9. Pernyataan cinta 3

626 90 8
                                        

Jangan Lupa Vote buat sayangnya Nanta...

"Apaan dah! Medumel mulu!" ucap Nanta saat melihat Dera yang terus saja mengerucutkan bibirnya kesal.

"Lo pikir aja sendiri!"

"Gue udah mikir, tapi belum nemu jawabannya." jawab Nanta santai. Ia memakai tas slempangnya dan melirik Dera yang nampaknya masih marah padanya. Nanta nggak buta, Dera pasti marah padanya kalau dirinya memanggil Dera dengan panggilan Markonah di depan semua orang. Tapi Nanta nggak peduli, Nanta hanya tidak suka jika wajah Dera di manis-manisin didepan cowok lain. Nanta nggak cemburu, nggak! Buat apa dia cemburu sama cowok semacam itu.

"Mulai sekarang lo ganti nama aja Ta, jadi nama Paiman."

"Dih! Nggak cocok kali Der. Masa muka ganteng kek gue namanya Paiman!" Nanta merapikan rambutnya.

"Lah elo bayangin aja cocok nggak nama gue Markonah?! Pake manggil-manggil gue lagi! Lo kan tau kalo gue juga lagi usaha."

"Usaha apaan?"

"Usaha dapetin cowok lah! Asli dah, gue deket-deket lo tuh bawaannya apes mulu dah Ta. Masa tiga tahun sekolah nggak ada satupun gebetan yang jadi sama gue! Dan kalau gue inget-inget, itu semua karena lo selalu gentayangan di sekitar gue!"

"Emang gue apaan gentayangan! Yang ada lo harusnya bersyukur karena ada pangeran tampan yang selalu ada buat lo!" Nanta mencibir. "Lagian ya Der! Ngapain lo cari-cari cowok kalo disekitar lo ada yang sayang sama lo!"

Dera menghentikan langkahnya, menatap Nanta. "Siapa?" tanyanya.

Nanta tercekat, terdiam sebelum ia menjawab pertanyaan Dera. Jantungnya kembali bermasalah saat Dera menatapnya dengan begitu lekat. Bulu mata Dera hitam dan lentik, sepertinya Dera juga memakai perona pipi di wajahnya. Dan kenapa bibir Dera pake di merah-merahin segala?! Nanta jadi nggak fokus.

Belum sempat Dera menanyakannya lagi pada Nanta, cowok itu menonyor wajah Dera agar menjauh.

"Nanta!"

"Mulut lo bau bangke! Jauh-jauh gih!"

"Anak siapa sih lo?!" Dengan kekuatannya yang terpendam, Dera menjambak rambut Nanta dengan keras. "Gue udah wangi-wangi gini masih lo katain bau bangke?! Lo yang bau kudanil aja gue diem aja, sumpah ya! Enek banget gue sama lo hari ini. Pamor gue turun gara-gara lo!"

"Ya Allah Der. Sakit! Lo nggak liat kita lagi dimana?!" teriak Nanta.

"Bodo amat! Minta maaf sama gue!"

"Ogah!" tolak Nanta tapi kemudian Dera menjambak rambut Nanta lebih keras.

"Semakin lo nolak semakin keras gue jambak rambut lo. Bodo amat kalau rambut lo sampe botak!"

"Gue minta maaf!" akhirnya Nanta menyerah. Ia menatap Dera jengkel, jika saja Dera lagi nggak keliatan manis hari ini, dan jika saja Nanta lagi nggak ada rencana untuk Dera hari ini, Nanta bakal ladenin jambakan Dera. Bila perlu Nanta jambak balik Dera disini.

Dera telah melepaskan tangannya dari kepala Nanta. Tanpa rasa bersalahnya Dera kembali tersenyum dan mengait lenga Nanta. " Gitu dong, kan gue nggak perlu ngotorin tangan gue buat botakin rambut lo." Nanta hanya membalasnya dengan tatapan jengkelnya. Bisa-bisanya masih bisa tersenyum tanpa dosa seperti itu setelah menyakiti Nanta!

"Tapi ngomong-ngomong Ta, siapa yang sayang sama gue? emang ada yang lagi deketin gue ya?"

"Pace!"

"Astaghfirulloh Ta! Yang bener aja lo. Masa gue sama Pace!"

"Lah kan dia emang ngebet banget sama lo?"

"Tapi ogah gue! Bukannya kenapa-kenapa. Tapi gue nggak ada rasa sama Pace." kata Dera ringan.

DERA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang