Twenty-Six

8.2K 433 76
                                        

            'Apa kau sedang mendengarkan keluh kesahnya tay, sampai kau tidak menemuiku dan menghubungiku'

           New masih berada diarea kampus hingga malam ini, duduk dibangku kelas memperhatikan ponselnya yang sama sekali tidak ada pesan dan panggilan masuk dari tay. Biasanya ia akan menelpon untuk pulang bareng, tapi kenapa setelah kejadian siang tadi tay belum juga menghubunginya.

          Taukah tay, kalau saat ini new membutuhkanya. New ingin mengadu soal masalah beasiswanya, karna jujur new bingung kalau mulai minggu ini ia harus mulai membayar biaya kuliah dari mana ia dapatkan uang. Ia tidak mau harus membebani ibunya lagi, sudah cukup ibunya bekerja keras untuk memenuhi kehidupannya. Jika tay tau keadaanya mungkin saja ia bisa membantu.
Tapi saat ini ia tidak tau bagaimana membicarakan itu kalau tay lebih berpihak pada mild.

          Haruskah ia mencari pekerjaan paruh waktu? Untuk tetap bisa berkuliah.

        "Hei, new kau belum pulang?" suara singto memanggil, membuyarkan lamunan new yang sedang memikirkan itu.

         "ehmm...kau sendiri kenapa belum pulang"

         "aku lupa meninggalkan sesuatu." singto bicara sambil mengambil bungkusan yang berada didalam laci tempat duduknya. "apa kau mau aku antar pulang, kebetulan juga aku pulang bersama kit, dia sudah menungggu dimobil"

         "tidak usah terima kasih,"
         "tidak apa, bareng kami saja. kau tidak usah menunggu tay pasti ia tidak akan datang" ujar singto sebenarnya tidak mau memberitau hal itu, tapi tidak enak juga kalau membiarkan new berlama dikampus hanya menunggu tay yang jelas masih bersama mild.

          "aku tidak menunggunya kok, sebentar lagi aku pulang. Tidak apa, kau pergilah dengan kit aku akan pulang naik bis" ujar new berbohong sambil menyiapkan tasnya, padahal memang ia sedari tadi menunggu tay.

          "new, aku sudah dengar kejadian tadi siang. Kalau kau mendorong mild?" singto belum beranjak dari berdirinya, masih mengarah pada new.

           "hem, ya aku melakukannya. Karna aku tidak suka bicaranya"

         "apa kau tidak tau kalau dulu tay sangat menyukai mild, mild adalah cinta pertamanya?"

           "ya off sudah memberitahuku. Lalu kenapa? Walau ia cinta pertamanya bukan berarti dia berhak melakukan apapun sesukannya"

          "Memang apa yang ia lakukan?"

          New terdiam sejenak, apakah ia harus memberitahu singto masalahnya. "apa kau akan percaya jika aku memberitahumu, hem, aku yakin kau sama halnya dengan tay. Kau akan lebih memihaknya karna mild adalah teman kecil kalian" new terkekeh sambil bersiap bergegas pergi.

           "justru aku teman kecilnya jadi aku tau bagaimana sifatnya" sambar singto, seketika menahan kembali langkah new.

          "maksudmu?"

          "ceritakan saja, setidaknya aku tau apa alasanmu melakukkan itu" ujar singto

.
.
.

Setibanya new dirumah, ia melihat mobil tay sudah berada dihalaman. Entah kenapa new jadi begitu senang dan bersemangat, kalau tay sudah dirumah. Karna ia bisa menemui tay saat ini dan mencoba bicara padanya. Seperti yang disarankan singto padanya untuk sebisa mungkin bicara pada Tay, karna ia satu-satunya orang yang bisa membantu masalah.

        "Tay.."

          New bergegas setengah berlari, masuk kedalam rumah melewati pintu depan.
          "Tay kau sudah..." suara new memanggil terhenti bersamaan dengan langkah kakinya yang menjadi melambat bahkan terhenti saat,
        matanya melihat ruang tengah yang ia fikir tay berada disana, tapi justru mild yang saat ini duduk bersama kedua orang tua tay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Change of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang