11. Ciuman tidak langsung

719 94 10
                                    

Jangan lupa vote and comment buat sayangnya Nanta ♡♡

Keesokan harinya...

Dera di kejutkan dengan kehadiran Nanta yang ada di belakangnya. Hari ini, Dera berencana menghindari Nanta lebih dulu. Dera pikir, Nanta bakal butuh waktu untuk tidak bertatap muka dengannya karena penolakannya kemarin. Pagi tadi, Nanta bahkan tidak membangunkannya dengan pesan-pesan cenderung ke ceramah padanya.

"Ngapain lo jalannya ngumpet-ngumpet gitu?" Tanya Nanta memukul kepala Dera dengan buku paket di tangannya.

Dera terkejut. "L-lo kok disini?" Tanyanya gugup. 

"'Emangnya ini sekolah milik nenek moyang lo?! Gue disini ya karena gue mau sekolah Maemunah!!"

Apa Nanta baik-baik saja? Ini Nantanya yang seperti biasanya bukan? Pikir Dera.

"Lo baik-baik aja Ta?"

"Emangnya gue kenapa?"

Secepat itu?

"Nggak, bagus deh kalo lo baik-baik aja. Gue pikir lo bakal berubah setelah gue..." Dera terhenti saat Nanta menatapnya penasaran. "Setelah gue...setelah gue..." Mampus! Dera nggak tau apa yang mau dikatakan!

"Gue duluan ya Ta!" Dera memilih menghentikan pembicaraannya dan berpamitan dengan Nanta. Namun baru saja Dera membalikan badannya, Nanta menarik tas ranselnya sehingga Dera tidak bisa melangkah. Dera kembali berhadapan dengan Nanta.  "Apaan dah?!"

"Cantik boleh. Goblok jangan." Tangan Nanta mengarahkan kepala Dera ke petugas Osis dan guru BK yang sedang menghadang siswa-siswa yang tidak memakai atribut lengkap sekolahnya.

Cantik? Nanta baru saja mengatakan kalau Dera cantik?

Sedetik kemudian Dera menyadari sesuatu. "Ya allah! Gue lupa nggak bawa..."

Tanpa berkata apapun, Nanta memakaikan dasi miliknya ke kerah baju Dera dengan tenang. Nanta tau, Dera cerobohnya nggak ketulungan, Dera bisa nggak lupa membawa peralatan kosmetiknya, tapi dera sering sekali lupa membawa perlengkapan sekolahnya.

"Nanti lo gimana Ta?"

"Masuk." Pinta Nanta sambil mendorong tubuh dera pelan.

Setelah Dera berhasil lolos dari anggota Osis dan guru BK yang berdiri di sekitar gerbang sekolahnya, ia menoleh dan menatap Nanta yang sedang kena semprot guru BK. Dera jadi merasa tidak enak karena Nanta harus mendapat hukuman karenanya. Sebenarnya ini bukan kali pertamanya Nanta mendapat hukuman karenanya. Hanya saja...

Dalam langkahnya, Dera kembali menatap Nanta yang kali ini baru saja selesai push up. Dan sekarang, Nanta sedang berhadapan dengan...Dinda maharani. Anggota Osis yang sempat menyatakan perasaannya pada Nanta.

Dera tidak tau apa yang sedang Nanta dan Dinda bicarakan. Tapi kelihatannya Dinda terlihat malu-malu meong saat Nanta tersenyum untuknya. Tersenyum untuk Dinda maharani.

Sesampainya di kelas, Dera langsung duduk di kursinya. Ia sempat menoleh menatap kursi Nanta yang kosong. Apa Nanta masih dihukum?

Saat pelajaran baru saja di mulai, Nanta datang terlambat mengikuti pelajaran Matematika bu Susi.

"Maaf saya terlambat bu guru..." Nanta memberi hormat.

"Nanta, kamu tuh sering banget dapet hukuman ya. Seharusnya sebagai mantan ketua Osis kamu bisa jadi panutan teman dan adik-adik kelas kamu."

"Siap bu guru. Tapi Nanta cuma manusia biasa bu, yang memiliki masalah dan dosaaa."

Astaghfirulloh Nanta! Dera menepuk jidatnya tak percaya. Jawaban Nanta pada bu Susi benar-benar gila!

DERA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang