13. My Perfect Boyfriend [Ismi Miftadilah]

639 20 13
                                    

Elsa merapikan dasi merah garis putihnya, lalu ia meraih jas abunya yang tergeletak rapi di atas tempat tidurnya dan memakainya.

+62812201*****

Tidak lama kemudian handphone Elsa berdering, gadis itu melirik handphone miliknya yang terletak di atas nakas dan ia bertanya-tanya siapa yang menelponnya, atau mungkin temannya? Ia pun segera mengangkatnya.

"....

"Lu siapa?"

"...."

"Ngapain lu nelpon gue?"

"...."

"Gue gak mau dijemput sama lu, lu pergi mendingan dari rumah gue."

"...."

Orang itu pun mengakhiri telponnya, tak lama kemudian ia turun ke lantai bawah menggunakan lift setelah tahu kalau Bima sudah ada di depan rumah. Biasanya ia tak pernah terburu-buru seperti ini kala ada seseorang, namun entahlah dengan sekarang.

"Sarapan dulu non," tawar Bi Santi saat melihat anak majikannya terburu-buru.

"Nanti aja di sekolah." Elsa menjawab dan kembali berlari kecil menuju pintu utama.

Setelah sesampainya di depan pintu Elsa menatap Bima canggung sementara yang ditatap malah menatap balik dirinya dengan senyuman tipis.

"Gue udah bilang sama lu kalau gue enggak mau dijemput sama lu," ketus Elsa menatap Bima kesal sementara yang ditatap malah mengernyit heran.

"Terus lu mau dijemput sama siapa kalau bukan gue?" jawab Bima dengan wajah datar namun sedikit tak suka kala orang di depannya serasa tak menghargainya.

"Dian," jawab Elsa singkat sembari mengalihkan tatapannya dari Bima yang seakan-akan mengintimidasinya.
"Ngapain sama dia?" tanyanya tajam.

"Gue udah janjian bareng dia," ujar Elsa membuat Bima semakin tak suka kala Elsa menyebutkan nama cowok yang ia tak kenal, lebih tepatnya yang ia tak sukai.

Suara klakson mengintrupsi pembicaraan mereka berdua hingga keduanya menoleh dan mendapati Dian yang sudah datang dengan motornya.

"Gue duluan." Elsa beranjak dari tempatnya namun langkahnya terhenti kala Bima mencekal lengannya membuatnya kembali berbalik menghadap Bima.

"Lu berangkat sama gue." Bima menarik lengan Elsa menuju mobilnya dan menyuruh Elsa masuk meskipun gadis itu mencoba tetap teguh dengan pendiriannya yang akan berangkat bersama Dian, namun sikap cowok possesive itu kembali muncul membuat Elsa pasrah begitu saja.

Saat Elsa melewati Dian yang menatapnya, ia meminta maaf karena membatalkan janjinya.

Di dalam mobil tidak ada percakapan di antara keduanya, suasa hening di antara keduanya lebih mendominasi dari suara radio musik yang tadi Bima putar.

Sampai akhirnya di sekolah Bima maupun Elsa masih saling diam dan berjalan beriringan menyusuri koridor, suasana masih pagi namun teriakan centil mengarah pada Bima membuat Elsa ingin segera menjauh dari cowok di sebelahnya.
Seseorang menyela di tengah-tengah mereka berdua, cewek berwajah datar itu menarik temannya menjauh dari Bima.

Sementara di belakang mereka berdua ada gadis berlesung pipit mengejar temannya dan berhenti sejenak untuk menarik napas dan melirik pada cowok di sebelahnya yang memerhatikan dirinya juga.

"Pagi, Bima." Intan menyapa dengan senyuman manisnya cowok itu juga membalasnya dengan senyuman tipis.

Sementara Elsa yang ditarik oleh Ismi hanya menghela napas pelan ada sedikit rasa syukur saat sahabatnya itu pergi menjauh dari koridor yang mendadak pengap karena banyaknya orang untuk melihat Bima lewat. Hanya Bima. Iya BIMA.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang