EIGHTTEEN

5K 339 61
                                    

"Ka El, Kumohon, tolong aku?"

Micahel melotot lebar lebar, lebih lebar dari yang dia bisa. Walau begitu Michael sendiri juga merasa matanya nyaris copot keluar, tapi itu belum seberapa dari pada gigi- gigi putihnya bergesekan bergemertak. Micahel kesal! Apalagi lebih dari itu, suara adik kesayangannya--Laura Jennifer Bennect bergetar sedih begitu juga suara tangisannya yang lirih seolah sampai sekarang terus bergedung kencang di telinganya.

Sembari memasukan peremen karet ke mulut, Michael melompat keluar dari kap mobil yang terbuka. Gedung pencakar langit megah elegan berwarna silver dengan logo MG 'Mathewson Group Corp' besar di atas gedung menyapa Michael. Michael berdecak lidah, dia sebenarnya mengagumi kepunyaan Xander selama ini, tapi sekarang rasa marah yang mencengkram tubuhnya dari beberapa menit lalu Laura menelepon membuatnya ingin melempar Xander hingga terlempar ke lubang semut terdalam. Lebih dari itu juga Memberikan kode keras yang patut Michael beri tanda peringatan. Laura adalah adik satu satunya. Mengigat penderitaan gila yang sejak kecil wanita itu jalani membut Michael rela melakukan apapun untuknya, demi membuat Laura tersenyum kembali.

Ketika menerka lantai paling atas adalah keberadaan Xander, Michael melangkah cepat ke dalam gedung. Para penjaga menunduk hormat. Ini bukan kali pertama baginya-- yang seorang adik tiri si punya gedung berkunjung. Dia sudah tiga kali menginjakan kaki ke kekuasaan Xander hanya untuk membicarakan hal yang sama. Mengigat itu rasanya Michael sudah nyaris bosan.

Tanpa mengetuk pintu, Michael menerobos masuk sekenanya ke kantor Xander begitu suara pintu Lift yang dia naiki tertutup rapat.

"Jangan bicara! simpan suaramu itu! Aku tidak mau mendengar! Aku sungguh lelah!" geram Michael menutup mata sejurus tubuhnya berbaring di sofa mengabaikan si pemilik ruangan yang hendak bertanya.

Tapi karena hunusan tajam tak kasat mata yang menusuk kepalanya begitu menganggu. Dengan mendesah berat, Michael membuka mata tanpa berniat bangkit.

"Bukan berarti aku menyuruhmu jangan bersuara kau boleh menatapku seperti itu" ucapnya menatap malas Xander yang duduk dibalik meja kerjanya. Tatapan tajam dari mata biru terangnya menyapa Michael. Seperti biasa wajahnya tanpa ekspresi dan misterius, namun menonjolkan kesan sombong.

"Berhenti menatapku seperti itu! Pergi sana pada tunangan dan anakmu!" Michael bangkit berdiri sembari menyipit kesal. Xander tidak melepas tatapan tajam itu padahal Michael sedang muak pada lelaki itu.

"Apa yang Laura katakan?" tanya Xander dingin. Seolah tau maksud kedatangan Michael.

"Banyak" tanpa basa basi Michael menyeletuk, "Dan lebih menyebalkannya, dia lagi lagi menangis karena ulahmu!"

Xander mengeryit alis sedikit, wajah Michael merah padam lalu lelaki itu memilih kembali berkutak dengan lembaran lembaran kertasnya.

Michael mendekat dengan suara sepatunya yang diinjak keras. Mengabaikan apapun yang dilakukan Xander lalu kembali berucap, "Kau tidak tau posisimu dimana ya?!" Michael berkacak pinggang, lalu mendengkus panjang ketika Xander tidak menoleh kepadanya barang sedikit pun.

"Kau itu sudah punya bayi! Ralat bukan, dia putramu, kau seorang ayah, tapi lihatlah dirimu, kelakuanmu seperti seorang yang akan melajang seumur hidup bersama tumpukan kertas kertas sampah itu!"

Nada suara Michael memang tiba tiba naik. Itu wajar. Michael bener benar di ujung batas kesabarannya menghadapi si Mathewson gila kerja ini!.

"Kenapa?" Michael memutar bola mata sembari memperhatikan Xander muak, "Kenapa kau masih disini? kenapa kau tidak mengejar mereka?. Saat ini mereka adalah pusat duniamu, kan?" Xander mematung, menghentikan gerak tangannya. Michael menarik smirik.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang