(14) - Goodbye Al?

55 3 0
                                    

Nanda dan Dera kembali ke kantor. Dera masih sedikit shock dengan perlakuan Nanda padanya barusan. Ia mengerti Nanda melakukan itu karena tak ingin kehilangan dirinya. Dera hanya berpikir yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah tetap menurut pada perintah Nanda dan jangan sampai membuat Nanda emosi lagi.

"Sayang, kamu lanjutin kerjaan kamu ya! Saya ke ruangan dulu. Kalo ada apa-apa bilang aja. Daa Sayang." Nanda mengecup singkat puncak kepala Dera.

"Iya Nanda."

Dera melanjutkan pekerjaannya di ruangan sekretaris. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dera benar-benar terkejut begitu melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Terlihat jelas nama Al di sana. Dera bingung harus berbuat apa.

Dera pun memberanikan diri menjawab panggilan dari Al.

"Halo..."

"Halo Dera Sayang, gimana kabar kamu? Kamu sehat kan?"

"Iya Al, aku baik-baik aja kok."

"Ehm Sayang, aku punya kabar gembira buat kamu."

"Kabar gembira apa Al?"

"Sebenernya ini kabar gembira buat keluarga aku sih, hehe.. Tapi aku harap kamu juga seneng denger ini."

"Iya Al. Sebenernya ada apa?"

"Oke jadi gini Sayang. Perusahaan papa kembali lebih baik sekarang. Semua masalah yang bikin perusahaan sekarat sekarang udah bisa teratasi. Aku seneng banget."

"Ohh aku juga ikut seneng dengernya Al. Selamat ya Al..."

"Iya Sayang. Makanya aku kabarin kamu. Aku pengin ngajak kamu jalan buat rayain kebahagiaan ini. Kamu punya waktu malem ini kan?"

"Emm Al gimana ya? Aku gak bisa janji, soalnya hari ini aku sibuk banget."

"Yah... Masa' kamu gak bisa luangin waktu sebentar buat aku? Aku kangen banget sama kamu. Kita udah jarang banget punya waktu berdua. Sayang, aku mohon bisa yaa!"

"Maaf Al. Tapi aku beneran gak bisa pergi seenak dan semau aku. Aku sekretaris di sini. Aku gak bisa pergi tanpa izin dari bos aku."

"Sayang, oke deh. Gapapa. Mungkin kita bisa pergi lain kali aja. Kamu juga jangan terlalu sibuk kerjanya ya! Harus inget istirahat juga. Nanti kamu bisa sakit."

"Oke Al. Maafin aku yaa."

"He em Sayang. Udah, gapapa. Kamu semangat yaa! Jangan capek-capek! Ya udah aku tutup dulu. Daa Sayang. Love you!!"

"Daa Al..."

Dera merasa bersalah sudah menolak ajakan Al. Dera hanya belum siap untuk menjelaskan semua yang terjadi termasuk perihal hubungannya dengan Nanda. Dera tahu Al saat ini begitu senang karena Darmajaya group telah kembali pulih. Namun, Al tak tahu harga yang harus ia bayar untuk perusahaan papanya adalah dengan kehilangan orang yang paling dicintainya.

---

Hari sudah hampir malam, saat ini Nanda berada di ruangan Dera.

"Dera Sayang! Kamu gak pengin pulang? Hmm?" Nanda memeluk Dera dari belakang.

"Nanda, kerjaan saya belum selesai."

"Saya gak minta kamu selesaiin itu hari ini kan Sayang?"

"Tapi Nanda--"

"Hmm, kenapa? Kamu mau lembur hari ini? Ya udah kalo gitu saya akan temenin kamu sampe kamu selesai." Nanda mengecup pipi Dera.

"Sayang? Saya boleh tanya sesuatu?" lanjut Nanda.

"Tanya apa Nan?"

"Tadi kamu teleponan sama siapa? Saya sempet liat kamu tadi bicara sama seseorang lewat ponsel."

"Uhm itu, sa-saya bicara sama--"

"Sama siapa Sayang?"

"Nanda maaf, tapi kamu jangan marah ya? Saya tadi bicara sama Al. Al telepon saya jadi--"

"Dia bicara apa?"

"Sebelumnya makasih karena kamu udah tepatin janji kamu. Tadi Al kasih tau saya kalo Darmajaya group udah baik-baik aja."

"It's okay Sayang. Apa dia cuma mau kasih tau kamu soal itu?"

"Sebenernya dia ngajakin saya jalan malem ini, tapi saya tolak ajakan dia, saya bilang saya lagi sibuk sama kerjaan saya. Dan sekarang pun saya masih ada di sini."

"Bagus. Kamu gak boleh jalan sama dia. Kamu kan sekarang pacar saya."

"..."

"Hmm tapi Sayang, dia belum tau soal hubungan kita kan? Kapan kamu mau kasih tau dia? Kapan kamu mau putusin Al dan bener-bener ninggalin dia Sayang?"

"..."

"Kenapa Sayang?" Nanda mengusap lembut pipi Dera, kini mereka berdua sudah berhadapan.

"Nanda, saya gak tau gimana caranya saya jelasin ini semua ke Al. Al gak akan semudah itu terima ini semua."

"Ehm oke kalo gitu biar saya yang kasih tau dia soal kita yaa... Kamu tenang aja."

"Nanda tapi--"

"Udahlah Sayang. Ini biar jadi urusan saya. Yang harus kamu lakuin cuma satu, lupain dia sekaligus tetep jadi milik saya. Okay?"

Nanda memeluk Dera dengan penuh kehangatan.

DEALLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang