SEVEN

6K 404 53
                                    

"Camuel, kau hebat sekyali sudah memilici adik baru, ck, sementara aku belum mempunyainya" Seketika saja Hana menoleh kepada Gabriel yang duduk d ipangkuannya, kedua alis Hana menyatu bahkan dia bisa melihat Samuel dan Lucy di sampingnya terkikik begitu Gabriel selesai bicara lalu bocah itu menghembuskan napas berat dengan raut wajah dibuat kesal.

"Bahkan pelut Mommyku tidac besal besal seperti pelut Mommymu waktu itu"

"Itu namanya hamiy, Gab" celetuk Samuel sembari terkekeh geli.

Percakapan kedua bocah berbeda usia satu tahun itu terus berlanjut dengan aksen cadelnya, tetapi Hana tidak begitu mendengarkan karena di telinganya masih merespon ucapan Gabriel dan Samuel tadi.

"Pocoknya aku harus meyihat adikmu yang balu keluar itu kalau sudah sampai di Mahatan!"

Bersamaan seruan Gabriel, Hana tersedak ludah. Gabriel, maupun yang lain di dalam mobil itu memandang ke arahnya. Sambil Berusaha menetralkan kerongkongannya tatapan Hana bertemu dengan mata biru cerah di kaca spion depan. Dan sontak saja degupan jantung berpacu keras.

"Mom! kau tidac apa?" Tanya Gabriel memastikan. Tangannya terangat mengelus pipi Hana.

Hana menggeleng, mengecup puncak kepala Gabriel lalu tersenyum "Mommy baik baik saja "

Sementara di kursi pengemudi, Xander merasakan dadanya menghangat melihat pemandangan mereka lewat kaca spion, perlahan dia tersenyum tipis sejurus dengan membelokan stir dan mematikan mesin mobil.

Sesaat Hana maupun Lucy mengeryit kening, kecuali-- Gabriel dan Samuel yang sedang asik bercengkrama. Mereka merasa heran pasalnya Xander tiba tiba berhenti padahal bandara masih cukup jauh.

Namun Hana tidak berani bertanya jadi pertanyaan itu hanya dia simpan di bawah lidahnya rapat rapat sekalipun Xander tiba tiba keluar dari mobil.

Segera Hana menoleh ke Lucy, membuat wanita itu yang ikut hanyut dengan perbincangan polos kedua bocah itu juga menatap balik setelah merasa di perhatikan.

"Ada apa, Nyonya?"

Hana mengaruk teguknya yang tidak gatal, "itu...." tiba tiba dering ponsel Lucy berbunyi, Hana tidak meneruskan ucapannya. Lucy merogoh saku pakaiannya, memeriksa ponsel, bahkan Hana bisa melihat perubahan ekspresi Lucy dan yang terakhir wanita itu tersenyum pada Hana setelah menyimpan kembali ponselnya.

"Tuan meminta anda untuk segera keluar Nyonya" pinta Lucy sembari membukakan pintu mobil di sebelah Hana, karena posisi Samuel yang berada di pangkuannya menyulitkan Lucy untuk mengapai daun pintu menggunakan tangannya yang pendek.

"Biar aku saja" Hana membuka pintu itu, tetapi kemudian merasa aneh dengan kalimat Lucy tadi.

"Kenapa lelaki itu, maksudku, Tuanmu memintaku keluar?"

Menaggapi itu Lucy kembali tersenyum tipis, memindahkan Gabriel dari pangkuan Hana ket engah - tengah mereka dan untungnya Gabriel tidak memberontak dengan adanya Samuel disini.

"Nyonya tidak mungkin ke Manhattan menggunakan kimono0 bukan? kalau benar, tentu akan membuat Nyonya masuk angin" jelas Lucy membuat Hana buru buru meneliti penampilannya. Desahan panjangnya keluar. Benar, dia masih dalam keadaan memalukan.

Sejenak Hana melihat keluar, baru menyadari mereka berada di lapangan parkir luas dengan gedung besar yang berisi ribuan pajangan baju terpampang jelas di depan sana.

Saat melihat lagi dirinya sendiri, Hana beralih ke Lucy.

"Kau benar, tapi aku...."

"Nyonya, perjalanan ke Manhattan tidak membutuhkan waktu sedikit, saya khawatir dan Tuan juga sepertinya begitu karena anda istri kembarannya" Hana kembali menghela napas berat. Ucapan Lucy benar, hanya saja... di sana ada Xander. Dia tidak mungkin berdekatan dengan lelaki itu lagi. Sudah membuat jantungnya tidak sehat di tambah persaan aneh yang masih ada. Tentu saja Hana merasa sungkan bila bersamanya hanya berdua!.

She is My WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang