BAGIAN - ENAM

1.8K 144 2
                                    

Keenan

Suasana bandara tampak ramai siang ini. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar bandara sembari membawa kopi. Aku sengaja membeli kopi untuk membunuh kejenuhanku yang sedang menunggu Ervin. Pesawatnya ternyata terlambat dan membuatku harus menunggu satu jam. Aku mendengar dari pengeras suara kalau pesawat sudah mendarat dan aku langsung melangkah mendekati pintu keluar kedatangan.

Siang ini aku sengaja meluangkan waktuku untuk menjemput Ervin. Aku membutuhkan bantuannya untuk menjadi kuasa hukum perusahaanku. Kenapa aku memilihnya daripada pengacara Papa sebelumnya? Karena aku lebih percaya pada sahabatku sendiri. Apalagi pengacara Papa sebelumnya juga lebih sering terlibat kasus-kasus dengan pejabat negara. Papa juga tidak keberatan saat aku menanyakan padanya.

Seseorang melambaikan tangan dari kejauhan dan aku balas dengan senyuman. Aku melepas kacamata hitam yang sedari tadi menggantung di hidungku.

"Bagaimana kabarmu?" Ervin menjabat tanganku saat sampai di depanku.

"Seperti yang kamu lihat."

Ervin tersenyum. Meski pernah terjadi ketegangan di antara kami berdua karena Irene, toh, pada akhirnya persahabatan tidak semudah itu berakhir. Aku dan Ervin tetap baik-baik saja terlepas dari perasaan kami berdua.

"Kita langsung ke kantor, ya?" Aku mengajak Ervin menuju ke mobil. Driverku sudah siap setelah aku meneleponnya.

-00-

Danish

Pandanganku tertuju pada layar komputer, namun pikiranku sedang melayang pada peristiwa semalam. Setelah meninggalkan Keenan di warung makan, aku terus berjalan menyusuri jalanan trotoar menuju ke tempat yang lebih sepi untuk menunggu taksi. Namun, aku justru melihat Henry. Bahkan, aku sempat melihat mata Henry yang tertuju ke arahku. Sekujur tubuhku terasa bergetar saat melihat matanya yang mengerikan itu menatapku. Bayang-bayang masa lalu langsung berputar ulang dengan cepat di otakku dan membuatku merasakan kengerian yang luar biasa. Aku langsung berjalan cepat di antara kerumunan orang-orang dan semakin menjauh dari tempat aku melihat Henry tadi. Rasa takut yang terus menghantuiku membuatku selalu menoleh ke belakang karena aku takut Henry mengikutiku dan mengetahui tempatku tinggal.

Ketakutan itulah yang membuatku enggan meninggalkan rumah hari ini. Aku memilih untuk mengajukan ijin sakit dan akan bekerja dari rumah. Artikel yang harus aku kumpulkan hari ini telah aku kirim melalui surel. Pandanganku beralih menuju ke ponselku yang tergeletak di meja. Semalam aku tidak memiliki pilihan lain selain menghubungi pengacaraku. Aku bingung harus bagaimana karena aku terlalu takut setelah melihat Henry. Ini adalah kedua kalinya aku melihatnya setelah dia keluar dari penjara.

Tidak ada pesan apapun dan pengacaraku juga belum menghubungiku lagi. Semalam, dia hanya mengatakan kalau dia akan datang menemuiku. Aku mengusap wajahku. Seharusnya, aku tidak berharap banyak darinya karena dia bukan lagi pengacaraku setelah persidangan itu selesai. Dia hanya seorang teman yang sangat baik padaku dan membuatku jatuh cinta padanya. Lalu yang terjadi kemudian, dia memilih menikah dengan perempuan lain.

Aku mematikan komputer dan menarik diriku menuju tempat tidur. Mungkin lebih baik aku menghabiskan waktuku untuk tidur. Setelah meminum obat yang diresepkan dokter padaku, aku menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhku. Ku pejamkan mataku dan mencoba tidur. Semalaman, aku terjaga karena takut dan sekarang aku merasa sangat lelah.

-00-

Keenan

Sesampainya di kantor, aku langsung mengadakan rapat dan menunjuk Ervin sebagai kuasa hukum perusahaan. Kemudian, aku memberikan beberapa berkas perusahaan termasuk tentang kerjasama pembangunan hotel yang sedang berjalan, juga tentang beberapa rencana kerjasama lainnya. Aku ingin Ervin melihatnya sebagai orang baru di perusahaan sehingga dia bisa menilainya lebih objektif.

Close To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang