BAGIAN - ENAM BELAS

1.3K 111 4
                                    

Keenan

Matahari menyeruak masuk melalui tirai-tirai jendela yang tersingkap. Aku membuka mataku perlahan. Langit-langit kamar warna putih adalah hal pertama yang aku lihat. Aku menoleh ke sebelahku dan Danish sudah tidak ada di sebelahku. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar. 

Morning, Keen.” Suara Danish terdengar ceria dari balik dapur. Entah apa yang sedang dilakukannya, aku langsung menuju kamar mandi. Pandanganku mengitari seluruh ruangan kamar mandi lalu berjalan keluar lagi. 

“Kamu tidak punya stok sikat gigi, Dan?” tanyaku.

“Kamu bisa mengambilnya di drawer di bawah wastafel.” Mendengar jawabannya, aku langsung kembali ke kamar mandi dan membuka drawer di bawah wastafel. Aku melihat sikat gigi baru dan juga handuk yang tertata rapi.

Satu tanganku lalu menutup pintu kamar mandi dan aku mulai mandi.

Danish

Aku melirik sesaat ke arah kamar mandi dan melihat pintu yang tertutup. Lalu, terdengar suara gemericik air dari shower. Bibirku mengembangkan senyum tanpa sadar. Ingatanku mengajakku untuk mengingat peristiwa semalam. Saat Keenan menciumku dengan penuh hasrat, pikiranku sudah mengkhawatirkan sesuatu yang lebih dari ini akan terjadi. Namun, Keenan justru menghentikan ciumannya. Dia menarik dirinya dan tersenyum padaku.

“Aku ingin menyimpannya sampai saatnya tiba.”

Aku tersenyum mendengarnya. Dia bukan seperti pria yang aku bayangkan. Dia bisa menahan dirinya sebelum melangkah lebih jauh lagi.

“Tapi, ijinkan aku tidur di tempat tidurmu malam ini. Sakit semua kalau tidur di sofa,” ucapnya lagi. Dia tampak malu-malu saat mengatakannya.

Aku lalu mengulurkan tanganku dan mengajaknya ke kamar. Dia lalu tidur di sampingku. Tangannya terulur ke arahku sehingga aku bisa merasakan tangannya merangkulku.

“Kamu tahu, ini adalah pertama kalinya, aku mengijinkan laki-laki tidur di tempat tidurku seperti ini.”

“Aku tahu, Dan. Makanya, aku ingin melakukannya karena aku ingin menjadi yang pertama untukmu.”

Aku tersenyum mendengarnya. Setelah memutuskan untuk bercerai dari Henry, aku memang tidak pernah bisa berdekatan dengan laki-laki manapun karena traumaku. Perasaan yang tumbuh pada Ervin juga hanya sebatas perasaan yang terpendam. Tapi, Keenan telah berhasil membuatku mau menerima lagi laki-laki dalam kehidupanku. Dia telah memasuki teritori yang aku ciptakan. Dia telah masuk ke dalam duniaku dan hari-hariku hingga membuatku merasa hampa tanpanya. Dia membuatku membutuhkan kehadirannya, seolah dia telah menjadi duniaku.

Keenan sudah keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan kemeja warna ungu muda. Rambutnya yang basah sudah tersisir rapi. Dan aroma parfum yang selalu aku suka sejak pertama kali melihatnya di pesawat waktu itu. Dia mengambil gelas dan menuangkan air putih lalu meminumnya.

“Kamu masak apa, Dan?”

“Orak arik. Aku lupa kalau aku belum belanja,” sahutku sambil menuangkan telur pada piring yang sudah aku sediakan. Sosis sapi juga sudah ada di piring.

“Oh, iya. Kamu sudah buka tas yang aku bawa dari Jepang kemarin? Aku membelikanmu…”

“Boneka.” Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, aku sudah menyahut. Bibirku tersenyum lebar. Aku tidak menyangka dia akan membelikanku boneka sebagai oleh-oleh dari Jepang.

“Kamu kok ketawa?” Keenan menatapku.

“Ya, masa kamu jauh-jauh ke Jepang beliin aku boneka?”

Close To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang