.
.
Perempuan bersurai hitam seindah batu onyx setia mengulas senyum untuknya, ia hanya membalas seadanya. Mereka diberikan waktu berdua untuk saling mengenal, tapi sedari tadi ia hanya terdiam sementara gadis bersurai hitam yang terus saja mengoceh tentang dirinya. Shintarou mendengarkan, namun pikirannya sibuk berkutat dengan gadis surai baby blue. Dari kemarin shintarou sama sekali tak melihat kehadiran gadis mungil itu. Rasanya sedih sekali, padahal mereka tinggal ditempat yang sama. Namun bertemu pun sulit sekali.
"shin-chan, ibumu berasal dari keluarga midorima'kan?" ucap takao kazunari ceria, sama sekali tidak menyadari orang yang diajak bicara sedang melamunkan orang lain.
Mendengar namanya dipanggil membuat shintarou akhirnya menoleh, ia tersenyum untuk sekedar formalitas.
"iya nodayo." jawabnya singkat, kemudian ia kembali menegadahkan kepala menatap langit biru diatas sana.
"shin-kun suka warna biru?"
Shintarou mengangguk, senyum terulas dibibirnya. Takao yang melihat senyum itu mengira diperuntukkan untuknya, diam-diam ia bergembira.
"biru sangat cantik." gumam shintarou pelan namun dapat ditangkap dengan jelas oleh takao.
"biru??? Seperti rambut sepupuku..."
Shintarou menoleh cepat, lalu memandang aneh pada takao, sepupu katanya?
Mengerti tatapan tanya dan kebingungan shintarou, takao menjelaskan.
"sebenarnya, ibu suya-chan dan ibuku bersaudara. Tapi karena ibuku menikah dengan keluarga takao, margaku juga berganti menjadi takao. Kau pasti kenal'kan? Tetsuya istrinya yang mulia raja akashi seijuurou?" jelas takao bersemengat, tangannya bergerak aktif selama ia berkata. Tapi fokus shintarou sekarang adalah pernyataan calon istrinya, jadi calon istrinya memiliki hubungan darah dengan wanita yang dicintainya?
Sungguh tragis sekali...Shintarou terdiam setelah mendengarkan penjelasan takao, sementara takao menyadari situasi dimana shintarou tidak ingin diganggu memilih diam juga. Diam-diam ia melirik shintarou dan memuji pria tegap disampingnya. Shintarou sungguh pria yang hampir dapat dikatakan sempurna berdasarkan fisik yang ia punya. Shintarou tinggi, cerdas, tampan, pangeran pula, tapi ada satu yang kurang. Ketsunderean shintarou yang legend dan telah mendarah daging. Tapi biarlah, takao menerima shintarou ikhlas apa adanya, shintarou yang takutnya menerima dirinya karena ada apanya?
"shin-chan?" sebuah suara datar namun lembut dan halus membuat kedua insan yang terdiam itu menoleh cepat kebelakang mereka.
Pucuk dicinta ulan pun tiba, tetsuya sedang berada dibelakang mereka membawa nampan yang berisi secangkir teh hijau yang masih menguap dan sepotong cake vanilla. Ia tersenyum ramah pada shintaoru dan takao, sama sekali tidak menyadari pandangan yang berbeda dari keduanya yang menyoroti tetsuya.
"kuroko-san...ah...yang mulia ratu, kau tak seharusnya membawa nampan kotor itu. Mana pelayanmu nodayo? Sini ku bawakan untukmu." shintarou dengan gesit merebut nampan yang berada ditangan tetsuya beralih ketangannya.
"apa kau ini?" tetsuya mencibir. "lebay sekali, ini hanya nampan dan bukannya seisi istana."
Shintarou menepuk jidat, menjadi gemas sekali pada tetsuya. Ia menepuk kepala tetsuya pelan lalu mencubit pipi gembilnya pelan.
"cobalah untuk mendengarkan ratu muda bawel." tangan shintarou ditarik tetsuya, lalu ia menjulurkan lidah mengolok-olok wortel tsundere yang bahkan lebih bawel darinya. Lalu mata tetsuya bertabrak pandang dengan mata seseorang yang tanpa sadar terabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vocation in the castle
FantasyAku...kembali ke masa lalu dan menjadi seorang perempuan? Kuroko tetsuya.