13. Malam minggu

582 95 10
                                    

Jadi gini maap yak kalo aku lama up Dera. Soalnya yang lagi jalan idenya cerita Crazy girl. Jadi sayang kalo nggak ditulis. Ini aja aku udah mau seminggu nggak up CG. Yang baca DERA jangan lupa vote, comment, dan share ya ke temen2 kalian.  Tapi kalau sayangnya Nanta pasti pada vote dong!!! Dan yang pasti kalo votenya nyenengin aku pasti cepet upnya juga. makasih

Matanya menyipit karena terik matahari yang menyengat. Dera merentangkan tangannya untuk menerima betapa hangatnya sang mentari yang menyelimuti tubuhnya. Hari ini, meskipun sudah sore, cuaca di atas sana masih sama seperti siang hari.

Sambil memikirkan kalimat Nanta beberapa waktu lalu. Dera mengulas senyum, ternyata cowok itu masih memiliki sifat yang belum pernah ditunjukan padanya selama ini. Mengingat pertemuannya dengan Nanta tiga tahun yang lalu, dan betapa hal-hal tak terduga selalu muncul saat bersama cowok itu membuat Dera menyadari jika Nanta adalah sahabat terdekatnya.

Tiga Tahun yang lalu...

Angkot yang Dera naiki mogok di tengah jalan, dan saat itu seorang cowok dengan santainya melewati Dera. Cowok itu memakai seragam yang sama dengan dirinya. Niat awal yang ingin menyerah untuk berangkat sekolah karena angkot yang dinaiki mogok di tengah jalan tiba-tiba sirna. Dera memiliki harapan untuk dirinya tiba di sekolah tepat waktu.

"Heh!" Dera meraih tas ransel setelah berusaha berlari mengejar cowok yang belum ia ketahui namanya itu. "Tunggu!"

Cowok itu terjungkal karena tarikan Dera yang membuatnya terkejut. 

"Astaghfirulloh! Lo mau begal gue!  Gue nggak ada duit!"

"Mana ada begal secantik gue!" Dera berlenggak lenggok sambil merapikan rambutnya centil. Name tag yang menempel di dada cowok itu terlihat sekilas saat Dera menatap tubuh jangkung cowok itu. Nanta Mahardika, ternyata namanya Nanta mahardika. Selama MOS berlangsung, Dera sepertinya tidak melihat cowok di hadapannya.

"Lo kenapa? Ayan?" tanya Nanta saat melihat Dera mengedipkan matanya yang kemudian menggerakan alisnya menunjuk sepeda Nanta.

"Ayan?! Lo bilang gue ayan?!"

"Terus kenapa mata lo begitu?"

"Gue lagi ngasih kode kalau gue mau bonceng sepeda lo!" Tak mau ambil pusing dengan perkataannya pada Dera membuat dirinya menurunkan kekesalannya sedikit. "Gue bonceng ya,"

"Dih! Ogah banget!"

"Jangan pelit dah!"

"Jangan maksa! Lagian gue nggak kenal lo!"

"Kita satu sekolahan dan gue yakin banget kalo lo bakal sekelas sama gue! Lagian lo kan liat angkot yang gue naiki mogok." Dera menunjuk angkot yang tidak jauh darinya. "Oh ya, dan kita belum kenalan, kata orang tak kenal maka tak sayang. Gue Dera, Dera mar...Dera aja!" Dera menepuk tangannya dan mengulurkan tangan setelahnya ke arah Nanta.

Nanta menatap tangan Dera yang mengambang di udara. Dengan perasaan iba namun berat hati  Nanta mendesah, di raihlah tangan Dera. "Gue Nanta, Nanta mahardika." Katanya memperkenalkan diri. "Kalau begitu lo boleh bonceng gue." Dera meloncat senang karena akhirnya ia bisa berangkat sekolah tepat waktu.

"Makasih!"

Sebenarnya Nanta enggan untuk memulai sekolahnya dengan hal-hal semacam ini. Ia hanya ingin menyelesaikan sekolahnya dengan baik dan berdiam diri agar tidak ternodai pergaulan anak-anak jaman sekarang. Ia bersumpah akan menyendiri di dalam kelasnya dan tidak bergaul dengan siapapun agar konsentrasi belajarnya tidak terganggu selama tiga tahun ke depan! Apalagi jika sampai berhubungan dengan cewek yang namanya Dera! Sepertinya cewek yang satu ini adalah cewek yang kurang asupan belajar. Nanta nggak mau kalau sampai ketularan begonya.

DERA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang