FIVE

6.9K 396 17
                                    

"Tunggu, kita akan makan siang kan? lalu kenapa...."

Kalimat Hana terpotong Karena jari telunjuk Xavier menempel di bibirnya. Xavier mengangkat kedua alis.

"Aku tidak mau kita jadi bahan tontonan, sayang, uh bukan, kau yang menjadi bahan tontonan pewagai lelaki ku, aku cemburu tentu" Xavier terkekeh begitu melihat Hana memutar bola mata. Lagipula alasan klasik macam apa itu?.

Namun rasa jengahnya seketika menguap berganti rasa khawatir begitu matanya terfokus ke sudut bibir Xavier yang sobek, berdarah apalagi pelipisnya yang bernoda memar.

"Xav, wajahmu...."

"Kita akan makan siang, tapi bukan di kantor" Xavier menyela cepat, menutup pintu mobil, kemudian kepalanya menyembul dibalik kaca mobil yang terbuka, mengulas senyum lembut, lalu tangannya langsung terangkat mengusap puncak kepala Hana.

"Okay?" Hana hendak protes, tetapi kemudian melongo, Xavier tanpa menunggu jawabannya sudah berlalu, memutar mobil lalu berakhir duduk di jok kemudi di sebelah Hana.

Begitu Xavier sudah duduk di kemudi--  ingin menjalankan mesinya, Hana memegang tangan Xavier, mencegahnya sementara Xavier yang dahinya sudah tertekuk menoleh. Hana menggeleng.

"Kenapa dengan wajahmu, Xavier? kau bertengkar dengan siapa?" dahi Xavier yang berlipat lantas mengurai, dia tersenyum, perlahan tangannya yang lain mengelus tangan Hana yang masih berada di lengannya, lalu perlahan melepasnya.

"Jangan pedulikan aku, kau pasti sudah lapar, bukan? aku akan membuatkanmu...."

"Jawab pertanyaanku, Xav?!" potong Hana cepat, namun Xavier tidak menghiraukannya, lelaki itu malah tersenyum setelahnya melajukan mobil tanpa dosa.

"Xavier kau ini kenapa?! tinggal katakan saja apa susahnya?!" sekilas Xavier menoleh.

"Aku baik baik saja, kau kenapa? menghawatirkanku huh?" Hana melotot, tidak habis pikir dan Xavier malah terkekeh?. Apa Xavier sudah gila?.

"Apa apaan pertanyaanmu Xavier?! tentu saja aku menghawatrikanmu! kau terluka! t e r l u k a!" Geram Hana, memalingkan wajah ke jendela mobil, memajukan bibir.

Kekehan Xavier mengalun lagi bersamaan laju mobil tiba tiba terhenti. Xavier mendekati Hana, Hana menoleh lantas menahan napas begitu hidungnya bersentuhan dengan hidung Xavier.

Belum cukup sampai disitu, Xavier semakin mempersempit jarak mereka. Hana mengigit bibir, napas Xavier memang harum.

"Xav...."

"Kau melupakan sealbelt mu, sayang"  Xavier bergerak mundur usai bunyi klik terdengar lalu kembali terkekeh geli. Hana mengeryit, tatapannya turun ke bawah. Sedetik kemudian cemberut. Xavier sudah membuatnya hampir mati kehabisan napas.

"Ish! kau ini!" ujar Hana seraya meluruskan pandangan ke depan. jengkel.

"Mengiginkan hal lebih, heh?" Goda Xavier dan hal itu membuat Hana kembali menatapnya.

"Aku tidak mengiginkan hal lebih! tapi kau mengalihkan pembicaraan, Xav!" Balas Hana membentak

Tanpa melirik Hana, Xavier kembali terkekeh menyebalkan, "Marah marah seperti ini kau tampak manis"

Hana melotot. Xavier semakin tertawa geli.

"Aku sedang marah padamu!"

"Tapi aku mencintaimu"

"Terserah!"

"Hana?" Panggil Xavier, tetapi Hana mendengus.

"Aku marah!"

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang