7. Damai

684 96 4
                                    

Jangan lupa Vote and commend darling...dadar guling...

"Ya ampun, lega bet dah kalo udah di keluarin." Dera mengusap-usap perutnya. Setelah membuang kotoran yang tertimbun di dalam perutnya, Dera merasa lega. Ia menatap ponselnya beberapa panggilan dari Abel dan Arien terlihat di ponselnya. Mereka janjian untuk makan di kantin, namun karena Dera harus memenuhi panggilan alam terlebih dahulu, mau tidak mau Dera harus undur diri dari barisan Abel dan yang lainnya.

"Lama banget ke kamar mandinya, Der?"

"Tadi antri Rien, lo kan tau sendiri kalau jam istirahat pasti kamar mandi udah kaya kantin." matanya melirik Nanta malas yang ternyata juga ada disana. Sebenarnya ia enggan ke kantin setelah melihat Nanta yang ternyata sudah bergabung lebih dulu dengan yang lainnya. "Mata lo pengin gue colok pake jari gue?!" umpat Dera saat mendapati Nanta yang sedari tadi menatapnya.

"Ya Allah Markonah! Salah gue apaan ke lo? Mata indah kek bola pingpong gini mau lo colok? Buset dah!"

"Makannya nggak usah liatin gue!"

"Duh, kalian kenapa sih?  Nggak cape apa marahan terus?" Arien merasa terganggu dengan hubungan Nanta dan Der yang sedikit renggang hanya karena masalah Kenta waktu itu. "Baikan gh!"

"Ogah!" Jawab Dera mantap. "Lagian gue nggak mau temenan sama orang yang sukanya nyembunyiin apapun dari gue. Apalagi sampai ngejahatin sahabat gue!"

Abel mendesah dan mengusap bahu Dera. "Udah deh Der, Abel udah nggak kenapa-kenapa kok. Beneran deh, Abel aja udah maafin Nanta kok."

"Cocok Bel!" Nanta mengacungkan jempolnya mantap. "Tuh! Lo liat, Abel aja udah nggak masalah, kenapa lo jadi yang bermasalah sama gue?! Gue kan udah minta maaf sama lo." baru kali ini Nanta menyinggung permintaan maafnya pada Dera setelah dirinya meminta maaf pada Dera secara langsung dan tidak langsung. Ia harap dengan adanya teman-teman mereka Dera akan mengerti dengan permintaan maafnya yang tulus.

Belum sempat Dera membalas ucapan Nanta, mulutnya tertutup rapat saat beberapa pesanan mereka datang. Bakso cuanki, Bakso urat, Nasi goreng, dan siomay yang dihidangkan diatas meja.

"Kalo urusan makan aja kalian pada diem!" Nanta mencibir.

"Ta..." Abel memasukan satu suapan bakso ke mulutnya.

"Kenapa Bel?" Nanta ikut mengambil bakso Abel tanpa berdosa. Ia melihat Abel mengambil dompet bulu-bulu milik Dera dan mengambil sesuatu di dalamnya. Cermin kecil yang selalu Dera bawa kemana-mana.

"Kalau mau ngatain orang, ngaca dulu Ta."

"Elah! Gue kira apaan! Gue udah ganteng Bel. nggak perlu kaca kalo ngomong."

"Nanta suka lupa diri kalo ngomong, padahal Nanta yang paling anteng kalo udah liat makanan." Abel melirik baksonya. "Sampai punya orang diembat." tambahnya. 

"Lo kalo ngomong kadang ada pedes-pedesnya gitu yah Bel? Jangan-jangan lo ketularan Kenta lagi." Nanta mencibir.

"Ngomong-ngomong soal Kenta, Kenta belum ngabarin lo Bel?" tanya Dera.

"Belum, mungkin Kenta sibuk."

"Sesibuk-sibuknya cowok harusnya dia tetep bisa ngabarin ceweknya loh Bel!" Dera memprotes. 

"Emangnya lo balikan sama Kenta Bel?" Nanta menaikan alisnya penasaran. Setahu Nanta, Kenta adalah tipikal cowok yang nggak bakal nembak orang dua kali.  Cowok dengan hati sedingin es batu semacam Kenta nggak mungkin melakukannya, apalagi untuk seorang Abel yang lemotnya kebangetan!

Abel menggeleng kepalanya pelan.

Bener kan apa kata gue!

"Lah gimana sih?! Jadi hubungan lo sma Kenta nggak jelas gitu?" Dera yang nampaknya tak terima dengan jawaban Abel membuatnya kesal setengah mati.

DERA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang