8. Pernyataan Cinta 2

631 87 3
                                    

Jangan lupa kasih vote buat abang Nanta ya zeyeng...

Nanta memperhatikan Pace yang selalu ia panggil ambon olehnya. Cowok itu sedang duduk di samping Dera di halaman sekolahnya. Akhir-akhir ini Pace dan Budi, sahabat Kenta sering sekali bergabung dengan Abel dan yang lainnya sejak junjungan mereka Kenta pradanya menghilang dari peradaban sekolahnya. Entah itu untuk belajar bersama atau sekedar ngobrol saja.

Nanta menarik napasnya lalu duduk di antara Pace dan Dera. "Aduh! Aduh! Makin hari makin lengket aja ambon manise sama Markonah sayange dah! Perlu gue panggilin penghulu nggak? Biar klop gitu..." goda Nanta.

Pace nyengir. "Penghulu? Pace mau lai, puteri Markonah mau to sama beta?" tanya Pace berbinar.

"Ta! Mulut lo ya!" Dera melototi Nanta. "Nggak usah racun deh lo! mending lo urusin gebetan lo itu deh! Gue lagi serius belajar ini!"

"Dibilangin gue nggak punya gebetan! Masih aja ngatain Dinda gebetan gue!" Nanta hanya tidak suka jika Dera selalu memperingatkan dirinya tentang Dinda yang ia pikir adalah gebetan Nanta. "Emangnya lo nggak pengin tau siapa gebetan gue?"

"Nggak!" Jawab Dera lantang. Bagaimana Dera percaya jika Dinda bukan gebetan Nanta, kalau dirinya sering sekali memergoki Nanta sedang mengobrol sama Dinda dengan wajah sumringah. "Dan gue nggak pengin tau! Mending lo minggir deh! Temenin tuan puteri lo tuh!" umpat Dera lagi sambil menonyor Nanta kesal.

Susah kalo ngomong sama cewek langka! Ada aja jawabannya! Tapi nggak pernah peka!

"Sabar! Orang sabar di sayang Tuhan!" Nanta medumel sambil mengelus dadanya tegar.

**

Nanta menatap cerminnya, merapikan pakaiannya, menurunkan jambulnya untuk ia pakaikan hoodie kesukaannya. hari ini rambut ikal yang biasa ia luruskan memakai catokan milik maminya nggak ia pakai, demi kenyamanan bersama dan demi menunjukan ketulusan yang tiada tara Nanta rela membiarkan rambut ikalnya terlihat apa adanya.

"Udah ganteng!" cengir Nanta. Lalu Nanta menyemprotkan pengharum mulut dengan cepat. "Khaahh!! udah sedep!" katanya mencium aroma mulutnya sendiri dengan mengibaskan tangannya dengan cepat.

"Mau kemana anak mami yang paling soleh?" Mami Nanta tiba-tiba muncul di depan kamar Nanta.

"Biasa mi urusan anak muda."

"Alah! Urusan bocah."

"Lah kan Nanta memang masih muda mi!"

"Bagi mami, kamu itu tetep aja bocah. Kecuali kamu udah berubah nggak petakilan lagi."

"Ya ampun mi! Mau petakilan apa enggaknya kalo umur Nanta udah mau menginjak 18 tahun ya tetep aja namanya anak muda! Mami nih! kaya nggak pernah muda dah!"

"Bodo amat!"

Nanta merengut, malas menanggapi ucapan maminya. Tai kemudian ia tersenyum dan memeluk maminya. Tidak lupa Nanta menciumi ketek maminya yang udah seperti kebiasaan untuknya. "Miiii..."

"Mami nggak ada duit!"

"Ya Allah! Mami udah tau aja Nanta mau ngomong apaan dah!"

"Gimana mami nggak tau? KAlo kamu udah ngusel ketek mami kaya gitu paling-paling cuma mau minta duit sama mami kan?"

Nanta cengengesan. "Iya mi, kok mami tau sih?"

"Kan mami udah jawab tadi!"

"Kalau gitu mana mi?" Nanta mengulurkan tangannya.

"Mana apanya?"

"Duitnya..."

"Emangnya mami bilang mau kasih kamu duit?"

DERA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang