BAGIAN - SEMBILAN

1.6K 122 0
                                    

Keenan


“Aku dengar dari Milla kamu sering mengunjungi Danish,” ucap Ervin saat kami berdua berada di rooftop kantor dengan secangkir kopi di tangan kami berdua. Kantor ini memang memiliki area rooftop yang cukup nyaman dan biasanya dipakai untuk beristirahat karyawan sembari menikmati kopi atau makan siang.

Aku menoleh pada Ervin dan sedang berpikir bagaimana aku harus menjawabnya. Ervin tidak sedang hanya berbasa-basi, dia pasti sedang ingin mencari jawaban dari pertanyaannya.

“Aku mengkhawatirkannya,” sahutku. Aku berusaha tersenyum senatural mungkin. Aku masih belum ingin memberitahu Ervin tentang perasaanku karena aku sendiri juga belum yakin.

Ervin menoleh padaku dan matanya menunjukkan kalau dia mengetahui sesuatu namun enggan untuk menanyakannya. Dia lalu memalingkan pandangannya dariku.

“Aku tidak ingin mencampuri perasaanmu, Keen. Aku senang kamu mengkhawatirkan Danish karena dia memang membutuhkan seorang teman. Tapi, aku juga tidak ingin Danish terluka lagi. Dia tidak sekuat yang selama ini ditunjukkannya.” Ervin berucap sembari menatap ke langit senja yang memerah.

“Aku akan membantunya untuk
mengalahkan traumanya.”

“Bukan sekedar trauma, Keen. Lebih dari sekedar itu.” Ervin menggumam.

Aku tidak tahu apa yang dimaksud Ervin lebih dari sekedar trauma itu karena dia juga tidak menjelaskan lebih jauh. Dia justru mengajakku untuk menemui Danish.

Sepanjang perjalanan, Ervin juga tetap diam. Beberapa kali aku meliriknya, dia tampak menatap ke luar jendela mobil. Ada sesuatu yang mungkin mengganggu pikirannya, namun dia tidak ingin mengatakannya padaku. Hingga mobil berhenti di depan kantor Danish, dia masih saja diam dan langsung turun menemui Danish yang sudah menunggu di depan kantor. Mereka lalu masuk ke dalam mobil.

“Hai, Keen,” sapa Danish setelah masuk ke dalam mobil. Dia duduk di belakangku. Aku membalasnya dengan senyum. 

“Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” tanyaku sembari menjalankan mobil.

Thanks to Ervin, aku tidak melakukan banyak hal hari ini.” Danish menyunggingkan senyum seraya melirik ke arah Ervin. Sementara Ervin hanya tersenyum tipis saja. 

“Kita mau kemana?” tanyaku.

“Mau makan malam dulu?” Danish balik bertanya.

“Oke. Kita cari tempat makan.”
“Kamu mau makan apa, Dan?” Ervin akhirnya mengeluarkan suara.

“Aku ikut saja.”


-00-


Danish


Beberapa makanan sudah terhidang di meja. Keenan memesan banyak sekali makanan kali ini. Dia bilang aku harus banyak makan makanan sehat agar tidak sakit. Aku hanya tersenyum saja menanggapinya. Terkadang, dia memang terlalu memperhatikanku.

“Makanlah, Dan.” Keenan mengulurkan udang di piringku. Aku tersenyum melihatnya.

“Dari tadi kamu hanya sibuk memperhatikan Danish, kamu tidak memberiku udang juga?” Ervin menimpali. Dia mengulurkan piringnya pada Keenan. Aku tertawa melihat sikap Ervin. 

Close To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang