NINETEEN

3.9K 303 36
                                    

Telepon. suara menyebalkan Michael. serta rentetan kalimat 'kau tau, dia pasti akan mendengarku, secara suaraku sangat bagus. Pendengarannya pasti mengulang ngulang ucapanku, tenang saja, Laura. Dan itu adalah hal paling menjengkelkan bagi Laura. Sudah sepanjang tiga hari kepulangan Hana ke Madrid Laura tidak berhenti menangis, tidak berhenti memikirkannya dikepala.

Tapi sehari setelah tanpa Hana seharusnya dengan diirinya yang merengek seperti bocah ke Michael agar mau membujuk Xander menyusul Hana, Michael tentu sudah harus menendang Xander ke kota kelahirannya itu, namun yang terjadi malah tidak begitu. Buktinya Michael tidak berhasil melakukan permintaannya.

Laura membuang napas panjang, langkah kakinya terhenti di dekat pintu kamar kemudian mengeryit heran, "Luc, Kupikir Samuel bersamamu. Dimana dia?"

Laura mengedar pandangan kesekeliling heran tepat kembali ke mata Lucy, baby sitter itu menjawab, "Siang lalu Nyonya Bennect membawanya karena Samuel tidak berhenti menangis"

Sambil melihat Nacy di kotaknya Laura berucap "Oh terimakasih Luc"

Setelah itu Laura membawa langkahnya ke tengah ruangan dimana biasanya Sonya bersantai dan benar saja dugaannya. Sonya sedang duduk di sofa sambil memilah milah majalah, tapi tanpa Samuel.

"Mom, Lucy bilang Samuel bersamamu?. Dimana putraku?"

Sonya mendongak tangannya berhenti dilembar ketiga majalah "Mommy memang membawanya, tapi setelah Mommy kembali ke kamar Samuel sudah tidak ada di Sofa. Ternyata kau tidak mengambilnya ya?"

Laura memutar bola mata, "Kenapa bertanya padaku? aku baru saja datang Mom. Jangan bercanda"

Sonya mendesah, menghampiri putrinya sembari memberikan usapan di pundaknya. Sekarang laura memang jauh berbeda. Lebih sensitif apalagi semenjak kepergian Hana. Sering menyalahkan diri sendiri dan mudah menangis. "Jangan panik sayang, Samuel mungkin bersama David. Semenjak pagi David tidak pergi ke kantor, mungkin saja kan?"

"What? ada padaku?" David muncul dari tangga. Wajah herannya membawanya turun mendekat ke mereka.

"Si Daniel Junior yang lebih akrab pada si Mathewson itu? aku sama sekali tidak mengendong nya sejak pagi" David menghempaskan tubuh lelahnya ke sofa. Ketika itu Laura menghadangnya begitupun dengan Sonya.

"Kau tidak melihatnya, kak?" tanya Laura panik.

"Bukan tidak melihatnya aku hanya tidak mengendongnya"

Membuang napas panjang, Laura menatap Sonya, merengek, "Mom?!"

"Kau bicara apa David? Jangan membuatku pusing" Sonya bertanya sementara David memutar bola mata jengah.

"Kalian tidak melihat Xander yang membawanya? Memangnya dia belum kembali?"

"Kak Xander?" beo Laura.

David mengangguk "Siang tadi aku melihatnya membawa Samuel lalu setelah itu aku tidak tau lagi"

Sonya memijat kepalanya yang tiba tiba terserang pusing dadakan. Tentu, melihat putra tertuanya yang semakin mulai ajaib, "Ya ampun anak itu!. Seenak nya saja, dia pikir Samuel putranya?!"

Berbeda dengan David dan Sonya, Laura memejamkan mata, merasa lega pasalnya kecemasannya tidak beralasan. Syukur sekali yang membawa putranya adalah kakaknya sendiri sebelum didetik kemudian Laura membelalak mata dan menjerit sembari terburu buru mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Menyalakan tanpa mengindahkan tatapan heran bercampur terkejut dua orang disana.

"Hei? dimana putraku?!"

"Dia baik baik saja bersamaku, santai saja Laa" suara setenang air disebrang sana membuat Laura melotot kasar, rada kesal.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang