Untuk cerita Der mungkin akan slow update, tapi aku akan tetap menyelesaikannya karena aku sudah memulainya. happy reading, jangan lupa Vomment dan share cerita ini ke temen-temen kalian. Makasih.
Nanta menatap gerbang sekolah di hadapannya sudah di tutup. Ia menelan ludahnya, dan dalam waktu yang bersamaan, pantatnya berkedut.
Mampus! Habislah lo Ta! Hari ini lo terlambat lagi. Pak Sam bukan hanya akan memukul pantat lo pake penggaris besar, tapi mungkin Pak Sam akan melemparkan bambu runcing sekalian ke pantat lo!
"Nanta Mahardika!" suara teriakan tiba-tiba melengking saat Nanta baru saja menaiki pagar sekolah yang biasa digunakan siswa lain untuk memasuki sekolahan saat terlambat.
Nanta meringis. "Good morning, pak Sam!" sapa Nanta goblok. Ia melompat dan berlari ke arah pak Sam dengan muka tebal.
Pak Sam mengetuk-ngetukan penggaris sepanjang satu meter ke pilar yang berada di samping Nanta persis dengan tekanan yang cukup besar.
"Apa pantat kamu sudah merindukan penggaris kesayangan bapak?" Pak Sam menatap Nanta dengan tatapan siap membunuhnya.
"No! I tidak rindu sama sekali Pak!" ucap Nanta mengelak. Selain menjabat sebagai guru bahasa Indonesia, Pak Sam juga mengajar bahasa Inggris di kelasnya. Hari ini Nanta akan berbicara dengan Pak Sam dengan bahasa alakadarnya. Ia harap Pak Sam akan sedikit luluh melihat kemanisan bahasanya.
"Sebagai mantan ketua Osis kenapa kamu sering sekali terlambat masuk sekolah?! Apa kamu tahu sudah berapa kali kamu terlambat dalam sebulan ini?!" mata pak Sam tampak berapi-api saat menatap Nanta, dan entah ilmu dari mana yang Nanta dapat sehingga melihat percikan api yang keluar dari mata pak Sam. "Apa kamu tidak malu saat memanjat pagar dan di lihat adik kelasmu?"
"Enggak Pak! Sebagai kakak kelas yang baik dan tidak sombong, saya membiarkan adik-adik kelas yang imut kaya marmut untuk memandang wajah saya yang paling ganteng ini pak." Nanta menutup mulutnya cepat, menyadari kebodohannya lagi. "Maksud saya, saya sangat malu pak!"
"Nanta Mahardika!!!"
Dari lantai dua, Dera melihat Nanta yang sedang di hadang oleh Pak Sam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar kegoblokan Nanta hari ini.
"Kenapa Der?" Abel, sahabat Dera , nampak sedang memperhatikan sesuatu dari atas. Abel melongok dan melihat Nanta dan beberapa murid lain yang sedang dihukum karena terlambat masuk sekolah.
"Nanta Bel. Gobloknya nggak kurang-kurang" Dera berdecak. "Gue yakin banget, pantat Nanta lama-lama habis dimakan penggaris! Udah cungkring, tepos pula. Nggak bisa gue bayangin pantat Nanta kek gimana wujudnya nanti!"
"Kasihan ya Nanta," ucap Abel polos. "Nanti Abel tanya mama Karin deh, siapa tau ada donor pantat ya Der"
"Astaghfirulloh!" Dera menepuk jidatnya tak percaya. "Lo 11 12 sama Nanta Bel!"
"Maksud Dera apaan?"
Dera menggelengkan kepalanya tak percaya. "Itu cuma perumpamaan Bel! Gue cuma bercanda! Ngeri amat sampe lo beneran tanya donor pantat ke mama lo. Lagian gue baru pernah denger donor pantat seumur hidup gue. Setau gue adanya tuh pasang silicon!"
"Ya, mungkin masih sodaraan sama pasang silicon Der."
"Serah dah!!!" Dera memilih meninggalkan Abel ke kelasnya dengan perasaan gondok. Yang satu polosnya kebangetan, yang satu begonya minta ampun. Cuma Dera yang paling pintar diantara sahabat-sahabatnya!
Tidak lama kemudian, Nanta akhirnya masuk dengan langkah tertatih. Tangan kanannya memegang pinggang dan pantatnya. Dera menggeser tempat duduknya, membiarkan Nanta duduk lebih dulu. Ia terkekeh melihat Nanta yang meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERA (END)
Teen Fiction"Gue Nanta Mahardika, cowok paling ganteng dan paling eksis di Sma Tri Sakti. Cowok paling rajin, paling soleh, dan suka menabung.Gue punya temen, namanya Dera. Cewek berisik yang gobloknya natural banget. Dan lebih gobloknya, gue nggak bisa buat ng...