"Gue Nanta Mahardika, cowok paling ganteng dan paling eksis di Sma Tri Sakti. Cowok paling rajin, paling soleh, dan suka menabung.Gue punya temen, namanya Dera. Cewek berisik yang gobloknya natural banget. Dan lebih gobloknya, gue nggak bisa buat ng...
Jangan lupa vomment sayangnya Nanta 😘😘 Maaf ya. Lamaaaaa banget aku up Dera. Semoga masih ada yang mau baca 🥰
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dera menyadari, tidak ada sapaan riang pagi ini, dan tidak ada semangat luar biasa yang biasa tertanam di dirinya. Ia tertunduk menatap lembar demi lembar buku pelajaran yang baru saja dipelajarinya hari ini.
Duduk di kursi paling pojok bersama teman sekelasnya yang bernama Johan, cowok yang baru saja pindah ke sekolahannya sejak semester pertama membuat Dera tidak tenang. Johan adalah murid kutu buku yang tidak bisa diajak bercanda sedikitpun. Selama ia satu kelas dengan cowok itu, tak sekalipun Dera mendengar suara Johan. Cowok itu hanya mengangguk dan tersenyum jika seseorang menyapanya. Padahal kalau dilihat dari dekat, Johan terlihat lumayan ganteng dibandingkan teman-teman lainnya.
"Gue cantik dan gue tau, jadi bisa nggak lo nggak usah liatin gue kaya gitu, Jo."
"J-jo?" Johan membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot.
"Kenapa? Nama lo Johan kan?" Kata Dera menutup buku pelajarannya. "Jadi dimana salah gue kalo gue panggil lo Jo?"
Johan tersenyum mengangguk. "Makasih," katanya lirih.
"Makasih buat apa?", Dera mengernyitkan alisnya.
"Cuma kamu yang panggil aku dengan sebutan Jo,"
Aku? Kamu? Kenapa Dera terdengar aneh di telinganya.
"Emangnya mereka panggil lo apa?"
"Jodoh di tangan tuhan,"
Dera terkekeh. Berusaha menutupi mulutnya yang tidak bisa menahan tawanya. "Sorry, gue pikir itu juga lucu."
"Jadi menurut kamu juga lucu?" Tanya Johan serius. Dera terdiam, membenarkan tempat duduknya. Sambil menghela napasnya lelah, Dera tersenyum kecut.
"Nama lo bagus kok, nggak lucu. Mereka aja yang kurang ajar karena membuat nama lo terlihat buruk." Dera merasa buruk, ia sempat menertawai sebutan nama Johan. Padahal dirinya sendiri tidak terima jika Nanta dan yang lainnya memanggilnya dengan sebutan Markonah.
"Maafin gue ya Jo," kata Dera tulus. "Gue juga sama buruknya kaya mereka, karena sempet ngetawain nama lo. Padahal gue tau, nama lo bagus banget. Nama lo pasti punya arti yang penting buat mama papa lo," tiba-tiba Dera teringat akan ucapan Nanta. Saat Nanta mengajak Dera malam mingguan.
Johan tersenyum, dengan sedikit keraguan, ia mengangkat tangannya dan .engusap puncak kepala Dera. "Nggak apa-apa. Aku nggak marah kok, aku tau kamu suka bercanda."
Sebenarnya Dera sedikit terkejut dengan kontak fisik kali pertamanya dengan Johan, namun ia kemudian tersenyum lega. Membiarkan tangan Johan mengusap puncak kepalanya sembarangan.
"Nanti rambut gue berantakan,"
"Oh, Sorry." Johan mengangkat tangannya dan turun dari kepala Dera. " Mau aku bantuin ngerjain tugas?"