TWELVE

9.1K 548 275
                                    

"Xav....?"

Di belakangnya Xavier tidak bicara, Hana mengigit bibir, mencoba tidak terpengaruh pada lilitan kedua tangan Xavier dipinggangnya dan rasa mengelitik dari embusan napas lelaki itu di permukaan ceruk lehernya.

"Maafkan aku" Hana mengeryit, menatap heran pada pantulan wajah Xavier yang sedang menutup mata itu di cermin rias. Dari alunan suaranya terlihat sekali Xavier frustasi.

Hana menggeleng kepala, mengulas senyum sembari mengusap kedua tangan Xavier perlahan, "Aku kan sudah katakan berapa kali! kau tidak salah, Xav. Jangan begini, kau membuatku ikut sedih"

Dalam hitungan detik, kelopak mata Xavier terbuka, maniknya menatap Hana lembut lewat cermin. Semakin memeluk posessiv wanita itu

"Seharusnya aku tidak membentak Gabriel. Aku... sekali lagi minta maaf. Dia sedih karena aku. Tidak seharusnya aku begitu" setelahnya Xavier menghembuskan napas berat. Melirik kesamping-- ke sebuah ranjang besar lewat ekor matanya. Gabriel tertidur damai disana. Wajah polosnya membuat Xavier semakin merasa bersalah. Tidak seharusnya bocah itu terkena pelampiasan rasa cemburunya pada Xander. Xavier benar benar bisa gila hanya karena cemburu yang tiada ujungnya.

Hana melepas pelukan Xavier, membalikan badan sehingga mereka saling berhadapan. Sementara bibirnya tersunging senyuman manis sembari mendekatkan diri ke Xavier, Hana segera menangkup rahang berjambang tipis itu, membelainya sebentar membuat Xavier refleks menutup mata; mendamba sentuhan Hana. Xavier sangat tergila gila pada Hana, selalu.

"Berhenti bersikap seperti itu, Xavier. Tadi Gabriel sudah memaafkanmu kan? lalu apa masalahnya?" Xavier membuka mata, langsung bersitatap ke bibir merah muda Hana, sekilas pandanganya seolah menahan letupan hasrat, "Sudah, lupakan semuanya. Putramu sangat menyayangimu mana mungkin tahan berlama lama mendiami Daddynya" lanjut Hana, kemudian menurunkan tangannya. Ekspresinya menahan sebal. Xavier berkata maaf padahal disini drama Queennya dia, dia yang bersalah. Ck, Hana jadi teringat pesan masuk misterius di ponselnya tadi. Benar ya? dia memang sangat sangat drama Queen.

Sebelum Hana bergerak hendak menjauh, Xavier sudah mengurung tubuh Hana-- menghimpitnya hingga terpojok ke meja rias di belakangnya sembari menautkan ke sepuluh jemari mereka, cepat kilat, sontak Hana terkejut.

"X...." tidak ada lagi kalimat yang bisa keluar, bibir tipis Xavier sudah menempel lekat di bibirnya. Hana ingin menolak, tetapi tidak mau membuat Xavier kecewa dan alhasil dia memejamkan mata. Lama. Tapi tidak terjadi apa apa, Hana membuka matanya lagi, mengerjap, bersamaan wajah Xavier yang menjauh. Lelaki itu hanya menempelkan bibir mereka, tidak lebih, itu pun hanya sekadar disudut bibir Hana.

"Aku ingin tidur bersama kalian" dengan senyum yang mengembang tipis dan hasrat yang tertahan, Xavier berbalik, menidurkan dirinya di sisi Gabriel-- mengecup kening bocah itu lalu terpejam.

Seakan pasokan oksigen tidak lagi mengisi rongga paru parunya, Hana menghirup rakus udara sekitar. Shock bercampur rasa bersalah yang teramat luar biasa. Bisa bisanya dia hanya diam ketika suaminya menciumnya. Seharusnya Hana bergerak lebih dulu, barang kali Xavier menunggunya yang memulai kan?.

Memang tidak berguna!

"Kau tidak berniat tidur, Hana?" Mengalihkan pandangan ke Xavier yang berkata tanpa membuka mata, buru buru Hana mendekat, berbaring di sisi lain Gabriel. Sekarang posisi Gabriel terletak di tengah tengah mereka.

Pergerakan Hana yang tergesa gesa itu tanpa sadar membuat Gabriel terusik. Sembari mengecup kening Gabriel Hana memeluknya, mengusap lembut kepalanya. Bocah itu akhirnya kembali damai. Sedetik kemudian baru tersadar. Dia dan Xavier kembali berciuman, secara tidak langsung lewat kening Gabriel.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang