mamih akan datang," balas Ayu.

"Oke, kalau gitu saya ingin bertanya, kalian pilih saya atau pekerjaan?" Tanya Elsa pada mereka berdua.

"Kamu," balas mereka bersamaan.

"Buktikan," ujar Elsa.

"Tapi Mamih besok gak bisa datang, sayang," ujar Ayu meyakinkan Elsa kalau besok ia tidak bisa datang.

"Papih juga, maaf ya sayang," ujar Lukman juga.

"Kenapa sih kalian lebih mementingkan pekerjaan dari pada saya, kalian bekerja hanya untuk uang kan? Apa dunia ini cuman soal uang? Enggak."

"Papih sama Mamih bekerja juga untuk kamu sama kakak, Papih ingin melihat anak-anak Papih gak kekurangan fasilitas apapun."

"Tapi saya kekurangan kasih sayang dari seorang ibu dan seorang ayah, saya juga mau seperti orang lain yang mempunyai orangtua yang menyayangi anaknya lebih dari segalanya. Tapi apa yang saya dapatkan? Saya hanya mendapatkan orangtua yang gila kerja, kalian pulang larut malam dan berangkat pagi-pagi buta, apakah kalian pernah mempunyai waktu untuk saya sehari saja? Bahkan satu menit pun, kalian tidak pernah memberikan kesempatan kepada saya untuk merasakan kehadiran sosok orangtua di hidup saya," ujar Elsa, Elsa berusaha supaya air matanya tidak jatuh dihadapan mereka.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang