She is My WOMAN

TEN

"BERHENTI! KUBILANG BERHENTI!"
Laura menjerit keras sembari menjambak rambutnya, seluruh tubuhnya gemetar, di ikuti pecahnya tangisan Samuel dan Nacy. Keadaan yang semakin membuat gerah bukan kepalang itu membawa Sonya berlari ke kotak tidur dimana Nacy berada seraya mencoba mengendong dan menenangkan disaat isakannya juga tak pernah absen terdengar.

"Xander! Xavier kumohon berhenti!" Pinta Sonya pilu. Tangisan kepedihannya begitu hebat hingga dengan langkah gemetaran menuntunnya ke sisi Daniel yang tergeletak di lantai tak berdaya--darah segar berceceran di kepalanya.

"Daniel, ayo bangun!" Satu tangan Sonya menguncangkan bahu Daniel, namun nihil, lelaki itu tidak kunjung bangun.

Suara pukulan tragis terus menyahut di sepanjang luasnya kamar. Dengan sedikit enggan, Sonya menoleh. Beberapa waktu lalu setelah kepergian Hana dan Gabriel pun kedua putra kembarnya itu benar benar tidak ada yang mau mengalah! atau setidaknya pikirkan situasi yang tidak tepat ini! Padahal wajah keduanya sudah seperti mayat hidup, mengenaskan!.

"Xander, Xavier berhenti berkelahi! Dan bantu Daniel!. Kumohon...." disertai pandangan yang mengeblur itu Sonya luruh di lantai, mendekap Nacy, melindungi. Keadaan ini begitu kacau, wanita itu tidak bisa lagi berteriak meminta pertolongan, kamar ini kedap suara dan karena perkelahian itu tanpa sengaja membuat pintu tertutup. Sonya tidak bisa keluar dan meminta pertolongan pada para Bodyguard di luar, mereka berdua berkelahi tepat di dekat pintu!.

Tak kalah dengan keadaan yang sudah semakin kalap, Laura seolah membuatnya tambah tak terkendali. Dia tidak henti berteriak dan melemparkan apapun yang bisa dia raih, depresinya muncul lagi takala melihat Daniel seperti seogok batu, kaku.

"Hentikan kak... kumohon hentikan, tolong aku... kak Xander... tolong" suara dengan nada putus asa itu menyadarkan Xander dari kesetanannya. Xavier yang menghujamkan hantaman maut di rahang Xander malah mendesis perih, sebab dengan pergerakan cepat Xander sudah lebih dulu membalas dengan tendangan di perut Xavier, lalu lelaki itu berlari keranjang Laura, tidak peduli seberapa sakit badannya.

Sembari memeluk dan mengusap rambut Laura, Xander berujar lembut "Aku disini La... tidak apa, semua sudah berhenti" Laura sedikit tenang di sisa air matanya.

Melihat itu dan tendangan Xander yang tidak main main Xavier mengepalkan kedua tangan, bangkit berdiri, memaksakan diri padahal kondisinya tidak memungkinkan. Disaat dia ingin menerjang Xander, pergerakannya terhenti, Sonya mencegahnya, air mata yang berlarian turun dipipinya membuat Xavier risih, mendengus kesal. Seberhianatnya Sonya kepada Jerrald maupun dirinya, wanita itu tetap ibunya.

"Jangan membuat semuanya semakin parah, Xavier kumohon berhenti dan mengalahlah" meskipun dengan perasaan tidak rela, Xavier menurut, bersiap melenggang pergi, tetapi sebelum itu dia menatap tajam Xander, mengancam.

Tepat ketika Xavier membuka pintu tanpa membalikan badan-- sontak saja teriakan satu pelayan yang baru melintas di pintu kamar itu membuat gaduh seisi mansion lalu tanpa permisi dia menerobos masuk bersama beberapa pelayan dan Bodyguard yang baru datang tergopoh gopoh kedalam, membantu Daniel, saat itu Xavier berseru, "Urusi saja wanita yang kau cintai itu dan jangan menyentuh apalagi menganggu Hana dan Gabriel!"

Pelukan Xander pada Laura tidak terlepas, semakin erat lalu segera di susul tatapan penuh arti dan gumaan pelannya. Laura mendengar jelas, posisi kepala Xander berada di depan telinganya .

"Baiklah bila itu maumu, Xavier aku akan mengurusi wanita yang kucintai. Kim Hana" Laura berhenti menangis, tersenyum misterius-- menatap Xander kemudian memeluknya.

____________________

"Mom, jangan menanis" meski suara kecil, serak itu meminta Hana berhenti menangis, tetapi faktanya Gabriel juga tidak berhenti sesegukan sesekali mengalir air mata di kedua matanya.