"Halo. Jadi kamu bahkan udah gak simpen nomor aku lagi?"
"Al," gumam Dera dengan rasa terkejutnya.
"Untungnya kamu masih inget suara aku."
"Ngapain kamu telepon aku?"
"Apa aku ganggu liburan romantis kamu?"
"Maksud kamu apa sih Al? Udah deh, to the point aja."
"Maaf kalo aku udah ganggu waktu Nyonya Nanda yang terhormat, aku cuma mau bilang selamat atas kebahagiaan kamu."
Dera terdiam. Ia berpikir sejenak. Akhirnya ia mengerti apa yang Al bicarakan. Itu pasti karena postingan Nanda.
"Jadi ini karena postingan itu?"
"Hah, potret yang indah. Senyuman yang indah. Itu yang kamu mau kan? Kebahagiaan. Yang kamu gak akan pernah bisa dapetin dari aku dan keluarga aku. Aku salut, Nanda ternyata bisa buat kamu sebahagia itu. Apa aja yang udah dia kasih ke kamu? Atau, mungkin pertanyaan aku kebalik, harusnya aku tanya, apa aja yang udah kamu kasih buat CEO sialan itu?"
"Cukup Al! Kamu gak ada hak tanya ke aku kayak gitu. Kamu siapa? Apa hak kamu?"
"Ya. Kamu bener. Bener banget, aku bukan siapa-siapa. Hak apa yang aku punya? Aku cuma seorang mantan kekasih yang tersakiti."
"Aku gak ada waktu bicarain omong kosong sama kamu Al."
"Aku tau! Nyonya Nanda pasti begitu sibuk. Meski ini udah malem pun, pastinya CEO brengsek itu masih butuh sekretarisnya buat layanin dia."
"Al stop! Cukup!" Dera begitu marah dengan perkataan Al.
"Kamu gak terima aku ngatain Nanda? Tapi kamu diem waktu dia jelek-jelekin aku, hina aku. Apa cinta kamu semudah itu berpindah ke orang lain? Aku tanya sama kamu, apa artinya aku buat kamu selama ini?"
"Semua udah beda Al. Kita udah selesai. Aku punya hidup aku sendiri dan kamu pun bebas bahagia dengan hidup kamu sendiri!"
"Gimana aku bisa bahagia? Aku udah lupa rasanya bahagia semenjak kamu renggut kebahagiaan itu dari aku. Kamu berbakat bikin orang lupa bahagia."
"..."
"Harusnya kamu sekalian ajarin aku cara buat lupain kamu Dera! Biar aku gak tersiksa kayak gini."
"Al.. Aku mohon, jangan pernah hubungin aku lagi. Jangan ganggu aku lagi!"
"Kamu belum tau siapa Al Putra Darmajaya. Selama ini kamu belum kenal aku sepenuhnya Sayang. Kalo kamu kenal aku, kamu pasti tau kalo aku gak akan semudah itu lepasin kamu Sayang. Dera, sampe kapan pun kamu tetep milik aku. Aku cinta kamu Dera," ancam Al pada Dera.
Dera tak tahu harus berkata apa lagi. Ia justru mulai mengalirkan air mata.
Sedetik kemudian, Nanda masuk ke ruangan tempat Dera berada. Nanda kaget melihat kekasihnya tengah menangis."Are you okay? Kenapa Sayang? Siapa yang telepon?"
Dera hanya diam, ia menggeleng.
"Siapa yang telepon Sayang?"
Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Dera, Nanda merebut ponsel Dera begitu saja.
"Nan--"
"Halo. Anda ini siapa? Beraninya Anda buat kekasih saya menangis?"
"Wah wah. Malam Pak CEO, suatu kehormatan bisa bicara dengan Anda."
"Oh, jadi lo Al. Ngapain lo masih ganggu Dera? Dia sekarang--"
"Ya gue paham apa maksud lo. Lo mau bilang kalo Dera itu punya lo, dia kekasih lo, gue gak berhak bicara lagi sama dia. Gitu?"
"Anda makin pandai Pak Al. Jadi apa lagi sekarang? Lebih baik lo diem, jangan coba-coba hubungin Dera lagi."
"Tunggu Tuan Nanda Armandito yang terhormat, saya cuma mau mengingatkan. Sesuatu yang didapat dengan cara merebut paksa, dengan cara licik, itu gak akan bertahan lama. Pasti suatu saat akan hilang."
"Lo mau ngancem gue?"
"Bukan ngancem, cuma mengingatkan."
"Gue sama sekali gak takut!"
"Kita liat aja, siapa juaranya nanti."
"AL--" Nanda tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Al sudah memutus sambungan ponselnya.
Nanda terdiam. Raut wajahnya nampak begitu murka. Kekesalannya pada Al sudah tak terbendung lagi. Namun, suara lembut Dera sedikit menahan emosinya.
"Nanda.. Kamu kenapa? Al.. Dia bilang apa sama kamu?"
"Bukan apa-apa Sayang." Nanda membawa Dera dalam pelukannya. "Dia belum tau siapa Nanda Armandito. Beraninya dia mau macem-macem sama seorang Nanda!"
"Nan, kamu jangan gegabah lagi ya! Aku mohon. Jangan berbuat sesuatu yang aneh-aneh. Aku gak mau ada masalah lagi."
"Sstt! Dera.. Gak kok Sayang. Gak akan terjadi apa pun. Percaya sama aku! Okee.. Sekarang kamu tenang ya! Aku gak tau tadi dia udah bilang apa aja ke kamu, tapi yang jelas aku gak akan pernah biarin dia gangguin atau nyakitin kamu lagi."
"Nanda.. Kamu--"
Nanda perlahan melepaskan pelukannya. Ia menatap Dera dengan tatapan sayu. Seketika ia mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Dera.
"Nan--"
"Sstt! Aku sayang kamu," bisik Nanda di telinga Dera. "Kamu cuma milik aku! Gak akan ada yang bisa halangin kita berdua. Aku cuma mau kamu Sayang," lanjut Nanda kemudian ia mencumbu bibir Dera dengan penuh gairah.
Dera hanya terpaku. Ia tak berniat membalas ciuman Nanda. Namun, ia terpaksa membuka mulutnya untuk mengambil napas, sehingga lebih memudahkan akses bibir Nanda menjamah bibir Dera.
Hasrat Nanda seperti tak bisa terkendali lagi. Nanda mengarahkan tubuh Dera ke ranjang, membaringkan tubuh Dera di sana. Ciuman mereka sempat terlepas. Posisi Nanda saat ini tengah mengunci tubuh Dera di bawahnya.
"Nanda.. Kamu ngapain?" tanya Dera sambil berusaha menormalkan napas dan detakan jantungnya.
"Aku mau kita jadi satu malem ini, Sayang!"
Nanda kembali mencumbu kekasihnya. Dalam pikirannya kini hanya satu, tetap memiliki Dera.
![](https://img.wattpad.com/cover/193602868-288-k454691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEALLOVE
أدب نسائي[ SUDAH TERBIT ] ••• [ PINDAH KE NOVELTOON ] *Note: sebagian bab sudah dihapus. "Jika kamu memang ditakdirkan untukku maka Tuhan pasti dapat mempersatukan kita meskipun kamu berusaha berlari sejauh mungkin dari kehidupanku." -AL- *** Hubungan percin...