EIGHT

6K 388 28
                                    

Xavier memijat pelipis, selain pening, mulutnya bau menyengat aroma ganja. Ingat betul di karenakan akibat semalaman di habiskan mimum dan merokok tanpa jeda.

Kecewa. Satu kata yang mendominasi perasaan Xavier saat ini, hingga dia lebih memilih membuat dirinya sendiri lupa kejadian Hana bertemu dengan Xander dari pada melihat kembarannya berkeliaran di atap yang sama dan berakhir dengan pertingkaian lagi.

Tanpa sadar Xavier mencengkram kuat stir mobil. Perasaannya terasa diobrak abrik!.

Namun, sepertinya itu belum seberapa di banding melihat sosok yang berdiri di pintu mansion, seolah memang sengaja menunggu kedatangannya.

Sangat menganggu!.

Seusai mematikan mobil Xavier keluar dari sana sembari mengepalkan kedua tangan, tak lupa kedua bola matanya memincing tak suka walaupun wanita itu tersenyum manis, ralat! Sangat manis dan juga menawan, tetapi tentu pujian itu lebih cocok disematkan untuk Hana, miliknya.

"Xavier?"

"Lepaskan tanganku" Bisik rendah Xavier, padahal jelas bisikan itu seperti menahan geram.

"Tapi, Xav aku merindukanmu" ujar wanita itu, terus mengelayuti manja lengan Xavier sembari mengesekan bagian dadanya ke dada Xavier.

"Lepas" Xavier mendesis, merasa sekali risih.

"Aku sengaja kemari mengantar Alfino sekolah, sekalian ingin menemuimu"

"Tidak dengar ucapanku?"

"Xav...."

"Lepas dan pergi dari sini, Maria!" Benak Xavier bersamaan menghempaskan tangan Maria, lalu melenggang masuk kedalam Mansion.

Maria mendengus, tidak mengindahkan usiran Xavier dia malah membuntuti lelaki itu, bersedekap dada.

"Kau tidak berubah ya Xavier Miguel"

Xavier melonggarkan dasinya, keberadaan Maria disini membuatnya seakan tercekik, "Kau jauh tidak berubah, menghancurkan kehidupanku begitu mudah, lalu pergi, kemudian kembali tiba tiba"

"Aku kan memang tidak mencintaimu begitupun dirimu. Kita terikat hanya karena Alfino, ck, kau pikir selama ini aku tidak pernah menemui putra kita? ya... meski untuk pertama kalinya menjemput dimansionmu langsung"

Xavier membalikan tubuh, tidak ingin Maria masuk lebih jauh mengikuti langkahnya.

"Pergi dari sini Maria! aku tidak ingin istriku melihatmu dan salah paham" jelas Xavier, matanya menatap tajam Maria sedangkan wanita itu mendesah kencang, tetapi mata coklatnya berkilat remeh.

"Huh, istri apanya? jangan berkhayal, Xavier karena wanita Asia itu hanya mencintai kembaranmu" Xavier merasa tertohok. Mengeraskan rahang. Dia mencengkram kasar lengan Maria kemudian menyeretnya keluar pintu.

"Kau juga jangan berkhayal bisa mendapatkan Xander"

Maria merengut wajah, kesal, ingin membalas, tetapi kemudian....

"Sudah cukup aku diam saja saat kau menjebaku hingga aku harus memiliki Alfino, kali ini jangan pernah menganggu kehidupanku apalagi mengatakan wanitaku mencintai dia!"

"Ralat! Xavier!. Aku yang salah karena harus menjebakmu! padahal targetku adalah Xander!" Maria menghembuskan napas dalam dalam, sebelum melanjutkan ucapannya dia tersenyum manis, mengusap dada Xavier sensual, "Dan kupikir itu tidak masalah" Maria hendak mencium bibir Xavier, tetapi Xavier lebih dulu menjauhkan Maria--  nyaris terpental menghantam lantai kalau wanita itu tidak menyeimbangkan tubuhnya.

Xavier menatap tajam Maria, berbalik badan lalu melangkah masuk, "Gage! Bawa wanita itu pergi!" Titahnya, kemudian lelaki bertubuh besar di dekat pintu itu menarik kasar tangan Maria.

"Lepaskan tanganmu bodoh!" Maki Maria sembari berusaha berontak meski kalah telak walaupun ukuran tubuhnya tinggi semapai bak model VS, namun berat tubuhnya tentu terbilang kurus.

"Okay! Xav! Aku akan pergi, tapi aku pasti akan kembali!" Teriakan keras Maria itu segera di susul bunyi pintu yang ditutup keras oleh Xavier. Memangnya Xavier peduli pada ucapan Maria?! sama sekali tidak!.

Maria adalah kesalahan, tetapi Xavier tidak mengangap Alfino seperti ibunya. Ini salahnya juga mengapa harus mengantikan posisi Xander saat itu. Ck. Saat itu Xavier begitu menyayangi kakaknya, sangat! hingga dengan bodohnya dia selalu menjadi pengutit untuk menjaga Xander dan bahkan Xavier harus rela berada di posisi seperti ini, namun hal itu tidak berlaku untuk sekarang atau ke depannya. Xavier tidak akan lagi berkorban untuk Xander, apalagi kalau menyangkut Hana. Dia akan memperjuangkan wanita itu kalaupun harus terjadi perang saudara.

"Hana?" Baru saja Xavier memasuki kamar Hana, dia langsung mengeryit kening. Karena semakin khawatir Xavier masuk semakin dalam. Membuka pintu kamar mandi, namun sangat di sayangkan Hana tidak ada di manapun.

Rasa gelisah memerai Xavier. Dengan jantung berlomba kencang Xavier keluar kamar, mencari Hana. Sial! Bahkan suara Gabriel yang biasanya memecah kesunyian mansion tidak ada.

Begitu mendobrak kamar Gabriel, Xavier makin mengobarkan api amarah, "Dimana Hana?" Selena tergugup, mencoba berdiri dan mengabaikan pakaian Gabriel yang harus di rapihkan.

"Itu... Tuan... Nyonya Han...."

"Berkata yang benar, kau ingin kupecat?!" Xavier benar benar menyeramkan, Selena akui itu.

"N... yonya Hana dan Tuan muda Gabriel ikut Tuan Matewson ke Manhattan, Tuan" Selena menunduk, tidak berani lagi menatap Xavier sementara Xavier,  rasa ingin meledaknya seolah menguap tanpa jejek di gantikan sorot terluka dan shock luar biasa.

"Brengsek!"

Xander! dia sudah melangkah lebih jauh.

Buru buru Xavier menuruni lantai dua, dia harus menyusul mereka sebelum Xander mengatakan macam macam atau melukai Hana lagi.

"Xav... kau baru pulang?" Saat Xavier menoleh, rasa marahnya terlihat jelas. Jerrald Miguel tentu sangat berhubungan sekali dengan kepergian Hana yang pergi begitu saja tanpa meminta izin darinya.

"Kenapa Dad melakukannya! kenapa Dad melakukan ini padaku!" Jerrald mendekati Xavier, hendak menyentuh bahu Xavier sebelum selanjutnya putranya itu lebih dulu menjauhkan diri.

"Jangan menyentuhku!"

"Tenanglah, Xavier. Gabriel memaksa ingin mengikuti mereka ke Manhattan, tidak ada cara lain, akhirnya Hana juga ikut" perjelas Jerrald. Tampak jelas Xavier begitu terluka, Jerrlad hanya bisa menatap putranya iba.

Xavier mengepalkan tangan, "Aku tidak peduli pada putra si brengsek itu! aku hanya peduli pada Hana! milikku"

"Dia cucuku juga Xavier"

Xavier tersenyum miris.

"Dari dulu Daddy memang selalu menjadikanku hanya bayangan Xander kan? Xander selalu yang pertama, selalu prioritas, padahal aku selalu berada di sampingmu Mr. Miguel, selalu, tapi sayangmu hanya untuk Xander di saat jelas jelas dia selalu membencimu, tidak ingin menemuimu, bahkan seharusnya aku sadar saat ini kau mengiginkan mereka bersama lagi! Dan membuatku hancur!" Xavier tidak tahan lagi, dia nyaris menangis, tetapi mencoba bertahan. Dengan kesetanan Xavier menjauhi Jerrald yang nampak sekali terkejut.

"Xavier, kau salah paham, aku tidak seperti itu, ak...."

"Cukup, Dad! Aku sudah terlalu kecewa padamu"

"Aku hanya ingin Gabriel bersama ayah kandungnya, merasakan kasih sayang seorang ayah yang harusnya dia milikki" bisik Jerrald yang tidak akan didengar Xavier.

Xavier benar benar pergi, bersama rasa kecewanya. Jerrald menatap nanar Xavier yang hilang dibalik pintu.

Kedua putranya sudah terjebak kepada wanita yang sama.

________________________

Gapapa pendek yang penting update yakan? wkwk.

Vote komennya yang banyak!... biar semangat akunya:))

Sayang kalian♡

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang