17. Alasan

739 94 18
                                    

Jangan lupa vomment sayangnya Nanta!!!

"Aaaghhhh!!!" Nanta melempar tasnya ke sembarang tempat sambil berteriak kesal. Ia begitu marah hari ini karena melihat Dera sedang mesra-mesraan sama si Pace! ditambah karena Dera, kembali menolaknya lagi! Dan lebih menyebalkannya lagi, Dera meminta NAnta untuk memacari Adinda maharani yang notabene adalah adik kelasnya sendiri. Dera nggak punya otak! Bagaimana mungkin dia menyuruh Nanta memacari cewek kaya Dinda! Jangankan suka, tertarik aja nggak sama sekali! seandainya saja ada yang lebih menarik dari Dera, nanta pasti udah pacarin gadis itu!

Sialnya nggak ada!

Dan hari ini, Dera sungguh menyakiti hati Nanta! Mulut sampah Dera nggak bisa melihat dimana dirinya sedang menolaknya!

Nanta menghela napasnya kasar. Lalu mengambil air minum yang selalu tersedia di kamarnya. Nanta meneguknya perlahan.

"Astaghfirulloh!!!" Nanta mendesah. Ia menjambak rambutnya sendiri.

Sebenarnya Nanta juga bersalah, karena dirinya melempar sepatu ke arah Pace yang berada di depan Dera. Nanta juga meneriaki Dera dengan memanggilnya Markonah.

Nanta kembali menghela napasnya. Nanta nggak pengen tau dan nggak mau tau kenapa Dera begitu tidak menyukai namanya. Siapapun nama Dera, Nanta akan tetap menyukainya!

hari ini Nanta tidak jadi melepas perban yang melilit di kakinya, niat hati akan meminta tolong pada Dinda akhirnya gagal karena pagi itu, Dera melihatnya dengan tatapan tidak suka. Dera merasa tersinggung karena Nanta tidak meminta tolong lebih dulu pada Nanta, atau mungkin Dera merasa...cemburu?

Nanta menggelengkan kepalanya cepat. Mana mungkin Dera cemburu padanya, dia bahkan menolak pesona Nanta berkali-kali!

"Anak mami udah pulang?" Nanta menoleh dari balik ranjangnya saat mendengar maminya membuka pintu kamarnya. Ia sedang duduk di lantai bersandar pada ranjang empuknya.

"Udah." Nanta kemudian berdiri dan mencium tangan maminya seperti biasa. Ia tidak bertemu maminya saat sampai rumah hari ini.

"Udah makan?"

"Belom, nggak napsu makan mi." kata Nanta melepas baju seragamnya. Maminya mengambil seragam Nanta yang kelihatannya sudah sangat kotor dan bau untuk di letakan di mesin cuci.

"Mami masak banyak hari ini, Ta."

"Kenapa? Ada acara dirumah?"

"Nggak."

"Terus? Tumben masak banyak mi?"

"Mami habis kondangan, jadi mami minta dibungkusin sekalian." Mami Nanta kemudian tertawa bahagia.

"Astaghfirulloh, mami!!!" Nanta merengut dan menghentakan kakinya berkali-kali. "Mami malu-maluin banget dah! Nanta malu jadi anak mami!"

"Kenapa mesti malu, mami kan cuma minta Ta."

"Yaelah mi, nanti kalo ada berita, Nyonya Mahardika minta lauk di tempat kondangan, apa mami nggak malu?" Nanta menjambak rambutnya sendiri. "Mulai hari ini Nanta nggak mau anter mami kondangan!"

"Lah kenapa?"

"Nggak! Pokoknya Nanta nggak mau, nanti dikiranya Nanta komplotannya mami lagi. Malu mi!" Nanta merajuk. "Tapi mi, Nanta mau tanya dah,"

"Tanya aja, Gratis!"

"Mami punya duit nggak?"

"Punya lah, masa mami nggak punya duit. Sayang dong papimu kalo kerja nggak mami habisin duitnya,"

Nanta senyum-senyum, ia mendekati maminya dan memijat-mijat bahu maminya yang besar. " Nanta mau dong bantuin mami ngabisin duit, itung-itung bantuin papi gitu,"

DERA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang