NINE

6.3K 454 102
                                    

"Kim Hana, you are my mine, you are my destiny, you are my lover, you're only for me, forever"

"And...  l never let you go"

Hana membuka mata-- membelalak hebat diiringi dengan detakan kencang luar biasa di dada.

Bukannya segera beranjak, Hana kembali memejamkan mata seraya mengigit bibir bawah. Keringat dingin membasahi seluruh wajah hingga telapak tangannya. Heran, penasaran, seperti misteri. Perasaan itu benar benar Hana alami, sekarang.

Biasanya bunga tidur yang rutin menjelejahi alam mimpinya hanya tentang kilasan di Gereja, Xavier di atas altar, dia yang menuju ke Xavier dan seorang wanita menangis di barisan para tamu tetapi, ini....

Sebuah suara kepemilikan lelaki, rendah, dalam, penuh janji, namun hanya samar - samar apalagi tidak ada bukti jelas siapa pemilik suara itu. Buram, wajahnya tidak tampak sama sekali.

Banyak pertanyaan, sangat banyak di kepala Hana, seperti meminta kejelasan. Hidupnya seperti di gantung. Banyak teka teki yang membuatnya yakin hidupnya tidaklah seperti ini saja. Ada hal lain yang tersembunyi. Hana yakin.

Bunyi jendela yang terbuka tiba tiba tanpa sadar membuat Hana kembali terjaga. Menoleh ke samping. Badai terus menyahut, Hana mulai bergerak duduk, merapatkan mantelnya membiarkan selimut tebal itu melorot jatuh di lantai

Tapi tunggu!.

Madrid tidak sedang turun salju kan?.

Secepat ingatannya melintas Hana melotot. Sadar betul semalam dia dan Xander... berciuman?.

Reflek Hana mengeser bola matanya lagi kesamping. Ini Manhattan! tidak salah lagi.

Menghela napas. Gabriel, bocah itu-- tentu saja! Kalau bukan karena putra keras kepalanya yang tampan tidak manusiawi itu Hana tidak mungkin berada disini.

"Nyonya Bennect senang sekali mendapatkan cucu kedua, beliau sampai menangis" suara dan bunyi langkah kaki di luar kamar yang Hana tempati begitu jelas, membuat kesadaran Hana akan rasa kesalnya meleset entah kemana beralih fokus mendengarkan, bahkan Hana tidak sadar dia sudah melangkah mendekati pintu.

"Jelas Hera, karena cucunya terlahir dari putri satu satunya, maksudku Nona Laura yang hampir gila, tentu saja dia pasti terharu dan bahagia"

"Kau benar dan menurutku Nona Laura sangat beruntung memiliki suami yang berhasil membuatnya sembuh, juga mereka terlihat sangat mencintai satu sama lain, bukankah itu sangat romantis sekali?"

"Sangat dan sangat" lalu setelahnya di susul tawa kedua wanita itu yang tidak terlalu dominan dan kemudian suara beserta langkah kakinya lenyap.

Hana menutup mata, mendesah pelan. Kakinya yang mendadak lemas membuat punggungnya menempel di pintu. Sekarang peningnya datang lagi, bukan hanya itu saja dadanya juga terasa sesak. Apa Hana cemburu? Kepada Laura dan Xander?.

Secepat kilat Hana menggeleng kepala, berusaha mengenyahkan pikiran itu. Sialan sekali! Hana bukan cemburu! dia seperti merasa bersalah telah berciuman dengan suami orang lain apalagi dia juga sudah mempunyai suami. Apa hal itu bisa dibilang penghianatan?. Tentu saja! Hana sudah berhianat.

Beningan kristal turun dari mata Hana. Entah mengapa dia tiba tiba ingin menangis. Sesak di dadanya semakin menjadi, tetapi bibirnya mengumakan Maafkan aku Xavier... terus dan terus

Baru saat teringat Gabriel tangisan Hana reda. Seperti orang linglung, Hana mengedar pandangan ke sekeliling sembari berusaha menetralkan perasaannya yang sulit di definisikan.

Setelah keberaniannya muncul segera Hana mencari Gabriel, ingin cepat cepat pulang. Paham betul semua yang asing ini bukan tempatnya.

Walaupun rumah ini-- lebih tepatnya Mansion ini luas, tetapi beberapa langkah yang di ambil Hana sekarang malah tidak menemukan satupun pelayan selain dua pelayan wanita yang bergosip tadi itupun hanya suaranya. Kenyataan ini semakin membuat kesal Hana merebak ke permukaan.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang