Sepersekian detik kemudian, Dera tersadar bahwa apa yang terjadi saat itu adalah sebuah kesalahan. Dera pun mendorong paksa tubuh Al hingga sedikit menjauh darinya.
"Sayang??"
"Al, ini salah. Please.. Mulai sekarang jangan pernah temuin aku lagi! Aku mohon dengan sangat Al."
"Kamu masih cinta sama aku kan? Jujurlah Dera! Aku tau perasaan itu masih ada di hati kamu."
"Gak Al."
"Dera, kenapa kamu harus bohong? Bahkan aku tau dari mata kamu kalo kamu masih sayang aku."
"Cukup Al. Aku rasa kita gak perlu bicara apa pun lagi. Permisi." Dera berlalu meninggalkan Al sendiri dan menuju ke rumahnya.
"DERA! KAMU TETEP MILIK AKU SAYANG. CUMA MILIK AKU!!"
Dera bahkan tak lagi mempedulikan teriakan Al.
•••
"Sayang, nanti aku ada jadwal meeting kan?"
"Oh iya, nanti Pak Nanda ada jadwal pertemuan dengan klien dari Belanda sekitar jam satu siang."
"Come on, Sayang! Di sini cuma ada kita berdua. Aku dah bilang kan, jangan seformal itu!"
"Oke maaf."
"Hm, nanti kamu juga ikut aku kan?"
"Gak. Aku masih ada kerjaan lain. Kemarin kamu gak bilang kalo aku harus nemenin kamu. Jadi aku rasa emang gak ada keharusan buat aku ikut sama kamu."
"Oke, kalo gitu aku mau bilang kalo kemarin aku lupa kasih tau kamu. Dan sekarang, aku minta kamu harus nemenin aku meeting nanti. Kamu harus ikut aku, ini perintah, dan gak ada penolakan."
"Ehh bisa kayak gitu ya?"
"Bisa lah. Buat kamu yang menjabat sebagai sekretaris aku, perintah bos kamu itu nomor satu kan? Di sini siapa CEO-nya?"
"Mentang-mentang CEO bisa seenaknya gitu ya?"
"Ohh ayolah Sayang! Aku cuma mau kamu nemenin aku. Kita kan bisa sekalian makan siang. Oke Sayang?"
"Gak ada jawaban lain selain 'iya' kan?"
"Nah gitu dong!" Nanda mengusap puncak kepala Dera.
Siang itu tepat jam satu siang, Dera dan Nanda tengah berada di sebuah restoran mewah yang telah direservasi oleh Dera sebelumnya untuk tempat pertemuan penting Nanda dengan klien dari Belanda.
Nanda tampak fokus dengan pembicaraan pentingnya dengan sang klien. Sementara Dera terdiam sambil menunggu aba-aba perintah selanjutnya dari Nanda ataupun bila nanti Nanda bertanya sesuatu padanya. Terbesit rasa kagum di diri Dera pada sang CEO, Dera mengagumi cara bicara Nanda pada klien itu. Nada meyakinkan dan persuasifnya, bahasa Inggris yang begitu lancar diucapkannya dengan aksen British.
Setelah kontrak disetujui, Nanda berjabat tangan dengan sang klien. Di sela-sela kegiatan makan siang, klien itu membuka obrolan. Dera memperhatikan dengan saksama. Meski bahasa Inggrisnya tak bisa se-excellent kemampuan Nanda, Dera masih bisa memahami pembicaraan CEO dan kliennya itu. Mereka tengah membicarakan kehidupan pribadi Nanda.
"Dia sekretaris Anda Pak Nanda?"
"Iyaa Mr. Vander. Dia Dera, sekretaris saya."
"Hanya sekretaris atau lebih dari itu?"
"Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Saya melihat chemistry di antara kalian berdua dan saya merasa kalian punya hubungan spesial."
"You're right, Mr. Vander. Dia kekasih saya.."
"Hm, dugaan saya memang tak pernah salah. Kalian sangat serasi."
"Thank you Mr. Vander."
"Saya tunggu undangan pernikahannya Pak Nanda!"
"Okee, sure."
Mereka pun tertawa bersama. Sementara Dera yang mengerti arti pembicaraan itu tetap hanya diam.
---
Nanda dan Dera telah kembali ke kantor.
"Sayang, are you okay? Kok dari tadi diem aja?"
"Aku gapapa Nan. Aku mau balik ke ruangan aku dulu, kerjaan aku masih banyak."
Nanda menarik tangan Dera, "Dera, nanti aja. Temenin aku dulu. Kamu ke ruangan aku sekarang ya!"
"Nan, aku harus lanjutin kerjaan aku."
"Sebentar aja kok Sayang."
Dera tak bisa menolak permintaan bosnya. Ia pun mengikuti Nanda ke ruangannya.
"Duduk dulu Sayang!"
Dera duduk di sofa empuk ruangan Nanda.
"Nanda---"
"Kenapa? Hmm? Udah deh.. Ehh iya, aku mau tunjukin sesuatu ke kamu." Nanda menunjukkan ponselnya pada Dera. "Menurut kamu tempat ini gimana Sayang?"
"Ehm, bagus kok. Indah.."
"Kamu suka?"
"Suka."
"Kalo gitu kita ke sana yuk!"
"Apa?"
"Iya, kita ke sana. Anggep aja buat refreshing. Kita bisa liburan beberapa hari di sana."
"Kan kantor gak ada libur Nan."
"Yaa aku tau. Tapi kita kan bisa ambil cuti. Kerjaan aku di kantor sekarang ini lagi gak begitu padet kok. Nanti juga ada yang bakal handle kerjaan kamu. Gimana?"
"Gak deh Nan."
"Loh tadi kamu bilang suka tempatnya? Sayang, aku pengin pergi liburan sama kamu."
"..."
"Oke, kalo kamu gak mau kita cuma berdua, kita ajak ayah ibu kamu juga. Ya?"
"Nanda, gak usah. Aku yakin mereka belum tentu mau."
"Hm, biar aku yang bujuk mereka."
"Nanda,"
"Sstt.. Anggep ini perintah aku juga!"
"Kamu kenapa sih suka banget maksa gitu??"
"Bukan gitu Dera Sayang. Hei, aku mau kita refreshing. Aku juga mau bisa lebih deket sama calon mertua aku."
"..." Dera beranjak dari duduknya.
Nanda pun ikut berdiri dan berusaha menghadang Dera yang ingin pergi dari ruangan itu.
"Please, aku mohon Sayang! Kita jarang banget bisa habisin waktu sama-sama selain karena persoalan pekerjaan."
Dera tak tega melihat wajah memelas Nanda.
"Please!"
"Oke, terserah kamu. Tapi aku terserah sama ayah ibu aku. Kalo mereka gak mau, kamu gak boleh maksa lagi!"
"Yey!" Nanda spontan memeluk Dera. "Makasih Sayang. Tenang aja, aku bakal kerahkan segenap tenaga dan pikiran aku buat bujuk ayah ibu kamu. Mereka pasti setuju buat ikut. Akhirnya kita bisa liburan bareng, Sayang!"
"..."
"I love you, my special secretary!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEALLOVE
Chick-Lit[ SUDAH TERBIT ] ••• [ PINDAH KE NOVELTOON ] *Note: sebagian bab sudah dihapus. "Jika kamu memang ditakdirkan untukku maka Tuhan pasti dapat mempersatukan kita meskipun kamu berusaha berlari sejauh mungkin dari kehidupanku." -AL- *** Hubungan percin...