(09) - Pertentangan

54 2 0
                                    

"Al udah berapa kali mama bilang, jauhin Dera! Mau sampe kapan kamu ngebantah perintah mama kayak gini?"

"Ma... Mama tau kan aku gak akan nyerah semudah itu? Al cinta sama Dera Ma!"

"Al, kamu gila? Papa bisa cari perempuan manapun yang lebih sempurna dari dia. Kamu gak perlu senekat itu."

"Pa... Kalo Papa sama Mama beneran sayang sama Al, seharusnya kalian ngerti apa yang bisa buat Al bahagia."

"Al justru kami lakuin ini buat kebahagiaan kamu Al. Apa kata orang nanti kalo anak satu-satunya dari seorang Darmajaya, pemilik perusahaan besar, Darmajaya group, menikahi gadis miskin macam di--"

"Cukup Pa! Memang apa peduli kalian soal kebahagiaan aku? Bagi kalian yang terpenting cuma ego kalian, ketenaran, dan anggapan orang-orang."

"Al..." Pak Darmajaya, papa Al hampir saja melayangkan tamparan untuk Al sebelum mama Al mencegahnya.

"Apa Pa? Kenapa berhenti? Kenapa haa? Tampar!! Kalo perlu bunuh aku sekalian Pa!"

"Cukup Al!! Cinta kamu ke perempuan itu udah bener-bener bikin kamu buta."

"Gak Ma... Mama salah. Kekuasaan dan semua ini yang udah butain kalian."

Al berlalu meninggalkan orang tuanya. Emosi yang ada di dalam dirinya masih begitu membara. Ia tak tahu sampai kapan ia harus menentang orang tuanya seperti itu demi cintanya dengan Dera.

•••

"Dera!"

"Ahh i-iya Pak." Dera terkejut begitu melihat Nanda di sampingnya saat ini.

"Kamu kenapa?"

"Hah? Ee gak, gapapa Pak. Kalo Bapak butuh sesuatu, kan Pak Nanda bisa panggil saya buat ke ruangan Bapak."

"Gapapa Dera, saya sekalian mau keluar kok. Ini sebentar lagi saya ada meeting penting dengan klien baru. Nah, kamu tolong pelajari berkas ini terus buat presentasinya ya! Kamu juga akan ikut saya meeting nanti."

"Baik Pak. Apa harus selesai hari ini Pak?"

"Hmm, meeting-nya masih tiga hari lagi sih, tapi saya butuh presentasi itu secepatnya."

"Ohh gitu Pak. Saya usahakan selesai hari ini Pak!"

"Oke, makasih Dera. Saya pergi dulu."

Dera segera mempelajari berkas itu dan mencoba memahami isinya agar bisa membuat presentasi untuk Nanda.

---

Di ruangan Dera, Nanda terkejut masih mendapati Dera di sana padahal sudah hampir larut malam.

"Loh Dera, kamu belum pulang?"

Nanda heran karena Dera tak menjawabnya. Saat ini kepala Dera terletak di atas meja kerjanya, mungkin ia tertidur. Nanda makin penasaran dan mendekati Dera.

"Ternyata dia ketiduran. Kasihan dia ngerjain presentasi sampe ketiduran gini. Dera pasti capek. Kenapa sih Dera? Aku kan gak bilang harus selesai hari ini."

Nanda membelai rambut Dera sambil merapikan beberapa helai rambut Dera yang menutupi wajahnya. Dera memang keras kepala. Nanda baru saja memberikan berkas itu tadi sore tetapi Dera bersikeras menyelesaikan presentasi itu malam ini.

"Kamu memang manis Dera! Mungkin itu sebabnya aku jadi tergila-gila sama kamu kayak gini. Kamu akan jadi Nyonya Nanda Armandito. Tunggu aja Sayang!" gumam Nanda sambil menatap wajah teduh Dera.

Dera merasa ada yang mengusik tidurnya saat ini. Perlahan ia membuka matanya. Ia begitu kaget melihat sosok yang ada di depannya. Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, Dera mengangkat kepalanya.

"Ehh maaf Pak Nanda. Saya... Saya ketiduran, saya gak sengaja Pak."

"Dera. Kenapa minta maaf? Sekarang bangun, biar saya anter kamu pulang ya! Ini udah malem."

"Ah Pak. Tapi presentasinya belum selesai Pak. Pak Nanda pulang dulu aja. Biar saya kerjain presentasi ini dulu."

"Dera, saya gak suruh kamu selesaikan hari ini juga kan? Bisa kamu lanjut besok aja. Sekarang kamu harus pulang, istirahat. Ayo saya anter."

"Gak usah Pak. Saya--"

"Jangan bantah saya lagi Dera! Saya gak mau berdebat sama kamu sekarang."

"Ya udah Pak."

Nanda dan Dera berada dalam satu mobil. Suasana begitu canggung, Dera pun tak bisa menahan rasa kantuknya. Ia tertidur di mobil Nanda. Nanda yang melihat itu hanya tersenyum. Ia tak ingin mengganggu tidur pulas Dera. Sepanjang perjalanan, Nanda menggenggam tangan gadis pujaannya yang kini menjadi sekretarisnya.

Sesampai di depan rumah Dera, Nanda bingung bagaimana cara membangunkan Dera dari tidurnya yang lelap itu.

Nanda pun menyentuh wajah Dera. Karena tak ada pergerakan sama sekali dari Dera, Nanda justru memanfaatkan kesempatan ini untuk semakin mendekati Dera. Perlahan bibir Nanda mendekati bibir Dera, Nanda hampir mengecupnya sebelum akhirnya Dera terbangun.

"Pak Nanda..."

"Ahh iya Dera."

"Ma-maaf Pak, saya ketiduran lagi."

"Hmm gapapa kok Dera, saya ngerti kalo kamu capek dan ngantuk banget. Ehm, kita dah sampe ke rumah kamu. Kamu bisa masuk dan istirahat."

"Makasih Pak, ehm tapi--"

"Kenapa lagi?"

"Gak, saya bingung. Kok Pak Nanda tau rumah saya di mana? Padahal sebelumnya Pak Nanda gak pernah ke sini dan dari tadi saya tidur jadi gak bisa nunjukkin jalannya ke Bapak."

"Ee... Itu. Saya... Saya tau dari dokumen data diri dan CV kamu. Iya dari sana."

"Ohh kirain--"

"Kirain apa? Kamu pikir saya pernah ngikutin kamu gitu?"

"Ah gak kok Pak. Saya kan gak bilang gitu. Ya udah saya masuk dulu ya Pak. Makasih udah anterin saya!"

"Kamu gak nawarin saya mampir dulu? Ini pertama kalinya bos kamu anter kamu pulang loh."

"Emang Bapak mau mampir?"

"Kenapa gak? Saya mau lah. Tapi... Lain waktu aja deh ya. Saya pikir ini dah malem dan saya gak mau ganggu waktu istirahat kamu."

"Ya udah deh Pak."

"Oke Dera! Selamat istirahat. Good night!"

"Iya, selamat malam Pak."

Nanda berlalu dengan mobilnya. Sementara Dera beranjak masuk ke rumahnya.

DEALLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang