ELEVEN

7K 426 60
                                    

Hai Ratu drama? sudah berhasil mengacau dinegara orang lain, heh?.

Rentetan kalimat di kolom pesan itu kontan saja merubah ekspresi Hana menjadi mengeryitkan kening, heran. Dan saat memperhatikan bahwa pesan itu bukan dari seseorang yang dia kenali melainkan dari nomor asing membuat rasa penasaran Hana melonjak. Dan apa apaan kata kata mengejek itu?!.

"NAMANYA NACY, XANDER! BUKAN ELEANA!"

"Namanya jelek, Daniel terlalu pasaran, aku tidak suka itu" dengan terganggu Hana mengalihkan perhatian dari si pengirim misterius di ponselnya ke arah asal suara. Secepat itu dia mendongak. Baru menyadari sekarang keberadaannya sudah hampir mencapai ruang tamu Mansion Nyonya Bennect.

"Persetan, Xander! Persetan! aku tidak peduli! namanya tetap Nacy!" Daniel melebarkan mata selebar lebarnya. Kepala, kening, pelipis dan dagu yang di perban tidak dia permasalahkan, hampir saja berdiri dari duduk kalau lelaki di sebelahnya tidak menarik tangannya dengan cepat. Wait! what!. Hana mengerjap sekali. Bukankah lelaki itu yang bertemu dengannya di cafe kan?! kenapa bisa berada disini?.

"Tenang Daniel! Lihatlah keadaanmu?! Ck, menyedihkan "Michael menggelengkan kepala prihatin, "Kalau kau tidak babak belur seperti ini aku sudah pasti mendukungmu menghabisi si brengsek itu, tapi sekarang... ck, kau seperti mumi!" Lanjutnya bernada mengolok setelah berhasil mencegah Daniel hingga kembali terhempas ke
sofa untuk kesekian kalinya.

"Mumi apanya, Michael?! kau hanya tidak tau bagaimana dua kembar itu seperti kerasukan demon!" Daniel nampak geram, matanya menghunus tajam kedepan-- dimana Xander sedang duduk di sofa sebrang sembari mengendong Nacy, sangat tenang berbanding terbalik dengan dirinya-- dari ujung jempol kaki sampai ujung rambut serasa panas terbakar. Daniel harusnya percaya sejak dulu sampai detik ini pekikan keras di dalam kepalanya masih tidak berubah, menyerukan kapan Xander berhenti mengganggu hidupnya!.

Serupa dengan ekspresi Daniel, Michael juga tak kalah. Jikalau melihat dari segi bagaimana tatapan mereka berdua malah seperti mencap musuh abadi keduanya sependapat, si Xander Mathewson.

"Well... aku memang tidak tau, tapi kalau aku menjadi kau, Daniel lebih baik aku menodongkan pistol lalu melubangi kepala mereka bergantian tanpa perlu repot repot akan jadi mumi!"

Daniel berdecak kencang. Hawa kesal menguar dari ubun ubunnya yang terapisi malang perban apalagi melihat Xander begitu anteng dengan Nacy, mencium pipinya tanpa tau malu.

"Letakan Nacy dikotaknya, Xander! dia masih rentan! kau tidak melupakan dia lahir prematur karena dirimu kan?!" Xander tidak mengubris itu dan. Lagi. Percekcokan antara mulut Daniel dan Michael terjadi tanpa bisa di cegah.

Sementara kalau tidak ada yang menepuk bahunya, mungkin Hana masih tetap berdiri mematung di dekat pintu. Hana yang terkejut itu lantas menoleh kebelakang.

"Kenapa masih berdiri disini, sayang? ayo masuk" tanpa permisi Xavier yang tersenyum lembut itu mengamit lengan kanannya dengan tangannya yang bebas dari mengendong Gabriel. Bocah itu tertidur lelap di pelukannya setelah menangis meminta Xavier mempertemukannya dengan Samuel. Setelah kepergiannya hingga malam hari, Hana tidak begitu terheran mengapa Xavier bisa menemukannya. Cepat atau lambat Xavier akan menjemputnya, namun tidak sesuai dugaan Hana, di saat dia ingin pulang ke Madrid Gabriel malah keukeuh ingin kembali ke mansion ini. Dengan enggan Hana harus menuruti putranya. Tau Gabriel lebih keras kepala dari dirinya.

Baru genap beberapa langkah lagi mereka hendak menaiki tangga suara bising di ruang tengah mendadak sepi. Meski panas dingin ketika merasakan tatapan tajam seseorang menembus punggungnya, Hana tidak berani menoleh. Tidak beberapa lama kemudian pekikan Sonya adalah awal keheningan itu raib hingga tubrukan lembut mengenai Hana menutup kesunyian itu lagi dengan pecahnya tangisan Sonya.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang