TWO

9.1K 473 77
                                    

Didepan pintu, Xavier terdiam. Masih lengkap memakai setelan kerja, namun perbedaanya kalau pagi tadi rambut Xavier tersisir rapi dengan wajah segar sekarang seolah kebalikannya, rambut lelaki itu tampak kacau berantakan, pun dengan matanya yang menyorot lelah.

Mata Xavier menatap ragu pintu itu, sebelum kemudian dia menarik napas lalu membuangnya kasar dan tangannya mendorong pintu itu hingga akhirnya terbuka setengah.

Xavier tersenyum kecil, tatapannya melembut-- tersorot dari lampu kamar remang remang kala ranjang ukuran king size dengan seseorang yang tertidur meringkuk seperti udang di sudut kamar itu yang pertama dia temukan.

Dengan senyumnya, Xavier mulai melangkah mendekati Hana. Senyumnya berubah kecut dan matanya meredup seketika saat dia sudah berada di hadapan wanita itu. Bagaimana Xavier bisa meninggalkan atau melepaskan wanita ini bila pada kenyataannya Xavier tidak bisa hidup tanpanya. Xavier akan gila kalau Hana benar benar pergi darinya, Xavier tidak akan bisa bertahan.

Sambil melepaskan dasi dan jas kerjanya, Xavier naik keatas ranjang, merangkak menuju Hana hingga berakhir duduk disamping wanita itu yang bagusnya tidak terusik sama sekali.

Mata Xavier berlabuh diatas nakas. Tray berisi segelas air putih itu hanya tersisa setengahnya. Itu artinya Hana sudah meminum pilnya. Pil yang runtin dia minum dari dokter Victor.

Dipastikan oleh Xavier sedari tadi wanita itu menunggunya pulang, itu terbukti dari ponsel yang masih berada di genggaman Hana. Sejak sore tadi Hana terus meneleponnya dan panggilan itu berjanjut hingga malam hari, tetapi Xavier tidak mengangkatnya. Xavier masih begitu merasa frustasi akibatnya dia tidak mau mengangkat telepon dari Hana. Ucapan Alfino sangat mengenai telak Xavier, membuat lelaki itu tidak fokus bekerja dan lebih memilih membanting semua alat alat kerja di kantornya juga memukul atau menendang dinding untuk melampiaskan kekesalannya.

Ditambah juga dengan ketakutaanya untuk yang pertama kali dari 4 tahun ini akan terjadi besok. Kembarannya--kakaknya, Xander Mathewson akan datang. Itu ketakutan Xavier. Xavier takut kedatangan Xander kesini hanya akan membuat Hana ingat kembali semuanya, masa lalunya dan cintanya yang teramat besar sepanjang waktu untuk Xander.

Dengan kesal, Xavier menjambak rambutnya frustasi.

DAMN IT!.

Memikirkannya terus membuat Xavier malah nyaris bertambah gila, bertambah hancur.

Saat Hana menggeliat dan merubah posisinya menghadap jendela-- membelakangi Xavier, Xavier langsung membeku, takut Hana terbangun kemudian pelan pelan merebahkan diri disamping Hana.

Siang tadi Xavier juga sudah meminta para maid dan Baby Sitter Gabriel untuk menyuruh Alfino dan Gabriel agar tidak tidur dengan Hana karena untuk pertama kalinya, dan untuk kali ini, selama 4 tahun mereka bersama, Xavier memilih tidur satu ranjang bersama Hana. Bagi Xavier obat yang paling ampuh dari ketakutaan dan kegelisahannya adalah Hana, bersama wanita itu, tidur bersamanya dan....

Xavier tanpa sadar memeluk perut Hana begitu bayangkan Xander dan Hana nanti bertemu memenuhi kepalanya.

Pelukan Xavier makin menjadi-- lebih kuat karena Xavier tidak siap untuk melepaskan Hana, kehilangannya, Xavier tidak siap. Tidak akan pernah.

"Xavier....?" Hana terbangun begitu merasakan perutnya seperti dililit sesuatu. Saat menyadari sebuah tangan kekar berada diperutnya, Hana berusaha melepaskan pelukan yang dia hapal betul bahwa itu memang tangan Xavier.

"Diam. Tidurlah" suara Xavier dingin. Merapatkan pelukan tidak peduli kepada Hana yang ingin beranjak, ingin melepaskan pelukan, menjauh dari Xavier.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang