"Lo beneran mau ngedate sama Dinda?" Arien memojokan Nanta yang berniat untuk menaiki motornya. Kali ini Nanta nggak pake sepeda ontelnya, jika kemarin dia menaiki motor bebeknya, setelah itu motor maticnya, kali iniNanta memakai motor gedenya.
"Wah, Nanta buka dealer motor ya? Motor Nanta bagus banget." Abel justru terpikat dengan motor Nanta yang mengingatkannya akan Kenta.
"Motor pinjem!" Ujar Nanta mendorong wajah Abel yang nampak seksama menatap motor gedenya. "Lagian motor suami lo lebih bagus dari motor gue!"
"Abel belum punya suami Ta,"
"Maksud Nanta, Kenta Bel," Arien menepuk jidatnya heran. Abel masih saja terlalu polos dan bodoh untuk candaan semacam ini. Padahal dirinya juga kerap ngatain Nanta suaminya Dera.
"Gitu ya, aminin aja deh." Abek tersenyum. "Eh kita kan lagi tanya sama Nanta, kenapa malah bahas motor dah?"
"Lah kan lo yang mulai lebih dulu bambang!!" Umpat Nanta gemas. "Gua mau pulang, gue masih suci jadi nggak usah keroyok gue kaya gitu."
"Najis amat!", Arien mencibir. "Gue tanya! Lo mau ngedate sama Dinda, adik kelas kita itu?"
"Kok lo kesannya kek lagi nantang berantem gitu Rien? Tau gue kalo lo jago karate, nggak perlu ngegas gitu juga kali."
"Ta! Gue lagi nggak bercanda! Gue khawatir hubungan lo sama Dera."
Nanta mendesah dan bersandar pada tembok dengan malas. Helm yang tadinya sudah terpasang ia lepaskan lagi. "Nggak usah khawatirin gue. Khawatirin aja temen lo yang keras kepala kek batu!" Nanta mendesah.
"Lo kan juga temen gue Ta. Dan gue lagi berusaha nengahin lo berdua."
"Gue baik-baik aja, Rien. Yang nggak baik-baik aja itu temen lo,"
"Dera juga temen lo Ta,"
"Dia udah nggak mau temenan sama gue,"
"Kata siapa?"
"Kata gue." Nanta pasrah.
Arien menepuk jidatnya frustasi, kedua sahabatnya benar-benar membuatnya geram dengan sikap egois mereka. "Sebenarnya masalah lo sama Dera tuh apa Ta? Kalian kan deket banget, nggak lucu rasanya ngeliat kalian diem-dieman saling menjauh seperti itu. Apalagi sampai pisah tempat duduk segala."
"Yang pindah tempat duduk kan Dera, bukan gue. Dan Yang punya masalah itu gue, bukan Dera!" Arien dan Abel berusaha mendengarkan keluh kesah Nanta. "Gue nggak suka Dera deket-deket sama si Ambon, kalo kata orang ini disebut cemburu, iya gue cemburu. Gue nggak suka Dera ketawa-ketiwi sama Pace apalagi sama Johan!"
"Tapi kan selama ini lo juga berusaha jodohin Dera sama Pace? Sampe goda Dera sampai kesel."
"Mana ada! Gue jodohin Dera sama Pace! Itu cuma candaan gue aja!" Nanta menyugar rambutnya. "Dera nggak salah, gue yang salah karena udah suka sama dia. Nggak seharusnya gue nyatain perasaan gue kalo begini jadinya!"
"Lo nyesel?"
"Nggak!"
"Lah tadi apaan?"
"Gue akan lebih nyesel kalo gue nggak nyatain perasaan gue ke Dera." Nanta mendesah. "Tapi semua udah berlalu Rien, gue cuma ngikutin kemauan Dera. Dia pengin gue deket sama Dinda, gue lakuin!"
"Lo mau buat Dera nyesel?"
"Dera nggak perlu menyesali apapun Rien, karena udah pasti gue yang bakal nyesel sendiri,"
"Lo sesuka itu sama Dera, Ta?"
"Iya," Nanta mengakui.
"Abel baru tau kalo Nanta bucin akut deh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
DERA (END)
Teen Fiction"Gue Nanta Mahardika, cowok paling ganteng dan paling eksis di Sma Tri Sakti. Cowok paling rajin, paling soleh, dan suka menabung.Gue punya temen, namanya Dera. Cewek berisik yang gobloknya natural banget. Dan lebih gobloknya, gue nggak bisa buat ng...