Jangan Lupa VOte sayangnya akoohh...udah double up yeeee...
Sudah seminggu ini Nanta tidak berangkat ke sekolahnya. Ia harus pergi ke kampung halaman maminya untuk urusan keluarga. Nanta tidak mengatakan pada siapapun tentang kepergiannya. Karena sejak kejadian itu, Nanta tidak pernah membicarakan apapun, ia takut salah dalam berucap. Apalagi Dera, cewek itu mengabaikan pesan dan panggilannya sehari sebelum ia ijin untuk tidak berangkat sekolah.
Pikirannya benar-benar terganggu saat berada disana. Ia sudah lama tidak melihat dan mendengar kegaduhan cewek yang selama ini membuat hati dan pikirannya tidak seimbang. Ia begitu ingin menemui cewek itu dan menjelaskan akan semua hal yang perlu dijelaskan. Ia tidak menyukai kesalahpahaman ini, ia tidak menyukai jika Dera mengabaikannya, ia tidak suka jika Dera mengabaikan pesan singkatnya di pagi hari.
Dari kejauhan, Nanta melihat seorang cewek yang sudah seminggu ini berhasil membuat hari-hanrinya terasa begitu suram. Ia melangkah dan mendekati gerombolan yang begitu asik mengejek satu teman di kelasnya, Abel Meisya putri.
"Kenta emang luar biasa, jarang msuk sekolah tapi otak tetep encer! Suka gue, gue yang rajinnya nggak ketulungan aja nilainya tetep pas-pasan!"
"Rajin nyontek maksud lo?!" kata Nanta ikut bergabung dengan obrolan teman-temannya. Semuanya menatap Nanta terkejut. Begitu pun dengan Dera.
"Nanta! Kemana aja lo?!"
Nanta melirik Dera, namun kemudian Dera melengos setelahnya. Arien menyadari keganjilan yang terjadi antara Dera dan Nanta hari ini.
'Kalian lagi marahan?"
"Nggak!!" Nanta dan Dera kompak menjawab.
"Ih, sampai kompak gitu jawabannya."
Nanta mengabaikan ucapan Arien, matanya menatap cowok dengan bando kesayangannya. "Eh, ada ambon manise, lagi deketin Markonah ya?" godanya. Seorang cowok keturunan ambon berkulit hitam, berambut keriting dengan senyuman yang menurutnya adalah hal yang paling indah yang dimilikinya, Abarua Loudrey atau yang lebih sering dipanggil Pace oleh yang lainnya. Nanta menggeser tempat duduk pace sehingga Pace dan salah satu sohibnya yang bernama Budi Sasongko yang katanya keturunan ningrat berdempetan sangat dekat.
"Kau mengganggu saja e?" Pace menggerutu.
"Biarkan Nanta yang paling ganteng jadi dewa cupid antara Markonah dan abang Ambon manise."
Dera medumel kesal menatap Nanta. Ia tidak menyukai candaan Nanta hari ini. "Nggak lucu tau nggak?!" Ucapnya. Ia menatap Abel dan Arien. "Gue duluan ya Bel. ini nasi goreng nggak gue makan sama sekali. Jadi lo bertiga yang bayar makanan gue!" tunjuknya pada Nanta, Pace dan Budi yang tengah bergantian memakan nasi goreng Dera tanpa dosa.
Kemudian Dera pergi begitu saja. Nanta menyadari kejengkelan Dera padanya, rupanya cewek itu masih menaruh kesal padanya. Nanta tidak tau jika jika menyangkut tentang cewek bisa serumit ini, apalagi jika urusannya bersama Dera Markonah.
Nanta meletakan sedoknya asal. "Kenapa lo liatin gue terus, Bel?" tanya Nanta menyadari tatapan Abel saat itu.
"Kita perlu bicara, Ta."
Pasti Kenta.
**
Dera merasa sedih saat setiap kali Abel menangisi kepergian Kenta, yang nggak tau statusnya dengan Abel. Cowok itu mengatakan jika dirinya sangat menyukai Abel bahkan setelah mereka berpisah, tapi sampai kepergian Kenta ke Jerman, cowok itu tidak sekalipun menegaskan hubungannya dengan Abel.
Ujian sebentar lagi, dan Dera tidak ingin memikirkan apapun selain tugas sekolahnya. Kenta sudah pergi, sehingga Abel bisa diajak berkompromi dengan pelajarannya. Abel jika sudah memikirkan Kenta, ia bisa tidak mengerjakan apapun di kelasnya. Memang benar, cinta memang membawa penderitaan. Mending Dera yang jomblo terhormat, nggak ada yang nyakitin dan nggak akan mau disakitin. Mending nungguin Justien biebers jadi duda aja dah!
KAMU SEDANG MEMBACA
DERA (END)
Teen Fiction"Gue Nanta Mahardika, cowok paling ganteng dan paling eksis di Sma Tri Sakti. Cowok paling rajin, paling soleh, dan suka menabung.Gue punya temen, namanya Dera. Cewek berisik yang gobloknya natural banget. Dan lebih gobloknya, gue nggak bisa buat ng...