BAB 16 : IQBAAL PAMIT

6.2K 513 21
                                    

Jakarta, aku pergi sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, aku pergi sebentar.
▶🌻🌻◀

Deru mesin pesawat terdengar jelas dari loby bandara. Keluarga Iqbaal beserta Omen dan ibu Dinda Kamil datang untuk mengantarkan kepergian Iqbaal ke Singapura untuk beberapa hari mendatang karena adanya tugas kantornya.

(Namakamu) menggendong Vera yang berusaia sudah satu tahun dua bulan. Dia terlihat sedikit sedih ketika mendengar kabar bahwa Iqbaal akan pergi ke Singapura meninggalkan mereka berdua dirumah.

Setelah berpelukan perpisahan dengan ibu Dinda Kamil dan Omen beserta bunda Rike dan Ayah Hery. Iqbaal menghampiri (Namakamu) dengan senyuman manisnya.

"Jangan nangis, yang. Aku disana cuma dua hari kok," jelas Iqbaal.mengusap lembit pipi (Namakamu).

"Ayah, gendong," kata Vera merentangkan kedua tangannya. Dengan sigap Iqbaal langsung meraihnya.

"Jagain bunda di rumah, ya? jangan bandel apalagi rewel," pesan Iqbaal diakhiri kecupan manis di pipi putrinya.

"Jaga diri baik - baik, baal." Pesan (Namakamu).

Iqbaal mengangguk kemudian menarik (Namakamu) membawa ke dalam pelukannya. "Iya, sayang."

"Ayah, jangan cali bunda balu lagi, ya?" kata Vera sontak membuat (Namakamu) melepaskan pelukannya dari Iqbaal. Sedangkan beberap orang yang menatapnya heran kemudian melongo.

"Enggak, sayang. Ayah enggak akan cari bunda baru lagi. Lagian kan ayah udah punya bunda (Namakamu) yang cantik," jelas Iqbaal.

"Sekarang Vera sama bunda dulu, ayah udah mau naik pesawat," kata Iqbaal lagi.

"Sini, nak," seru (Namakamu).

"Enggak mau, bun." Vera semakin mengeratkan pelukannya kepada Iqbaal. Walaupun setiap berkumpul dengan Iqbaal, Vera selalu membully Iqbaal dengan kata kata seperti orang jaman sekarang, tapi Vera tetap sayang ayah.

"Masih ada dua puluh menit lagi kok, (Namakamu)," ucap ayah hery yang sedang duduk di salah satu kursi ditemani bunda Rike disampingnya.

(Namakamu) mengangguk lalu kembali menatap Iqbaal yang juga menatapnya. Iqbaal tersenyum," Jaga diri baik baik ya? aku dua hari lagi pulang. Kamu mau aku oleh-olehin apa?"

"Vela, mau belbi, yah" celetuk Vera.

"Ayah, enggak nanyain kamu, wlek." Iqbaal menjulurkan lidahnya kepada Vera yang masih berada di gendongannya.

(Namakamu) terkekeh geli kemudian menggelengkan kepalanya pelan." Aku enggak minta oleh-oleh apa apa, Baal. Yang terpenting kamu sama ayah bisa sampai tujuan dengan selamat begitupun juga pas baliknya nanti. Jangan lupa salat itu yang pertama," pesan (Namakamu) mengusap pelan bahu Iqbaal.

Iqbaal melepaskan tangan kanannya yang habis menggendong Vera lantas membawa (Namakamu) dalam pelukannya lagi kemudian mengecup singkat puncak kepala istrinya itu sayang. "Aku janji enggak bakalan tinggalin salat."

Walaupun hanya dua hari, ini berat untuk Iqbaal. Dua hari dia tidak bisa merasakan gangguan putrinya ketika membangunkannya setiap pagi, dia tidak bisa memeluk istrinya, tidak bisa merasakan masakan istrinya lagi dan mengecup istrinya tiap malam sekalipun ada modus modus lain lagi. Hanya dua hari dia tidak akan mendengarkan celotehan Vera, sad :)

"Baik baik disana, ya?"

Iqbaal tersenyum kemudian mengangguk.

"Vera, sama bunda sekarang ya? ayah sama kakek mau berangkat sekarang," kata ayah Hery yang sudah berdiri dengan koper ditangannya.

"sama bunda, ya? nanti ayah beliin Vera banyak mainan, gimana?"kata Iqbaal.

Vera menggeleng, mengeratkan pelukannya kepada Iqbaal lagi. "Vela, ikut ya ayah?"

"Vera, nurut sama bunda. Ayah mau kerja loh," kata (namakamu) meraih vera dari gendongan Iqbaal.

"Tapi nanti vela kalo kangen sama ayah, gimana? kalo Vela malem-malem pengen nonton sama ayah, gimana?" lirih Vera--matanya membendung cairan bening.

Iqbaal menatap putrinya iba, ini hanya dua hari Vera sudah sangat sedih. Bagaimana jika bertahun tahun? tidak, Iqbaal tidak boleh meninggalkan Vera berlama lama.

"Kan ada hp, sayang. Nanti Vera bisa telepon ayah dan bisa lihat ayah deh dari sana, sekarang sama bunda dulu, ya?" tutur bunda Rike kepada cucunya.

Vera menatap ayahnya. Iqbaal tersenyum. "Sama bunda, iya?"

Vera mengangguk. " Tapi cium ayah dulu."

Vera mencium bibir Iqbaal sekilas dilanjut kepipi. Iqbaal melakukan hal yang sama kepada Vera lantas memberikan Vera kepada (Namakamu).

"Ayah, pulang cepet ya?"

Iqbaal mengangguk, mengacak rambut putrinya.

"Bun, Ale sama ayah masuk sekarang, iya?"Iqbaal mencium tangan bundanya.

"Bun, aku juga masuk ya?" ucap ayah Hery.

"Hati hati iya, mas?" Rike memeluk suaminya.

"Yang, aku pergi ya?" (Namakamu) mengangguk mencium tangan Iqbaal.

Iqbaal memeluk (Namakamu) lagi dengan Vera di gendongan (Namakamu).

"Hati - hati, kalau udah sampai ingat kabarin aku, iya?"

Iqbaal mengangguk." Pasti."

"Vera sama bunda dirumah enggak boleh nakal, ya?"

Vera mengangguk.

"Ayah, hati hati ya?" ucap (Namakamu) kepada mertuanya dengan mencium tangannya.

"Iya, (namakamu)."

Iqbaal dan ayah Hery berjalan masuk. Vera menangis berteriak memanggil nama Iqbaal sedangkan (Namakamu) mengusap punggung Vera.

Iqbaal mendengarnya, berat sekali.

"Nanti beli berbie sama oma ya, sayang."

"Enggak mau beli belbi oma hiks. Vela mau ayah."

"Sekarang kita pulang aja, yuk? nanti telpon ayah, ya?"

"Tapi ayah keliatan unda?"

"kelihatan dong."

**

I'm so sorry.

Maybe, aku revisi cerita ini karena menurut aku ada di alog yang terlalu gaje dan dramastis. Alurnya masih sama cuma mengubah sedikit kalimat yang berbeda.

I Know, walaupun udah di revisi beberapa kali pun pasti bakalan ada beberapa kata yang typo dan itu tidak hanya satu kata mungkin lebih. Jadi mohon di maafkan 🙏

Enjoy ya, guys. Sama cerita acak adul ini dan semoga kalian juga suka cerita lain dari aku.

So, selalu aku mengingatkan untuk jangan lupa meninggalkan jejak sebelum membaca cerita.

Jangan lupa untuk add cerita ini di perpustakaan kalian dan juga reading list kalian.

Thankyou.

FAMILY GOALS✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang