(15) - Berusaha Romantis

67 4 0
                                    

Keesokan harinya, Nanda dan Dera pergi ke kantor bersama seperti biasanya. Sesampainya mereka di kantor, mereka masuk ke ruangan masing-masing. Desas-desus hubungan spesial antara CEO dan sekretarisnya itu sudah beredar di kalangan para pegawai.

Banyak yang mendukung hubungan Dera dan Nanda karena mereka merasa Dera dan Nanda adalah pasangan serasi. Namun, tak sedikit juga yang mengutuk hubungan itu. Beberapa memandang rendah Dera dan menilai Dera sebagai wanita rendahan yang menggoda bosnya demi uang.

"Dera..." Nanda berbicara lewat ponselnya.

"Iya ada apa Pak? Kan Bapak bisa pake telepon kantor. Kenapa hubungin ponsel saya?"

"Ya gapapa dong. Suka-suka saya. Lagipula saya hubungin pacar saya sendiri. Emang gak boleh? Oh ya, kenapa kamu panggil saya 'Pak' lagi Sayang??"

"Pak Nanda, ini kan di kantor."

"Terus?"

"Yaa--"

"Kan kita cuma bicara berdua Sayang. Jangan panggil saya 'Pak' yaa!"

"Eh iya Pak-ah maksudnya iya Nanda. Ada perlu apa?"

"Ehm kamu ke ruangan saya sekarang ya!"

"Baik Pak-eh Nanda."

Dera bergegas menuju ruangan bosnya. Sesampainya di sana, Dera mengetuk pintu. Karena tak kunjung ada jawaban dari Nanda, Dera memilih langsung masuk.

Di sana Dera heran, ia tak mendapati Nanda. Tadi Nanda meminta Dera ke ruangannya, tetapi sekarang entah berada di mana dia.

"Nanda... Ehm Pak Nanda!! Nanda kamu di mana?"

Tiba-tiba dari belakang Dera dikejutkan oleh seseorang yang baru datang. Orang itu mendekap Dera dari belakang.

"Ehh--"

"Saya di sini Sayang. Kamu cari saya kan? Hmm?"

"Nanda. Kamu dari mana?"

"Gak kok. Saya cuma ambil pesenan sebentar di luar tadi. Kamu dah lama nunggu saya?"

"Eh gak. Saya barusan ke sini."

"Oke Dera. Hmm, kamu temenin saya di sini yaa!"

"I-iya Nanda, tapi lepasin dulu!"

"Kenapa Sayang? Kamu gak suka saya peluk kayak gini?"

"Uhm i-ini di kantor Nan."

"Saya tau, ini kan kantor saya. Udah gapapa Sayang. Gak akan ada yang ganggu kita di sini kok."

"Nanda..."

"Hmm? Apa Sayang?" Nanda mengeratkan pelukannya, ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh Dera yang menjadi aroma favoritnya sekarang.

"Please Nanda!"

"Oke-oke Sayang." Nanda melepaskan pelukannya. "Sayang, sekarang kamu duduk dan temenin saya makan. Kita makan bareng. Nih saya tadi dah pesen makanan."

"Tapi kan ini belum jam makan siang Nan!"

"Terus kenapa Sayang? Saya lapernya sekarang terus saya gak boleh makan gitu?"

"Yaa kalo kamu sih bebas. Ini kantor kamu juga."

"Yaudah kan."

"Iya tapi saya masih harus kerja, saya juga gak bisa makan sekarang."

"Siapa yang bilang?"

"E-ehh.."

"Udah, anggep ini perintah dari bos kamu. Sekarang ayo makan!"

DEALLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang