BAGIAN - DUA PULUH

1.3K 115 1
                                    

Keenan

Aku duduk di sebuah restoran mewah dan tampak sangat private. Hanya ada beberapa orang saja yang ada di dalam restoran ini. Seorang pramusaji meletakkan dua cangkir kopi di meja. Aku tahu restoran ini adalah restoran mahal karena dulu aku pernah datang kesini untuk bertemu dengan direktur. Bertahun-tahun di Jakarta, aku cukup tahu tempat yang mahal dan berkelas. 

Ervin duduk di sampingku. Dia tampak sibuk dengan ponselnya. Dia memang sudah mendirikan firma hukum sendiri bersama teman-temannya dan sepertinya sudah cukup besar karena dia sudah cukup sibuk untuk mengurusnya. Sejak menjemputku di bandara, Ervin tidak mengatakan apapun kecuali tentang bagaimana keadaanku dan juga Danish. Dia juga tidak mengatakan siapa orang yang harus aku temui. Hingga, mataku menemukan sosok perempuan cantik yang sedang berjalan ke arah kami. Dia tersenyum saat sudah berdiri di depanku.

“Hai, Keen.” Perempuan itu mengulurkan tangannya dan aku langsung bangkit dari dudukku. Aku membalas uluran tangannya. “Hai, Kat.”

Perempuan itu lalu duduk di depanku setelah sebelumnya menyunggingkan senyum untuk Ervin. Katniss dan Ervin bertemu lagi dan mereka berdua tampak biasa saja. Bahkan, Irene adalah orang yang menyarankanku untuk menemui Katniss. Ada apa ini?

“Kat, bisakah aku meninggalkan kalian sekarang? Ada sidang yang harus aku datangi.”

Katniss mengangguk. Ervin lalu beranjak dari duduknya setelah menepuk pundakku. Sementara aku masih bingung dengan apa yang terjadi.

“Kamu bertanya-tanya dengan apa yang terjadi, Keen?” Katniss mengulum senyum saat menanyakannya. Dia mungkin menyadari kebingunganku saat melihat mereka.

“Hubunganku dan Ervin sudah baik. Semua ini berkat Irene.”

“Bagaimana bisa?”

“Aku tidak menyangka jika Irene adalah perempuan yang berhati mulia. Kamu pasti ingat dengan kasus yang menimpaku saat itu dan Ervin menolak mewakiliku. Saat itu, aku benar-benar sudah putus asa. Hingga tiba-tiba Irene mendatangiku. Dia meyakinkanku kalau Ervin pasti akan datang pada sidangku dan Ervin benar-benar datang. Aku akhirnya bercerai dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya berterimakasih pada Irene saat dia datang dan menemaniku di rumah sakit. Selama ini aku tidak pernah memiliki seorang teman dan kehadiran Irene merubah cara berpikirku. Aku bertahan karena dia selalu menguatkanku.”

Aku mendengarkan cerita Katniss dengan tidak percaya. Seharusnya, Irene merasa tersakiti dengan kehadiran Katniss dalam kehidupan Ervin lagi. Keputusan Ervin untuk menjauhi Katniss seharusnya menjadi kabar bahagia untuknya, tetapi dia malah mendekati Katniss dan membantunya.

“Setelah lama tidak bertemu dengannya, dia tiba-tiba datang ke kantorku beberapa hari yang lalu. Dia bilang dia membutuhkan bantuanku. Aku tidak menyangka jika bantuan yang dia maksud adalah kamu.” Sudut bibir Katniss tertarik. Dia tersenyum tipis.

“Irene menceritakan kondisiku?”

Katniss menggeleng. “Tapi aku cukup bisa untuk mencari tahunya sendiri.”

Aku tersenyum mendengarnya. Katniss tentu saja punya kemampuan untuk mencari tahunya sendiri.

“Oh, ya. Bagaimana dengan ini?”

Katniss mengulurkan amplop coklat padaku. Aku menerimanya dan membukanya. Ada sebuah dokumen di dalamnya.

“General Manager di Jepang?” Aku terkejut setelah membaca dokumen yang diberikan Katniss.

“Itu hal terbaik yang bisa aku lakukan untukmu dan aku pikir kamu pantas mendapatkannya dengan kemampuanmu. Apalagi, kamu baru saja menjalin kerjasama dengan perusahaan besar di sana.”

“Tapi, aku belum bisa.”

I know, Keen. Kamu bisa melakukannya saat kamu sudah siap. Aku akan mengosongkan posisi itu untukmu kapanpun kamu membutuhkannya.”

Aku tersenyum lebar. Kondisi Danish membuatku tidak bisa meninggalkannya.

“Kamu tahu cara menghubungiku, kan?” tanya Katniss sebelum beranjak dari tempat duduk. Aku mengangguk padanya dan mengucapkan terimakasih.

“Semua itu dari Irene. Bukan dari aku,” ucap Katniss sebelum melangkah pergi meninggalkanku. 

Entah bagaimana, aku harus berterima kasih pada Irene.

-00-

Langit senja tampak cantik sore ini. Jarang-jarang langit Jakarta secantik ini, atau mungkin memang aku yang sudah terlalu lama tidak datang kesini. Aku duduk di sebuah kafe yang menyenangkan. Hamparan langit seolah jadi penghiasnya. Juga lampu-lampu kuning yang menggantung di antara batang pohon. Irene yang mengajakku kesini dan dia juga tampak menyukai tempat ini.

“Kamu tahu, ini adalah tempat pertama Ervin mengajakku berkencan. Ehm, bukan berkencan mungkin, tetapi makan malam berdua.” Dia bercerita dengan sumringah. Matanya berbinar saat mengenangnya.

“Lalu, kenapa kamu mengajakku ke sini?”

Irene menoleh padaku. “Aku mengajarimu untuk menjadi orang romantis, Keen.”

“Aku romantis juga kali. Kalau tidak romantis bagaimana mungkin Danish bisa jatuh cinta padaku.” Aku tidak mau kalah.

Irene langsung tertawa. “Ya, kamu memang romantis tapi ketinggian harga dirinya.”

“Dibahas lagi.” Aku cemberut.

“Jam berapa pesawatmu?”

“Nanti jam 8.”

“Aku harap kamu dan Danish bisa segera bersama-sama,” ucap Irene. Pandangannya kosong pada langit yang sudah mulai gelap. 

“Aku dan Danish sekarang sudah bersama-sama, Ren.”

“Aku tahu.” Irene menoleh padaku dan tersenyum. Dia menepuk punggung tanganku lembut. Aku membalikkan tanganku sehingga bisa menggenggam tangan Irene.

“Aku ingin berterima kasih padamu, Ren. Entah bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu. Kamu sudah menyelamatkan Danish. Kamu juga sudah menamparku waktu itu. Dan kamu juga sudah memberiku tawaran pekerjaan yang tidak pernah aku bayangkan.”

Irene tersenyum. Satu tangannya lagi menggenggam tanganku yang sedang memegang tangannya. “Bukankah kita sahabat terbaik sejak kecil? Aku melakukannya karena bagiku kamu adalah satu-satunya keluarga yang aku punya dulu dan sekarang.”

Aku ikut tersenyum. Pada akhirnya aku sadar, semesta menghadirkan Irene kembali dalam kehidupanku memang bukan untuk menjadi pasanganku. Dia adalah keluargaku, sahabat terbaikku, satu-satunya saudara yang aku miliki sekarang.

Terkadang, manusia memang merasa marah pada keinginan semesta. Padahal, semesta sudah menyiapkan hal terbaik untuk manusia itu dan mereka belum menyadarinya saja.

-00-

Close To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang