Twenty-Three

3.8K 300 31
                                    

           'Aku menyukaimu, New... Aku mencintaimu'

          Kalimat Earth terekam terus diotak tay, seakan-akan kalimat itu telah menghacurkan harapan tay untuk bisa dekat dengan new. Dan tay tak habis fikir bagaimana bisa ia menyukai seseorang bersamaan dengan Earth yang jelas-jelas sulit ia kalahkan. Karna Tay sudah menganggap earth seperti saudaranya, ia tak akan mungkin bersaing kasar dengannya.
Apakah tay harus melupakan perasaanya itu?

         Tay meneguk wine dan wiskey seorang diri didalam bar, minuman yang sejak tadi ia nikmati didalam sana. Ia tidak lanjut mengantar krist pulang kerumah. Entah apa yang difikirkan tay sampai ia ingin ketempat itu, minum-minum yang membuatnya tenang. Sampai-sampai new yang menelpon, diabaikan begitu saja.

          Tay menduga kalau new saat ini sudah bahagia dengan Earth, terlebih mereka sekarang sudah menjadi pasangan. Lalu kenapa ia harus terus mendekatinya. Itulah yang sekarang difikiranya.

        Glekk.. Glekk... Tay terus meneguk minumannya tanpa jeda, mencoba melupakan fikirannya tentang new. Tak mempedulikan handponenya yang terus bergetar karna panggilan masuk dari off dan singto, yang juga tak ia pedulikan. Padahal mereka semua menghawatirkan tay yang tiba-tiba pergi tanpa kabar saat dirumah sakit.

        Hingga Pukul 02.00 dini hari tay masih berkutik dengan berbagai jenis minuman yang ia pesan didalam bar itu, biasanya ia masih kuat kalau sudah minum beberapa botol tapi ini justru tay sudah mabuk kepayang, dan hampir terpengaruh oleh minuman alhokol yang diteguknya. Namun ia masih sadar membuka mata walau bicaranya sudah mengaco dan tubuhnya mulai tak bisa ia kendalikan.

         "Permisi bang, kami sudah mau tutup" seorang pelayan menegur tay yang masih belum beranjak dari tempat duduknya. Kalanya ia memasuki bar yang tidak buka 24 jam. Jadi ia orang terakhir yang berada didalamnya.

          "Beri aku minum lagi" tay dengan suaranya melambai karna mabuk. Masih ingin terus minum.
           "kami sudah mau tutup, jadi sebaiknya anda pulang"
           "apa?! aku itu mau minum lagi. Berikan aku minum lagi"

          "Tidak bisa, kami harus menutup barnya"
          "aku akan bayar semuanya, jadi keluarkan semua minumannya" sentak tay membangunkan tubuhnya yang mulai tak terkendali.
         "Tapi.."
         "Jangan takut! aku akan bayar. Aku itu punya banyak uang, Kalau perlu aku akan beli tempatmu ini." tay semakin merancau, baru kali ini ia pergi minum seorang diri jadi tidak ada yang menjaganya disaat ia diluar kendali, karna biasanya teman-temannya selalu bisa mengontrol dirinya disaat ia sudah mabuk berat. "kenapa diam, cepat ambilkan minumanya, atau aku hancurkan tempat ini" geram tay sambil berteriak.

           Si pelayan menjadi bingung, dan takut wajah tay sudah menunjukan seperti pria sangar. "kalau kau tidak mau pergi, aku akan panggilkan polisi"

          "tunggu pak, " seorang perempuan tiba-tiba datang menyela sipelayan yang ingin menekan nomor keamanan, "biar saya yang membantunya"
           "Kau kenal dengannya," si pelayan sejenak berhenti karna seseorang mencegahnya,
     Dan Si wanita itu hanya mengangguk, menjawab pertanyaannya.

.
.
.

           Sementara Saat New sepulang tadi, ia tak melihat mobil tay dihalaman rumah. Dan tay pun juga belum pulang. New sangat heran kenapa tay pergi meninggalkannya dirumah sakit, dan handponenya juga susah dihubungi, bahkan tay tidak sekalipun mengangkat panggilanya. Kemana ia sekarang?

          "kenapa aku jadi memikirkannya begini" bisik new, jujur ia tidak bisa tidur karna itu. Ia cukup khawatir dengan tay yang belum pulang.
           Lalu ia pun beranjak dari kamarnya meninggalkan maenya yang tengah tertidur nyenyak. Dan ia pergi menuju ruang depan, barangkali tay sudah pulang.

Change of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang