(18) - Terlalu Jauh

56 3 0
                                    

"Nanda aku--"

Nanda memeluk Dera.

"Aku tau ini sulit buat kamu Sayang. Tapi gapapa, aku siap bersabar. Aku akan sabar nunggu kamu. Aku yakin suatu saat kamu bisa bener-bener lupain Al dan mencintai aku sepenuhnya. Aku sayang kamu Dera."

"Nanda, aku gak bisa nikah sama kamu."

"Sayang. Aku akan lakuin apa pun buat bikin kamu bahagia."

"Ini.. Aku gak ngerti kenapa kita sampe sejauh ini sekarang. Aku punya hubungan sama kamu bahkan hanya karena kesepakatan yang tiba-tiba kamu buat."

"Dan kamu setuju kan Sayang?"

"Tapi, aku gak ngira kalo kamu mau hubungan kita sejauh ini."

"Dera, kamu pikir aku gak serius sama kamu? Kamu cinta pertama aku Sayang."

"Nan--"

"Sstt udah Sayang, kita bisa bicarain ini nanti. Kita pikirin lagi semuanya. Kalo kamu gak mau pernikahan secepet itu, oke.. Aku akan atur semuanya. Tapi suatu saat kamu akan tetep jadi Nyonya Nanda Armandito. Aku pastiin itu."

Tiba-tiba mama Nanda datang menghampiri mereka.

"Nanda, Dera. Ada apa? Semuanya baik-baik aja kan?"

"Iya Ma. Gak ada apa-apa kok. Ma, Nanda sama Dera pamit dulu ya. Udah hampir malem."

"Loh kok buru-buru sih Nan? Mama pikir kamu sama Dera mau nginep di sini."

"Gak usah Ma. Lain kali aja ya. Nanda juga gak enak sama orang tuanya Dera."

"Ohh ya udah kalo gitu. Eh iya Nan, kapan-kapan ajakin papa sama mama ketemu orang tuanya Dera ya! Mama pengin aja hubungan sama calon besan jadi makin deket."

"Ehm iya Ma. Nanti Nanda coba atur waktunya. Salam buat papa ya Ma!"

"Iya. Kalian hati-hati ya! Nanda, jangan ngebut nyetirnya yaa!"

... ...

"Udah sampe Sayang. Ayo!"

"Nan, kamu langsung pulang aja!"

"Loh aku mau pamit dulu sama orang tua kamu."

"Gak usah Nan. Ntar biar aku yang sampein."

"Sayang? Kamu gapapa kan?"

"Nanda aku gapapa. Aku masuk dulu."

"DERA!"

Dera masuk ke rumah. Sementara Nanda tak mengerti ia harus berbuat apa. Jika ia terlalu agresif dan memaksa Dera, itu hanya akan membuat Dera semakin menjauh. Namun, ia tak ingin Dera bersikap seperti sekarang. Nanda hanya ingin memiliki cinta Dera seutuhnya, meski hal itu terkesan mustahil.

Esok paginya Nanda kembali ke kantor. Hari ini pun Dera bekerja seperti biasa. Ia mengurus berkas-berkas untuk meeting, laporan penting perusahaan, dan mengatur jadwal Nanda dengan baik.

"Itu saja untuk hari ini Pak, kalau begitu saya permisi."

"Dera, aku dah bilang kan, aku gak mau kamu seformal itu sama aku. Apalagi di sini sekarang cuma ada kita berdua."

"Tapi ini masih di kantor dan ini urusan pekerjaan. Saya harap Pak Nanda tidak mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Jika tidak ada keperluan lain lagi saya permisi."

Nanda beranjak dari kursinya. Ia menarik tangan Dera, mencegah Dera yang ingin keluar dari ruangannya.

"Tunggu Dera! Kita perlu bicara."

"Pak Nanda tolong lepaskan Pak!"

"Sayang kamu kenapa sih? Please, stop lah! Aku gak suka sikap kamu kayak gini. Kamu kenapa? Kalo ini karena perkataan mama kemarin, oke aku minta maaf. Aku gak akan maksa kamu nikah sama aku secepet itu, tapi aku mohon jangan menjauh dari aku kayak gini. Aku cinta kamu Dera. Jangan giniin aku Sayang! Aku mohon.."

Dera masih membisu. Ia hanya pasrah berada dalam dekapan Nanda. Nanda mendekap Dera erat dan mengusap kepala Dera dengan penuh kasih sayang.

"I love you, my Dera!"

---

Malam itu Dera pulang sendiri dari kantor. Ia sengaja menolak Nanda yang ingin mengantarkannya pulang. Sesampai di dekat perkampungan rumahnya, ia melihat mobil seseorang terparkir di sana. Mobil itu tampak tidak asing baginya. Benar saja, seseorang yang ia kenal sedang berdiri di sana.

"Al??"

"Hai Dera!" Al langsung memeluk Dera. "Sayang, aku kangen banget sama kamu."

"Al. Kamu.. Lepasin aku Al! Hubungan kita udah berakhir."

"Dera.. Aku sayang sama kamu. Sampe kapan pun aku akan tetep mencintai kamu. Aku tau kamu takdir aku Sayang."

"Gak Al. Semuanya dah beda sekarang."

"Apa kamu bahagia sama CEO sialan itu?"

"..."

"Jawab Dera! Aku tanya sama kamu."

"Al, kamu gak perlu ikut campur urusan aku sama Nanda sekarang."

"Oh ya? Jadi kamu bahagia? Semudah itu kamu lupain aku dan kenangan kita?"

"Al--"

"Kenapa Sayang?"

"Jangan temuin aku lagi!" Dera beranjak meninggalkan Al.

"Dera, aku tau kamu punya alasan atas semua ini Sayang!"

Langkah Dera terhenti karena mendengar perkataan Al. Dera mulai panik, ia berpikir apakah Al telah mengetahui alasan hubungannya dengan Nanda yang sebenarnya.

Al makin mendekat ke arah Dera.

"Dera kamu bisa cerita sama aku, apa yang sebenernya terjadi? Apa alasan yang buat kamu tiba-tiba putusin hubungan cinta kita?"

Dera menghela napas lega. Ia tahu Al ternyata belum tahu alasan itu.

"Udah aku bilang Al, semua udah jelas. Aku gak mau diperlakukan kayak gitu lagi sama orang tua kamu. Hubungan kita gak akan bisa berjalan karena sampe kapan pun mama papa kamu gak akan suka sama aku."

"Aku tau pasti ada alasan yang lain kan? Bukan cuma itu Dera, iya kan?"

"Cuma itu Al."

"Gak mungkin. Dera, aku kenal kamu udah cukup lama. Aku ngerti banget kalo kamu lagi nyembunyiin sesuatu."

"Cukup Al!"

"Dera. Aku sayang sama kamu."

"AL--"

Al secara spontan mencium bibir Dera. Dera langsung mendorong tubuh Al.

"Kenapa kamu kayak gini Al? Biarin aku pergi!"

"Dera-ku.. Kamu cuma ditakdirkan buat aku. Kamu gak akan bisa ke manapun. Tempat kamu cuma di hati aku. Kita akan tetep bersama Sayang. Kamu milik aku. Milik aku selamanya."

Al kembali mencium Dera, Dera pun tak menolak lagi. Dalam hatinya ia sangat rindu dengan saat-saat kebersamaannya dengan Al.

"Seandainya semua itu gak terjadi, Al.." Dera bergumam dalam hati.

DEALLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang