Five

3.9K 360 4
                                    


        "Aku sudah memanggil kedua orangtua kalian" ujar pak tony selaku dosen pembimbing, pada Tay dan new yang saat itu duduk bersampingan dihadapannya.

     "apa pak, bapak memanggil ibu saya?" new tak mengira kalau dosen pembimbing sudah menghubungi maenya, yang diketahui kalau tay nantinya akan mengenal dirinya.
     "Ya, saya memanggil ibu kamu dan dia akan datang"
      "Haduh, pak bisakah tidak memanggil ibu saya." new sedikit mendekat pada pak tony dan setengah berbisik. "saya akan terima hukuman apa saja asal bapak tidak memanggil ibu saya pak"

     Pak tony menggeleng tak menyetujui permintaan new, "tidak bisa new, orangtuamu harus tau kesalahanmu hari ini."

       "hahaha..." suara tawa Tay terdengar nyaring seakan-akan meledek new yang kelihatan takut karna orangtuanya akan datang. "dasar pengecut, kau takut dengan orangtuamu sendiri. Takut orangtua mu itu akan akan memarahimu. Dasar bocah"

        New menoleh padanya, sangat tidak suka dengan wajah tay yang penuh mengejeknya. "ya...aku memang takut, karna aku menghormati ibuku.  Tidak sepertimu yang tidak tau malu. Dan merasa dirimu lebih dihormati."
      Suara tay langsung terhenti ketika new mengatakan itu padanya,
      "Aku yakin kau merasa dirimu hebat, tidak pernah takut apapun. Tapi dalam hal lain kau itu cuma anak kecil yang perlu dikasihini karna sikap dan perilakumu sama sekali tidak mencerminkan seorang pria" lanjut new entah kenapa ingin terus bicara ketus padanya.

      "Apa kau bilang!!!" tay kembali memanas, tangannya meraih kerah kemeja new yang tak hentinya memberikan pandangan benci.
      "Kenapa?? mau memukulku lagi.  kau merasa malu karna apa yang aku ucapkan benar,kan"
      "Ya, aku memang tidak takut pada siapapun. Termaksud orangtuaku karna mereka itu bukan orang yang harus ditakuti." ucap Tay yang kala itu tak sadar ibunya telah tiba disana mendengarkan apa yang baru saja tay katakan dan itu sungguh menyesakkan dadanya, "Untuk apa merasa takut, mereka bukan segala-galanya bagiku. Mereka hanya pengatur yang mengganggu hidupku dan aku lebih menyukai hidupku sendiri," lanjut tay masih dalam posisi tay yang saat itu masih menarik kemeja new.
      "Seberapa besar rasa angkuhmu itu sampai kau tidak memikirkan orangtuamu" new sungguh tak mengira ada seorang pria seperti tay itu. "apa kau juga tidak peduli pada mereka, pada oranglain disekitarmu?"
      "Itu bukan urusanmu, yang jelas aku tidak suka ada orang yang melawanku" tay kembali menggerakan tangannya, lalu kemudian meninju wajah new kembali,

      "Hentikan... Hentikan." dosen pengawas saat itu nampak kaget Tay bertindak brutal kembali, ingin memisahkan mereka, justru ia malah kena pukul Tay.
     New yang tadinya sudah mau mengalah, jadi kembali membalas memukul karna tidak suka tay melawan pak dosen. Hingga balas pukul memukul kembali terjadi.

   
     "Cukup.. Cukup berhenti... " ny. Esther vikhrotana tak lain mamanya tay yang sejak tadi membisu akhirnya mengeluarkan suaranya dan muncul diantara mereka, berusaha menengahi perkelahian. "Tay sudah cukup...berhenti"

      Tentu saja suara itu, membuat mereka berdua berhenti, walau sudah beberapa detik baru saja mereka beradu tinju akhirnya mereka bisa dihentikan. Karna kedatangan mamanya tay, serta ibunya new yang kala itu baru tiba.

      "newwie" maenya memanggil putranya yang nampak sudah berantakan dari pakaian serta wajahnya yang penuh luka pukul.

      New tertunduk sedikit mengalihkan matanya, karna ia malu terlihat seperti itu didepan maenya.
      Tapi tidak dengan Tay yang sorot matanya memuncak tak mengira karna ibu yang datang sebagai ibunya new adalah seseorang yang selama ini bekerja dirumahnya.

       Beberapa menit berlalu, suasana rincuh tadi telah berubah menjadi tenang, karna kedua orangtua mereka telah tiba. Dosen pembimbing memberikan kesempatan mereka untuk saling berbicara antara anak dan orangtua.
       Disaat ny. Esther mencoba memberikan nasehat pada Tay, tay justru tak terima dengan nasehat mamanya, bahkan tidak mempedulikan ucapan mamanya. Ia merasa kalau dirinya benar dan tidak mau disalahkan. Membuat mamanya juga tidak bisa melakukan apa-apa pada anak yang keras kepala, karna saking sayangnya pada Tay mamanya pun mencoba memaafkan sikap Tay itu.

Change of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang